Setelah ke rumah sahabat anaknya Santi, Dara, dari mereka ia tak mendapatkan informasi apapun, mereka katakan berapa hati ini belum bertemu Dinda, jadi tidak tahu keberadaannya. Oh ya apa bapak sudah menelepon Dinda? tanya Dara, sudah nak tapi tidak di angkat balasnya, Dara dan Santi jadi terdiam.
Dalam hati Dara terbesit pikiran buruk! ia tahu ini bukan kebiasaan Dinda dan kalau hal ini terjadi Dinda tidak pulang dan tidak mengabarin orang tuanya, aku yakin mereka tidak kawin lari sebab Syarief pernah bilang kalau orang tua Dinda menerima ia, jadi ! ini pasti sesuatu sudah terjadi pada mereka pikirnya dalam hati tapi ia tidak ingin mengatakan pada ayah Dinda karena takut ia tambah khawatir.Baiklah nak bapak pulang dulu dan kalau dapat informasi tolong kabarin bapaknya kata pak Aming pada mereka. Tentu pak, pasti kami kabarin jawab merekà, lalu pak Aming pulang di belakangnya Dara dan Santi memperhatikannya, kasihan ayah dan ibu Dinda kalau terjadi sesuatu padanya.
Di jalan pak Aming agak setengah melamun, ia bingung ke mana lagi harus mencari dinda. Di lihatnya jam sudah menunjukan dua lewat, ehm...lebih baik aku pulang dulu, tadi aku lupa tidak jauh dari rumah Dinda juga punya teman cewek. Akhirnya pak Aming memutuskan untuk pulang, dengan motornya ia menyusuri jalan dari kampung Rarasari dan kampung Karang tani.
Ketika keluar desa jalanan mulai sepi karena rumah-rumàh yang ada di pinggir jalan mulai ssdikit, ia terus
melaju dengan pelan tapi, karena kurang konsentrasi waktu berada persis di persimpangan dii antara dua kampung dan jalan ke arah kota, pak Aming di kejutkan suara teriakan seseorang dan membuat di terpaksa berhenti mendadak.Ciiit...awaaas!..uhk.. hampir saja kata pak Aming yang masih memegang motornya dan setelah di anggap aman ia mencari di mana arah suara tadi, di lihatnya ternyata dari arah jalan ke kota ada seseorang yang memanggil sambil mengerakkan tanganya dan karena tidak terlalu jelas ia menjalankan motornya ke arah orang itu.
Semakin dekat baru jelas orang itu ternyata Anwar tetangganya yang biasa mengambil kayu bakar dan kalau banyak pesanan tambah luas daerah pencahariannya jadi ia tidak heran kalau Anwar ada di sini.
Ada apa war? tanya pak Aming, kenapa kau panik ! bingung pak Aming melihatnya, anu pak! ...aduh bagaimana ngomongnya ya..jelas kelihatan kalau tanpak Anwar takut mengatakannya. Pak'. .di sana aku menemukan mayat, ada dua lagi katanya sambil menunjukkan tangannya.
Mayat !..kalau kau menemukan mayat kenapa diam saja disini jawab pak Aming kesal melihat Anwar tidak bergerak cepat, kau kan bisa telepon polisi ujarnya lagi, hei Anwar apa mayat itu warga kita tanyanya, Anwar yang di tanya mengangguk saja.
Ia jadi memperhatikan pak Aming, melihat Anwar bertingkah maju mundur kayak orang linglung tambah kesal pak melihatnya, ayo war ! kita lihat dulu siapa jadi korban ajaknya tapii, pak Aming tidak jadi melaju karena tangannya di pegang Anwar.
Pak' lebih baik kita di sini saja, biar polisi tidak marah kita merusak tempat kejadian tapi bukan menuruti saran Anwar, pak
Aming tambah penasaran, ia mendekati dan saat sampai di tempat korban, ia melihat di balik pohon-pohon semak itu ada dua pasang kaki yang posisinya terkelungkup.wajahnya tidak kelihatan lalu ia menoleh ke Anwar, apa kau sudah melihat wajahnya? tanyanya pada Anwar, siapa? ujarnya lagi, karena Anwar tidak terlalu merespon akhirnya pak Aming mendekati korban, perlahan ia membalik sedikit tubuh korban sekedar hanya untuk mengenali wajahnya saja.
Tanpak banyak luka di wajahnya sehingga butuh sedikit waktu untuk mengenali. Sesaat kemudian pak Aming merasakan dadanya seperti ada yang memukul nyerih dan berdebar kencang, kenapa tidak ketika ia melihat wajah korban....ini ..kan syarief ujarnya.
Kalau syarief jadi korban lalu... di mana anakku, suara pak Aming bergetar, spontan ia bergerak mencari ke setiap arah di sekitar korban. Pak...paak panggil Anwar pada pak Aming, mendengar panggilan yang keras membuat pak Aming menoleh ke arahnya.
Ia melihat Anwar menunjukan tangannya ke atas yang jadi isyarat buat pak Aming untuk ikut melihat arah yang di tujuh. Bisa di pastikan suara petir yang menggelegar dan kilatan cahaya saat tak akan menciutkan nyali pak Aming.
Tapi, melihat pemandangan seperti ini dengan tubuh anaknya yang terngantung di atas pohon dan keadaan menyedihkan membuat tubuhnya menjadi lemas dan ia merasakan pemandangannya mulai gelap...gelap..ia sudah tak sadarkan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA
Horroradunda mengalami masslah asmara yang beliku-liku yang pada akhirnya membuat hidupnya harus berakhir.