Pak' apa bapak jadi hari ini ke kantor polisi tanya bu Aming pada suaminya. Jadi bu, bapak pergi ke sana nanti di temani sama Agus jawab suaminya. Agus !... Agus yang mana pak tanya istrinya. Ya Agus kurus bu, masa Agus mantan Dinda balas suaminya.
Oh kira ibu Agus kecil, ya sudah pak kita sarapan dulu ajak istrinya. Pak kita kan di suruh tunggu sama polisi lalu kenapa bapak pergi ke sana tanya istrinya. Bu terus terang bapak belum sepenuhnya ikhlas atas kematian anak kita.
Makanya bapaķ selalu mau ke sana terus, di hati ini selalu penasaran ujarnya, suaranya pelan tapi dari nadanya ada sedikit amarah yang berusaha di simpannya. Karena takut kesiangan pak Aming menelepon Agus untuk cepat datang.
Di tunggu lima belas menit Agus baru muncul. Bu ' bapak pergi katanya pada istrinya, iya pak jawab istrinya sambil mengikuti suaminya keluar. Baru saja mereka mau berangkat tiba-tiba Agus menhentikan motornya melaju. karena melihat dua lelaki dari tetangga mereka seperti berjalan tergesa-gesa sambil berbisik lalu ada lagi laki-laki dan perempuan bertingkah sama.
Ada apa..? tanya pak Aming pada Agus, tak biasanya seperti ini, bagaimana pak' apa kita ke sana melihat apa yang terjadi ? tanya Agus. Tak usah Gus, nanti juga kita tahu , kita langsung saja ke kantor polisi sahut pak Aming. Tanpaknya urusan ke polisi lebih penting bagi pak Aming, masalah di kampungnya sepertinya sudah tidak menarik perhatiannya lagi.
Di kantor polisi pak Aming di terima polisi yang lain, bukan dua polisi yang menanggani kasus pembunuhan anaknya. Dari mereka ia mendapat penjelasan sedang menyelidiki tersangkah yang cocok dengan bukti- bukti yang mereka tinggalkan pada tubuh korban jelas polisi itu.
Kalau sudah ada yang di curigai kenapa tidak di tangkap dulu pak. Mendengar kata pak Aming yang sangat bersemangat, polisi itu tersenyum. Masalahnya orang yang sudah kita curigai malah jadi korban pembunuhan jelas mereka yang membuat pak Aming dan Agus terdiam.
Jadi pak' kasusnya jelas tertundah lagi kata pak Aming tak bersemangat. ' Sabar ' pak Aming, kami akan terus bekerja keras menangani kasus ini nanti kalau ada perkembangan kami akan mengabari bapak jelas polisi itu.
Baiklah, saya terima kasih sekali atas bantuan bapak-bapak dalam menanggani kasus anak saya kata pak Aming. Sama- sama pak, itu semua sudah jadi tugas kami sahut polisi itu. Kalau begitu kami permisi dulu pak ujar pak Aming, silakan pak balas polisi itu.Sis merasa kacau hatinya ia tak menyadari sudah bolak-balik, mau keluar tapi masuk lagi jadi pusing kepalanya. Akh' lebih baik aku keluar sekarang. Ia keluar dan melihat adiknya berdiri di depan pintu kamarnya. Kak ' apa kakak tak punya pekerjaan lain, bolak-balik pintu kalau tempe bolak-balik ngak gosong enak rasanya tapi ini pintu berisik cetus adiknya dengan wajah kesal.
Sis jadi terdiam melihat wajah adiknya . Belum Sis jawab adiknya sudah masuk ke kamarmya lagi, dalam hatinya ia heran perasaan aku ni anak tua jadi statusku abangnya tapi kenapa galakkan dia, sabar...sabar sambil mengusap-usap dadanya.
Saat Sis melihat orang tuanya ada di ruang keluarga sambil menikmati acara tv ia mendekati mereka. Yah..bu ' mereka menoleh, ada apa Sis tanya ibunya, ayo..duduk dekat sini Sis panggil ayahnya, ia mendekatkan kursi ke tempat duduknya.
Kalau mau bertanya soal cewek, kehidupan ayah adalah orang yang tepat katanya dengan tersenyum. Gayanya membuat anak dan istrinya tersenyum saja. Berapa saat Sis diam lalu, yah waktu itu Sis, Wawan dan Maman terlibat suatu pembunuhan, ia berkata dengan sangat pelan tapi tidak dengan orang tuanya yang mendengar kata pembunuhan.
Bagaikan bunyi bom yang meledak, mereka terdiam apalagi wajah ibunya mulai tanpak panik. Sebenarnya yang bermasalah itu Wawan tapi kami sebagai temannya tidak toleran kalau cuek saja, Sis dan Ma.....braak...braak...tanpak berapa majalah yang di pegangnya ibunya menghantam meja kaca di depan mereka sedangkan ayahnya terdiam, matanya tajam memandangnya.
Sis hanya bisa mendengar jeritan ibunya. Toleran..toleran...toleran apanya. Membantu teman tu dalam kebaikan bukan kejahatan. Apa kau tahu akibatnya.. ? Kau akan menghabiskan hidupmu dalam penjara nak ' kata ibunya sambil menangis. Perlahan ayahnya mendekat dan memegang bahunya.
Jadi ini masalah yang ragu kau ceritakan waktu itu tanyanya yang di jawab Sis dengan anggukkan saja. Sekarang katakan berapa orang yang sudah kalian bunuh tanya ayahnya lagi. Sis merasakan tidak bisa mundur lagi..dua orang yah...katanya gemetaran, 'apa' dua orang '.
Astaghfirullah ...Ya Allah..' jerit ibunya. Saat ayahnya mau bertanya batal karena mendengar sesuatu jatuh mereka berdua menoleh ternyata ibuuu.......Sis terkejut melihat ibunya pingsan di lantai, ia dan ayahnya cepat membantu, Sis kita angkat saja tubuh ibumu ke kursi sofa ini.
Hampir setengah jam ibunya pingsan ketika sadar dan mengingat apa yang sudah terjadi, ia menangis histeris untung saja rumah para tetangga agak berjauhan dan si pemarah lagi pergi jadi masih bisa di tekan kehebohannya. Bu ' sudah bu kita sabar dulu, sekarang ini yang harus kita pikirkan adalah jalan keluarnya. Melihat tingkah anaknya yang seolah tidak punya beban ia tambah kesal.
Yah, bu ' besok Sis akan menyerahkan diri ke polisi jelasnya, mendengar itu sontak ke dua orang tuanya terdiam terutama ibunya mengusap-usap dadanya. Nak apa kau tahu akibatnya ? tanya ibunya. Sis tahu bu tapi bagaimanapun Sis tidak mau menanggung dosa ini jelas Sis.
Tunggu ' Sis, siapa saja yang melakukan pembunuhan selain kau tanya ayahnya, ia lupa tadi sudah di sebutkan . Kami bertiga yah aku, Maman dan Wawan sahutnya. Maman sudah meninggal jadi tinggal Wawan.
Dia kan otak pembunuhan sahut ibunya, tapi pa! apa bisa kita diam kan saja masalah ini, Sis kita pindahkan ke tempat kakakmu di Jerman kata istrinya lagi, mama tak sanggub melihat Sis di penjara alasannya. Bu' Sis bukan saja tak sanggup dengan dosa ini tapi juga dengan teror yang selalu menghantui jelasnya pada orang tuanya.
Apa maksudmu teror ? tanya ibunya, hampir tiap malam wanita si korban itu dan Maman menampakkan diri sahut Sis. Ya sudah kalau kau sudah mantap besok ayah akan temani ke kantor polisi, bagaiman ma tanya suaminya. Terserah dengan Sis sahut istrinya yang lagi memijit kepalanya.
Sekarang sudah malam kita tidur kata pak Irsan pada anak dan istrinya. Lalu semua masuk ke kamar masing-masing walaupun di wajah masih ada ketengangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA
Terroradunda mengalami masslah asmara yang beliku-liku yang pada akhirnya membuat hidupnya harus berakhir.