Setelah berapa hari, kegiatan di rumah pak Aming hanya ada orang-orang yang datang untuk takziah, tentang perkembangan kasus belum ada tanda-tanda dari polisi. Kata bapak- bapak yang ada di sana, mencari tersangka polisi tidak boleh ceroboh.
Hari ke sepuluh sejak Dinda di kuburkan kegiatan di rumah pak Aming sudah seperti biasa, sekitar jam sepuluh pagi ketika pak Aming dan istrinya di rumah mereka ke datangan tamu. Pak Aming mendengar ketukan di pintu depan segera bergerak tanpaknya dia sudah menunggu tamu ini jadi dari tadi ia sudah siap.
Saat pintu di buka tanpak di depannya berdiri dua laki-laki yang berpostur sedang maksudnya tidak terlalu tinggi dan tidak gemuk mereka tidak berpakaian dinas . Silakan masuk pak, mereka di persilakan masuk oleh pak Aming. Seperti pembicaraan kita di telepon, bapak mau bicara apa dengan saya dan istri tanya pak Aming.
Begini pak Aming kami mau melanjutkan pembicaraan kita kemarin tapi lebih privasi kata polisi itu. Ya silakan pak jawab pak Aming. Apa bapak yang terakhir melihat putri anda pergi tanya polisi itu, bukan hanya saya tapi istri saya juga.
Tapi sebelum anak saya pergi mereka berdua berbicara, apa yang mereka bicarakan saya tidak tahu jawab pak Aming. Kalau gitu bisa kami bicara dengan istri anda tanya polisi itu, bisa pak' sebentar saya akan panggilkan kata pak Aming sambil beranjak pergi.
Tirai kamar Dinda agak terbuka, di dalamnya ibunya sedang sibuk merapikan barang-barang dan pakaian anaknya, sambil menyusunnya ke dalam kardus, sekali-kali juga ia mengusap air matanya yang tak henti mengalir, apa yang terjadi tak luput dari perhatian suaminya.Bu...bu ..pak Aming memanggil istrinya, ada polisi yang ingin bicara dengan ibu jelasnya. Istrinya menoleh...apa harus sekarang pak tanyanya, iya bu' saat ini mereka menunggu di depan, ayo kita temui mereka, soal barang Dinda nanti bapak bantu menyusunnya ajak suaminya.
Setelah merapikan diri bu Aming mengikuti suaminya menemui dua polisi itu. Di dalam hatinya Bu Aming bingung apakah masih kurang keterangan yang di berikan tapi ia tetap menghadapinya dengan senyum. Sebelumya kami minta ma'af kalau sudah mengganggu kata polisi yang ada di dekatnya.
Tak apa-apa pak, apa yang bisa saya bantu? Wajah polisi itu mulai serius, kami ingin tahu sudah berapa lama putri ibu berpacaran dengan syarief, apa soal asmarah ada masalah tanya polisi itu. Sesaat ibu Dinda berpikir !... lalu kalau berpacaran mereka berdua baru berapa minggu, kalau soal asmara setahu tidak ada,
Sebelumnya Dinda pernah pacaran dengan Wawan yang masih kampung sini, dan dari yang saya lihat Wawan tu masih cinta dengannya, oh ya sebelum anak saya pergi dengan pacarnya saya sempat melihat Wawan dan temammya memperhatikan rumah ini jelas Bu Dinda.
Apa bapak, ibu kenal teman Wawan dan teman Syarief tanya polisi satunya , sesaat pak Aming bicara dalam hatinya ( akhirnya bicara juga polisi, kukira patung yang matanya selalu melotot mengawasi ). Kalau teman Syarief di katakan kenal juga tidak, kami tahu waktu mereka datang ramai-ramai, sedangkan teman Wawan tidak sama sekali jelas Pak Aming.
Maaf pak, apa pembunuh anak saya sudah di ketahui..? tanyanya lagi. Dua polisi itu tersenyum, kalau soal itu bapak dan ibu harus bersabar, bila sudah ada titik terang siapa pelakunya kami akan memberitahukannya.Pembicaraan mereka tidak terlalu lama, selang berapa menit dua polisi itu pulang dan sebelumnya mereka berpesan kalau ada yang bertanya katakan saja bapak dan ibu belum mendapat kabar tentang kasus ini. Pak Aming dan istrinya menunggu sampai mereka menghilang dari pandangan.
Ayo bu kita selesaikan hari ini barang-barang Dinda katamya, mereka masuk ke rumah, pak Aming punya rencana membawa baju-baju Dinda ke panti asuhan dan barang yang lain diserahkannya pada istrinya untuk menawarkan kepada teman anaknya seperti Yasti, Dara dan Sinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA
رعبadunda mengalami masslah asmara yang beliku-liku yang pada akhirnya membuat hidupnya harus berakhir.