Rabu. Dinda...Dindaa , panggilan ibunya yang cukup kuat membuat Dinda cepat-cepat keluar, ia sudah merasa cukup berdandan. Ya buu sambil mendekati ibunya. Ayo kita berangkat , enak pagi-pagi kita pergi jadi punya banyak waktu belanja ajak ibunya.
Tapi bu bagaimana dengan ayah kalau kita tinggal tanya Dinda. Tenang, ayah tadi pergi ke rumah pak Arpan yang lagi punya hajatan. Katanya agak lama ayahmu membantu bapak-bapak di sana memasang panggung dan ibu juga sudah kasih kunci rumah jadi aman katanya lagi, dan sekarang kita berangkat ujarnya sambil membawa tas kecilnya dengan di belakang Dinda mengikuti.
Sial bagi Dinda dan ibunya saat naik angkot pas di persimpangan, angkot yang di tumpangi mogok, para penumpang sebagian ribut di tambah lagi angkot yang lewat agak lama bisa terlambat semua urusan pikir mereka. Lima belas menit berlalu sebagian penumpang mulai pergi.Tanpaknya mereka sudah menelepon keluarga dan teman tapi bagi Dinda dan ibunya tidak bisa, menelepon ayahnya lagi ada pekerjaan dan motor cuma satu, mau jalan sampai ke kota kejauhan, mau pulang bisa teler ibunya. Sekarang bagaimana bu? tanya Dinda mulai binggung. Ya...bagaimana lagi terpaksa kita tunggu dulu, setelah itu kita pikirkan caranya jawab ibunya.
Duduk menunggu, dan mulai merasakan kebosanan. Tanpak dari jauh ada mobil berjalan mendekat. bagi Dinda yang mengenalinya jadi tambah kesal apalagi tak bisa berbuat banyak untuk menghindari.Wawan yang sudah melihat dari jauh, merasa ini kesempatan baik yang jangan sampai gagal apa lagi ada calon mertua pikirnya, ketika mobil berhenti di depan mereka ia segera turun dan tersenyum santun. Sebal Dinda melihatnya dalam hatinya ia benci dengan gaya Wawan yang sok lembut dan sopan.
'Asallmu'alaikum ' bu sapanya, 'Wa'alaikum salam' jawab ibu Dinda, ia menoleh sebentar ke anaknya. Mau kemana Wan? tanyanya, kebetulan Wawan mau ke kota, karena hari ini akan kuliah, ibu mau ke mana? tanyanya, ibu dan Dinda mau ke pasar di kota tapi mobil angkotnya mogok jelas ibu Dinda .
Ya sudah bu barengan saja sama Wawan, kan kita masih satu tujuan tawarnya sambil menoleh ke Dinda. Aduh nak Wawan apa tidak merepotkan kata bu Dinda basa basi, ia mulai tertarik menerima tawaran tapi bergaya takut ketahuan mau numpang gratis.
Dinda yang di sebelah tambah kesal karena tak bisa berbuat banyak, mau menolak tapi melihat ke angkot tanpaknya tak ada harapan bisa cepat berangkat, jadi terpaksa ia diam saja.
Dengan berat hati terpaksa ia naik mobil Wawan tapi Dinda tahu pasti maunya ia duduk di sebelahnya, makanya sebelum Wawan mengatakannya cepat-cepat Dinda duduk di belakang, ibunya yang melihat mencolek tangannya tapi Dinda pura-pura tidak tahu.Ibunya jadi tidak enak hati pada Wawan karena Dinda cuek saja. Nak Wawan maaf ya kalau kami ingin duduk di belakang saja, soalnya bisa lebih santai kata bu Dinda beralasan. Tidak apa bu santai saja, saya tahu Dinda pasti agak canggung duduk di sebelah saya jawabnya sambil melihat Dinda lewat kaca mobil yang ada di depannya.
Dinda tahu Wawan pura-pira saja ramah dan tenang, pada hal di hatinya pasti marah tu, ia kan tahu sifat laki-laki itu,..hekm emang enak di jadi in tukang supir, dia ketawa dalam hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADINDA
Terroradunda mengalami masslah asmara yang beliku-liku yang pada akhirnya membuat hidupnya harus berakhir.