Bab 25

117 24 0
                                    

         Perasaan takut dan tidak tenang selalu muncul hari-hari ini sejak ia membunuh Dinda, Maman selalu gelisah, sekali-kali melamun kadang juga kalau berjalan menoleh kekanan dan ke kiri ( kan tidak mungkin shalat sambil berjalan, oh ya maman kan selalu cuti shalatnya sepanjang tahun) pikir kakaknya yang sering melihat tingkahnya.

      Walau hari-hari ini sering diam seperti orang yang tidak punya semangat hidup tapi kalau sedang makan harus selalu di ingatkan, kalau tidak bisa amblas semua lauk ke perutnya. Seperti sore ini.. kak..kak panggilnya, ehmm..sahut kakaknya yang lagi asik membaca majalah. Kakak tidak usah kemana-mana sore ini sekarang perasaan Maman lagi takut, ia memohon pada kakaknya.

       Mendengar permintaan adiknya yang aneh membuat ia berkata ketus, kenapa kau takut..? apa takut ketahuan sudah melarikan nenek orang tanyanya, sesaat ia menghelai napasnya Man..man hari gini anak sebesar kau yang selalu keluar malam, takut..! Ia tinggalkan Maman menuju ke samping rumah sambil membawa majalahnya.
             
       Maman melihat kakaknya ke samping rumah yang jarak tidak terlalu jauh, dari sini ia masih kelihatan, ya jadilah dari pada tidak sama sekali pikirnya. Walau menonton ia tidak selalu pokus, pikirannya selalu kemana- mana.

      Lagi asik menonton telinganya mendengar sesuatu yang jatuh tapi..! sesuatu yang ringan karena tidak terlalu keras waktu jatuhnya. Ia malas melihatnya karena yakin kakaknya yang menjatuhkan barangnya. Perasaan kesal karena pikirannya jadi terusik, ia tegak untuk melihat apa yang jatuh.

       Ternyata di samping kursinya tampak ada seuntas tali yang tidak terlalu panjang, ukh siapa yang meletakan tali ini sembarangan saja ia menggerutuh. Tapi..tunggu' Sebentar !....deshk..jantungnya berdegup kencang.

      Iini.. sama persis yang di gunakan untuk menjerat leher wanita itu bathinya berkata, perasaan sudah aku buang tapi kenapa ada di sini binggung dia. Gawat kalau kakakku bertanya soal ini! , cepat ia mengambilnya dengan maksud menyembunyikan.

      Tapi Maman merasa terkejut satu ujung tali itu melilit tangan kanannya yang satu menjerat lehernya, ia mau menjerit tapi tali tambah kuat, sekuat tenaga akhirnya satu ujung tali mengendur tapi bukan terbebas bahkan ke dua tangannya terjerat, ketakutan membuat dia menarik dengan kuat.

       Apa mau di kata bukan tali yang terlepas tapi ...plak...plak...ia terduduk dan merasakan panas di pipinya, Maman terkejut ada di lantai ia meraba pipinya karena merasa sakit. Maman..mamaaan gila kau ya, di depannya ia melihat kakaknya menjerit dan melemparkan gulungan tali plastik, kau mau membuat aku mati ya ? jerit kakaknya.

       Kapan aku mau membunuh kakak sangkalnya ! Aku..aaku belum selesai ngomong, kakaknya melepaskan emosinya lagi. Aku apa nya! jelas-jelas leher ku kau jerat dengan tali, ni lihat, ia memperlihatkan lehernya yang tanpak ada garis pannjang merah . Maman yang masih bingung dengan keadaan jadi diam saja, perasaan tangan ku yang terikat kenapa leher kakak yang terjerat ( bisa stress aku lama-lama gini) pikirnya.

ADINDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang