Kring...kring.. kting...dengan malas Maman menggangkat telepon rumah, ia merasa kesepian, sejak kejadian yang terjadi pada kakaknya ia masih suka merengut bila berpapasan dengan Maman. Merasa takut kakaknya akan tahu ia diam saja di cuekkin terus.
Ya.. hallo, sapanya pada orang yang menelepon, terdengar suara Sis di sana. Ada perlu apa Sis tanyanya. Man' hari ini kau main ke rumah aku sekarang ya atau kau nginap saja berapa hari ini ajak Sis pada Maman, mau ngak tanyanya lagi.
Tunggu sebentar Sis aku pikirkan dulu, Maman berpikir dua orang penakut bila bersama bisa saling menemani tapi Sis tidak tahu kalau ia juga takut ' gengsi dong '. Sis kenapa kau ngajak aku ke rumah mu tanyanya. Man aku takut, berapa hari ini aku selalu bermimpi buruk jelasnya.
Mendengar itu Maman merasa nasifnya sama dengan Sis, sama-sama di teror, ia jadi melamun seandainya tidak terbujuk omongan Wawan tidak akan susah hidupku, seharusnya aku lepaskan saja wanita itu, nyesal-nyesal aku ujarnya dalam hati sambil memukul kepalanya.
Man' panggilan Sis menyadarkannya. Sis..sebentar lagi aku ke sana katanya tanpa menunggu jawaban Sia ia matikan telepon. Maman cepat mengambil baju dan memasukkan ke dalam tas, sebelum pergi ia menulis pesan di selembar kertas untuk ibunya.
Malam nya saat mereka berdua dalam kamar, Maman nyeletuk Sis ' aku tadi tidak enak dengan pandangan ibumu. Maksud mu tanya Sis, mungkin ibu heran kita selalu lengket berdua dan sekarang sekamar lagi, apa mungkin dia curiga kita tidak normal jelas Maman.
Akh tidak usah kau pikirkan balas Sis, tapi apa kau yakin tidak nasir aku, Maman tertegun mendengar kata Sis, setelah sadar refleks disikutnya badan Sis. Sembarangan saja kau, kepala ku lagi pusing kau masih bisa bercanda, Sis tertawa.
Man' kalau kita terlalu tegang bagaimana bisa memecahkan masalah kita katanya. Man aku punya saran bagaimana kalau kita menyerahkan diri katanya. Apa maksudmu ! tanyanya keras, kita menyerahkan diri pada polisi ? ...la iya lah sama polisi masa sama satpam balas Sis.
Keki hati Maman mendengar kata Sis, apa ia tidak takut di penjara pikirnya, Maman berusaha menyabarkan hatinya. Sis kalau kita menyerahkan diri, apa kau tahu penjara menunggu kita jelasnya, apa lagi aku membunuh wanita itu, berapa tahun kita ada di penjara..? tanyanya. Lalu bagaimana..? apa kau mau kita di teror terus jawab sis. Kusut pikiran Maman. Nyerah ke polisi atau sembunyi di kejar hantu wanita itu, serba salah pikirnya.
Karena kelelahan mereka tertidur lebih cepat (maksudnya lelah berpikir bukan kerja ). Ibu Sis masuk ke kamar anaknya, ia penasaran di kamar sepi ternyata saat ia masuk Sis dan Maman sudah tertidur nyenyak, perlahan ia mematikan lampu dan menghidupkan lampu tidur dan keluar sambil menutup pintu pelan-pelan.
Tengah malam posisi tidur mereka sudah berlawanan, untung ranjangnya agak besar. Semakin malam tidur Maman mulai terganggu, antara sadar dan tidak ia merasa tidak nyaman karena merasa kakinya di tarik, karena ngantuk di cuek ki mungkin Sis bercanda pikirnya.
Lama-lama merasa kesal juga, ia cepat bergerak duduk sambil menoleh di lihatnya Sis yang tanpa tidur nyenyak. Kalau bukan Sis siapa lagi pikirnya tapi nyenyak sekali dia tidur, pakai acara mulutnya tidak nutup lagi. Karena terlalu ngantuk Maman kembali tidur.
Perasaan baru tidur ia mulai terganggu lagi dan...ia sontak bangun. Tiba-tiba kakinya di tarik kasar..auk..kaki ku, Maman melihat dekat mata kakinya ada memar merah. Rasa sakit membuat emosinya naik, awas kau Sis habis kau malam ini umpatnya.
Ia menoleh ke sebelahnya tapi ia terkejut tak tampaķ Sis, maunya menjerit manggil Sis tapi ia urungkan karena mendengar suara kayak orang kehabisan napas dan...Maman yakin suara itu....matanya perlahan ke atas dan terkejutnya terlalu berlebih hingga membuat matanya menjelit.
Tangan Sis menggapai-ngapai membuat kesadaran Maman kembali, cepat ia mengambil pisau kecil di bawah bantalnya, di potongnya tali yang menjerat leher Sis...ngedebuk..badan Sis terhempas di pinggir ranjang , gila lo Sis mau bunuh diri.. ! kalau bosan hidup jangan ngajak aku nginap, Maman kesal sekali.
Man tadi aku terlelap tidur, tiba-tiba aku tersentak bangun karena leherku sakit dan aku tertarik ke atas aku lihat kau tidur, kau tahu dengan leher terjerat susah nak memanggil. Sis kalau bukan kau jadi...Maman bergerak ke pinggir ranjang ia bersandar ke dinding, Sis jadi ikut bersandar.
Sis sekarang jam berapa tanyanya, sekaramg jam tiga lewat jawab Sis. Ehm...lumayan nunggu subuh, terpaksa biar aman kita tidak bisa tidur lagi jelas Maman. Di dalam hati Maman lebih baik nahan ngantuk dari pada di gantung hantu wanita itu, aku belum ada rencana mati cepat kata suara hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA
Horroradunda mengalami masslah asmara yang beliku-liku yang pada akhirnya membuat hidupnya harus berakhir.