Bab 15

123 23 0
                                    

        Minggu. Jam tujuh pagi Dinda dan orang tuannya baru mulai sarapan, karena hari ini libur waktu sarapan lebih nyantai, bu' panggil pak Aming pada istrinya, sudah sarapan ini ayah mau pergi ke rumah pak Iskak, kebun nanas kita kan sebelahan dengannya jadi ayah mau barengan saja ke kebun jelasnya lagi.       
      Pak ' kalau pagi ke kebun sampai siang, bapak mau bekal tidak, istrinya menawarkan, tidak usah bu! sebelum jam dua belas siang bapak juga sudah pulang tolak pak Aming halus. Yah' Dinda siang mau ke Yasti, boleh ngak tanya Dinda pada ayahnya.

      Ia menungguh ayahnya menjawab. Kalau soal itu selain pada ayah kau izin juga pada ibumu, mungkin dia butuh bantuanmu jelas ayahnya. Dinda memoleh pada ibunya, bagaimana bu boleh ngak?...ibunya yang tadi tidak banyak omong jadi berhenti makan waktu anaknya menungguh jawabannya. Kalau kau pergi habis zhuhur boleh jawabnya singkat. Y a, bu Dinda pergi habis zhuhur, ia menurut apa kata ibunya.
        Asallamu'alaikum ..tok...tok...tok.. di ketuknya rumah Yasti tapi belum ada yang membuka. aduh apa tidak ada orang di rumah keluh Dinda ketika ia mengetuk rumah Yasti. Kan pagi tadi aku sudah nelpon mau ke sini, sebel dia sama Yasti, ia lalu melihat kalau-kalau ada yang lewat jadi bisa bertanya. Ia sibuk melihat ke arah lain jadi ketika berbalik lagi

      Astargfirullah, Dinda terkejut karena Yasti sudah ada di depannya sambil tersenyum, sontak Dinda memukul Yasti gemes. Hei' orang bertamu kok dak di jawab salam serunya, maaf ' ya nona Dinda, saya buka ngak mau jawab tapi posisi lagi tidak pantas untuk menjawab salammu, nah..saat membuka pintu saya lihat kamu clingak-clinguk kaya orang takut di tagih utang, ujar Yasti lagi. Aduh apes sekali aku di bilang orang banyak utang.
       
       YAS,  bagaimana hubunganmu dengan Amin ? apa ada kelanjutannya tanya Dinda. Aku belum tahu. waktu itu dia bilang mau nelepon tapi sampai sekarang tidak ada, kita lihat saja nanti jawab Yasti. Kalau kau bagaimana? yang kami lihat tanpaknya kalian bukan hanya teman biasa tanya Yasti pada Dinda.

      Kalau aku siih...di teleponnya semalam tapi ngak lama, singkat saja dan janji nelpon lagi jelas Dinda dengan raut wajah ceria. Yieeeh lain sekali kalau orang lagi jatuh cinta, bawaan kayak orang stress goda Yasti. Dinda mencubit pinggang Yasti.

      Aku tak terima kalau aku di samakan dengan gila . Haa..haa...haaa.siapa yang mengatakan kau gila, aku cuma mengatakan stress sambil tertawa. Permen yang ada di tangann di lemparkannya ke Yasti, itu sama saja balasnya.

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang