Bab 20

111 23 0
                                    

       Dua hari sebelum kejadian. Sabtu. Hari ini Syarief hanya di rumah saja, entah ada angin apa dia kerjanya melamun, nelepon Dinda, dalam dua hari pergi kuliah dia langsung pulang. Melihat ini ayahnya tambah bingung. Kemarin-kemarin satu menit aja sepertin tidak betah selalu pergi, kalau ditanya mau ke mana? jawabnya ketempat teman, ditanya lagi ? ke tempat si anu dan sekarang  kayak ayam pecah telor kata ayahnya dalam hati.

       Kerjanya termenung, kalau ngomong  yang penting-penting saja, yang biasa lincah sekali bibir tu bergerak tapi sekarang kayak keberatan buka nutupnya, jadi bingung ia melihat perubahan anak laki-lakinya ini.

      Rief'.. panggilnya, tumben kau di rumah saja tanyanya, apa ada masalah dengan dosen?, dengan pacar...? atau sekarang ini lagi patah hati ujar ayah Syarief. Yah' kalau nanya jangan borongan, sekarang Syarief jelaskan soal dosen tak ada masalah, dan kalau pacar  Syarief tak enak selalu ke sana kerena calon mertua bisa bosan melihat wajah ganteng anakmu jelasnya pada ayahnya yang tertawa saja, sambil berlalu ia sempat mengusap rambut anaknya.
       Tok..tok...tok..bu ..bu..ketika panggilan ke tiga baru pintu kamar terbuka, Syarief melihat ibunya keluar sambil memegang beberapa pakaian kotor, ada apa Rief..? tanyanya. Bu Sabtu ini Syarief kan tidak kuliah tapi sekitar jam satu nanti mau pergi ke tempat teman jelasnya.

     Ayah pergi ke mana tanya nya lagi..? Rief  kalau mau pergi..pergilah, tapi jangan sore nian, ingat' kau dan ayahmu ba'dah maghrib nanti akan pergi yasinan di rumah pak rt ibunya mengingatkan. Syarief  bicara dengan ibunya tanpa menyadari kalau adiknya berdiri di sampingnya.

      Bu..' Bang Syarief tu bohong mau pergi ke tempat teman, benar bu, katanya menyakinkan ibunya, abang  mau ketempat pacarnya yang ada di kampung sebelah, mulutnya ngerocos dan baru akan berhenti setelah ujung telinga di jentik oleh abangnya.

       Aakh' sakit sambil memengangi telinganya. Makanya jangan suka ikut campur urusan orang nasehat Syarief. Sudah..sudah kalian berdua jangan ribut ibunya melerai melihat kedua anaknya akan ribut.
            
       Ketika akan pergi ia masih sempat berpamitan pada ibunya dan saat akan menjalankan motornya Syarief melihat adiknya lagi duduk sambil mendengarkan musik, ia melihat abangnya dan menjulurkan lidahnya tanpaknya ia masih kesal.

      Melihat itu Syarief tertawa geli, sudah SMA tapi tingkahnya seperti anak-anak. Ia tahu cara melunakkan hati adiknya,  di dalam tas punggungnya ia mengambil sebatang coklat.

      Nih mau ngak tawarnya, melihat adiknya cuek...ya sudah kalau tidak mau, dengan gerakan coklat akan dimasukan lagi dalam tas, perasaannya mengatakan...tunggu" (benarkan..) kak aku mau jerit adiknya sambil mendekatinya. Betulkan ujarnya sambil coklat di pukulkannya dengan halus. Jangan cemberut saja, jelek tau! katanya, biarin balas adiknya, ia melihat kakaknya  menjalankan motornya.
           
      Tak lama ia pergi sekitar tiga jam man, ketika di rumah ayahnya sudah pulang. Yah jadi kita yasinan sore ini ke rumah pak rt ? tanyanya, ayahnya yang lagi serius membaca koran menjawab tanpa menoleh, jadi kita ke sana balasnya.

      Rief ' kata paman mu kau sudah jarang main ke rumahnya, ayahnya bertanya. Iya yah tapi besok sesudah dari rumah Dinda  Syarief ada rencana nginap ke rumah paman, dari sana saja Syarief pergi kuliah jawabnya.

      Tunggu.." siapa yang kau sebut tadi..Dinda! siapa dia Rief?..tanya ayahnya, sore ini bukan hanya ada Syarief dan ayahnya tapi juga ada ibu dan adiknya, tapi yang suka nyeletuk hanya adiknya saja, terbukti kan! . Yah ' Dinda tu pacar bang  Syarief, liat tu  yah nanti dak selesai kuliah sudah mintak di nikahkan.

      Ia nyerocos dan cuek saja  ngeliat mata abangnya menjelit gemes. Ya dak apa-apa abang mu punya pacar, ayah dan ibu tidak melarang  ya ngak bu? ayahnya melihat ke istrinya. Melihat ibunya tersenyum, Syarief tersenyum pada adiknya dengan maksud  membuatnya jadi keki.

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang