Kamis. Seperti rencananya setelah ia menelepon Dinda, ia berusaha datang tepat waktu dan sekarang ia ada di depan pintu rumah pujaan hatinya. Tak butuh waktu lama setelah bertemu ayah dan ibu Dinda, ngobrol sedikit dengan ayahnya akhirnya mereka berdua pergi yang kali ini Syarief memakai motor kesayangannya.
Biar aman kita pakai helm sekarang saran Syarief. Ayah..ibu..kami pergi dulu Dinda pamit pada orang tuanya disertai kebiasaan mencium tangan mereka, di belakangnya Syarief mengikuti pak..bu..saya dan Dinda mohon pamit sambil menyalamin mereka. Ya hati-hati dijalan dan kalian pulangnya jangan kesorean sekali saran pak Aming pada anaknya dan Syarief, lalu mereka pergi dengan di iringi pandangan dari orang tua Dinda.
Pak' panggil bu Aming pada suaminya, kalau ibu lihat mereka dari jauh terasa di hati ibu mereka seperti mau pergi jauh, rasanya tak enak gitu perasaan ibu. Suaminya yang ada di sebelah sesaat ikut termenung mendengar perkataan istrinya.Ya sudah lah bu, kita jangan memikirkan hal-hal yang tidak baik ujar pak Aming sambil mengajak istrinya masuk ke rumah. Sedangkan Syarief dan Dinda yang lagi di jalan tanpa senang saja, itu terlihat di wajahnya di atas motor sesekali mereka berbicara, Din jadi kita nonton tanya Syarief, ya jadilah kan sudah dari kemarin kita rencanakan balas Dinda, karena sudah sepakat motor pun melaju kencang .
Kalau dipikir kita berdua mungkin sudah berjodoh kata Syarief saat motor berhenti di lampu merah!, kata siapa? tanya DInda sambil tersenyum, Syareif menoleh sedikit ke Dinda, ya kata akulah, masak kata nenek itu ia menunjuk ke arah nenek-nenek yang lagi mengemis di pinggir jalan.Dinda yang melihat ke arah yang di tunjuk kontak memukul bahu Syarief, sembarangan kau. mereka berdua lalu tertawa. Coba kau ingat' rasanya aku tidak pernah mengatakan aku cinta kau, aku suka kau atau apalah yang mengatakan perasaanku tapi dalam hitungan hari kita sudah ngobrol bareng bahkan dengan orang tuamu.
Kita jalan dan nonton sekarang, nah kalau bukan jodoh apa namanya, tapi ada satu yang penting perasaanmu sama dengan perasaanku, itu hal penting membuat kita cepat dekat katanya super pede. Dinda yang dari tadi mendengar omongan Syarief hanya menghelai napas saja.
Tiba di bioskop terjadi lagi perdebatan kecil tentang tema film apa yang akan di tonton, Dinda mau nonton film romantis, sedangkan Syarief ingin horor( biasanya ngak suka horor mungkin ada maksuď tersembunyi). Karena kita berbeda film apa yang ingin di tonton maka kau nontolah filmmu aku cari film ku sendiri (sudah tentu Syarief tak setuju ya..terpaksa deh ngalah).Tenang say' jangan cepat marah, soal gini aja ngambek bujuknya. Sekarang terserah kau deh mau nonton apa, aku iku..oke!, dia tersenyum manis. Pikir Dinda kalau dak berkeras tak bakalan mau ngalah cowok ini. Ayo' kita mau nonton sekarang atau saling pandang aja seru Syarief melihat Dinda memperhatikannya. Tak menunggu jawaban Dinda, Syarief langsung menggandeng tangan Dinda,

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA
Hororadunda mengalami masslah asmara yang beliku-liku yang pada akhirnya membuat hidupnya harus berakhir.