Bagian 11

282 8 0
                                    

Anak-anak XI IIS 2 dihukum oleh guru Agama karena lebih dari setengah anak-anak tidak ada di kelas. Alhasil, mereka semua disuruh membaca surah Al-kahfi sampai selesai di lapangan yang cuacanya sampai membakar jiwa karena kebetulan hari ini hari Jumat.

Pak Ruslan, guru agama mereka memperhatikan sambil memandu mereka dengan hafalannya. Sampai bel pulang berbunyi,

"Yee...," Kata mereka tiba-tiba berhenti.
"Kok berhenti?" Kata pak Ruslan.
"Udah bel, pak." Celetuk Alex, ketua kelas mereka.
"Siapa bilang kalian udah boleh pulang?? Selesaiin dulu, baru boleh pulang. Ayo lanjut, tinggal 20 ayat lagi." Katanya.
Mau tidak mau mereka melanjutkan nya.

*

Saluna senyum-senyum melihat anak-anak XI IIS 2 yang sedang membaca surat Al-kahfi di lapangan bersama. Sebenarnya ia memperhatikan Jiboy yang ada di antara mereka.

"Hoy..," sapa Rifky.
"Hai, Rifky unch-unch...," Balas Saluna.
"Ngapain, lu?"
"Nungguin Jiboy." Kata Saluna.
Rifky memandang lapangan lalu ia tersenyum, "dihukum? Ckckck..,"
"Bagus tapi, hukumannya nambah amal ibadah." Kata Saluna.
"Ya iyalah, yang hukum,kan guru agama. Kalo matematika pasti disuruh jawab soal limit sambil jalan jongkok keliling lapangan."
"Uuuhh.., sadis..., Pengalaman,ya, pak?" Sindir Saluna.

"Sadaqollahuladzim...," Akhirnya mereka selesai juga. Jiboy langsung lari dan mendatangi Saluna dan Jiboy.

"Ngapain, lu sama cewek gue?" Tanya Jiboy sambil menggandeng tangan Saluna.
Rifky tersenyum, "oh, pacarnya,ya Pak?" Sindir Rifky.
"Kok lu__," Jiboy emosi, namun langsung dihentikan oleh Saluna.
"Ayo pulang." Ajak Saluna lalu menarik tangan Jiboy yang menggandengnya,
"Eits.., tunggu!" Kata Jiboy. Mereka berhenti,
"Apa?" Tanya Saluna.
"Tas gue masih di kelas."
"Haduh, ya udah sana ambil !" Kata Saluna. "Aku tunggu di parkiran,yaah." Kata Saluna,
"Oke, sayang." Ledek Jiboy lalu langsung berlari ke kelasnya.
"Ewh..., "

*

Saluna bersandar di motor Jiboy. Meskipun baru dua hari diantar-jemput oleh Jiboy, tetapi Saluna sudah hafal plat nomor motor Jiboy.

"Ck,ck,ck...," Tiba-tiba segerombolan cewek datang mengerumuni Saluna. Saluna ingat betul siapa mereka.
"Ternyata si bola ini masih gak kapok ya?" Kata Riana.
"Heh !" Salah satu temannya, Utari mendorongnya, tetapi Saluna dapat menjaga keseimbangan, "cewek jelek !! Lu pikir lu cocok sama Jiboy? Udah gendut, sok kecantikan, hidup lagi !!"
"Heh, lu denger,ga??" Kata April.
Saluna hanya mengangguk.
"Ya terus cepetan putus sama Jiboy !!" Kata Riana.

"Cuman gue yang boleh mutusin Saluna...," Terdengar suara seseorang dari belakang mereka.

Saluna tersenyum saat tahu siapa yang datang, para cewek itu langsung minggir,
"Ji,Jiboy ?" Kata mereka tak menyangka.
Jiboy mendatangi Saluna lalu merangkul Saluna,
"Heh, kalian inget,ya, meskipun menurut kalian, dia jelek, tapi bagi gue dia cewek tercantik di dunia !!" Kata Jiboy lantang.
"Halah..., Pencitraan lagi,nih anak." Batin Saluna.
"Iiih..., Lu udah buta apa, Jiboy?? Cantikan juga kita-kita...," Kata Utari.
Jiboy tersenyum, "sayangnya, cantiknya kalian itu cuman gara-gara makeup aja." Sindir Jiboy lalu langsung memasukkan kunci motornya dan menyalakannya.
"Cewek-cewek, gue pulang dulu,ya sama pacar gue.., Saluna ayo naik, sayang." Kata Jiboy lagi.
Saluna mengambil nafas panjang, tetapi tetap mengikuti Jiboy.
"Dadah, bye-bye...," Kata Jiboy sambil memakai helm lalu meng-gas motornya, membuat Saluna terpaksa memeluknya.

Riana melipat tangannya,
"Gue rasa dia diguna-guna sama Saluna." Celetuknya.
"Iya, kayaknya tuh anak harus di ruqiyah, deh." Tambah April.

*

Jiboy dan Saluna terdiam, sama-sama menikmati jalan. Namun tiba-tiba Jiboy malah membelokkan motornya,

"Loh, Jiboy, ini,kan bukan jalan pulang. Kamu mau bawa aku kemana???" Tanya Saluna panik.
"Tenang, gue gak akan bawa lu ke tempat aneh-aneh." Kata Jiboy.

Saluna duduk di bangku taman. Banyak orang-orang di sana hanya sekedar bercengkrama atau bermain bersama anak-anak nya.

"Nih.." kata Jiboy sambil memberikan sebuah es krim cone yang ia beli tak jauh dari taman itu. Saluna menerimanya,
"Thank you..,"
Jiboy lalu duduk di sebelah Saluna, ia menjilat es krimnya, "gue..., Umm..,"
"Jiboy mau ngomong apa?" Sela Saluna.
"Gue cuman penasaran aja. Apa mereka yang bikin lu nangis kemaren?" Tanya Jiboy lalu menjilat es krimnya lagi.
Saluna terdiam. Ia lalu memakan es krimnya dengan cepat,
"Ehm...,"
"Lu masih gak mau bilang juga,ya?"
"Apa..., Apa itu bikin kamu kepikiran?"
"Yaah.., sedikit,sih."
"Gimana jawabnya,ya. Umm...," Saluna berpikir. "Mungkin mereka bisa jadi salah satunya, tapi bukan penyebab utama. "
"Terus?"
"Aku malu.., udah jangan dibahas lagi." Kata Saluna.
Jiboy tersenyum, "apa? Gue jadi makin penasaran. Ooh, jangan bilang kalau elu dibodohi oleh kebodohan lu sendiri?"
Mendengar itu, Saluna langsung tertohok. Rasanya peluru omongan yang ditembakkan oleh Jiboy tepat mengenai jantungnya.
"Diem !! Iiih.., dasar !!"
"Hahaha..., Bener. Jangan-jangan jadi bucin,ya? Alias budak cinta??" Sekali lagi tebakan Jiboy benar.
Reflek, tangan Saluna langsung menjambak rambut Jiboy, "iih, nyebelin !!!" Kata Saluna
"Eits, Saluna! Es krimnya, yah.." es krim Jiboy jatuh begitu saja.
"Yah.., Jiboy, maaf..," kata Saluna.
"Haduh. Lagi-lagi. Ckckck...,"
"Maaf Jiboy."
"Haduh..., Berat rupanya punya cewe kayak elu. Pantes bang Ben gak mau sama elu."
"Iih, mau dijambak lagi apa??" Ancam Saluna.
"Iya,iya..., Gue diem." Kata Jiboy.
"Kalau gitu, ayo pulang." Ajak Saluna.
"Iya, ayo pulang !" Jiboy beranjak. "Oh,iya, Saluna." Kata Jiboy.
"Apa?" Saluna baru beranjak.
"Yang gue bilang tadi di depan Riana dkk. Jangan baper,ya."
"Iya, aku tau kali. Itu cuman pencitraan." Kata Saluna. "Lagian aneh. Segitu pentingnya,ya punya pacar, padahal cuman pelarian." Kata Saluna blak-blakan.
"Duuh. Lu jadi orang jangan terlalu jujur,deh...," Kata Jiboy, "udah, ah. Ayo ! Katanya mau pulang." Kata Jiboy lalu jalan dulunan.
"Iya,iya."

*

Saluna turun dari motor Jiboy.
"Makasih ya Jiboy, udah ngasih tumpangan gratis." Kata Saluna.
"Ya elah, orang rumahnya juga sejalan. Santai aja kali." Kata Jiboy siap-siap jalan lagi.
"Oh,iya Jiboy, don't forget, nanti hari Minggu papa mau ngobrol-ngobrol sama kamu sekalian olahraga."
"Aah..., Itu...,"
"Ajak juga papa kamu. Kata papa, kalau rame semakin seru."
"Ah,iya."
"Udah, kalau gitu kamu pulang gih sana." Usir Saluna secara halus.
"Iya. Ini gue juga mau pulang. Daah."
Saluna hanya melambaikan tangannya sambil tersenyum.

Sebuah Pelarian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang