Jam sudah menunjukkan pukul 06.34 pagi.
Kriiing....,
Kriiing...,
Kriiing...,
"Duuh, berisik!" Keluh Riana lalu mematikan alarmnya dan langsung menarik selimutnya lagi. Ia tertidur kembali,
Tak lama kemudian,
Tok, tok, tok....,
Kini pintu kamarnya yang bertingkah,
Tok, tok, tok...,
"Haduuh, siapa???!!" Katanya geram,
"Maaf, non, ini udah siang, non Riana gak sekolah?" Tanya Bi Yana, asisten rumah tangganya.
"Riana lagi sakit, Bi. Bilang sama mama, hari ini Riana gak sekolah!" Kata Riana dari dalam kamarnya.
"Oh, baik, non."
Tak lama kemudian,
Tok,tok,tok....,
Lagi-lagi ada yang mengetuk pintunya,
"Duuh, siapa??!!"
"Ini mama, sayang. Mama boleh masuk?" Tanya ibunya.
"Iya, masuk aja." Kata Riana masih tidur di bawah selimutnya.
Seorang wanita paruh baya berkulit putih dengan senyum yang hangat masuk ke dalam kamarnya lalu ia duduk di samping tempat tidur Riana, putrinya,
"Kamu sakit, nak?" Tanya ibunya sambil mengelus kepala anaknya,
"Iya." Kata Riana.
"Sakit apa,nak?"
"Mama...," Riana lalu langsung keluar dari selimutnya dan memeluk ibunya.
"Riana cuman lagi sedih dan gak mood aja."
"Pasti cowok,ya?" Kata mamanya iseng.
"Mama....," Katanya agak malu.
"Ya udah, istirahat dan tenangin diri aja. Nanti kalo udah mau cerita sama mama, kamu cerita,ya?"
"Mama...,"
"Kalau gitu mama tinggal dulu,ya, nanti mama anterin sarapan kamu ke sini."
"Iya,ma. Makasih, ma."
*
Sorenya,
Tok, tok. Tok...,
"Duuh, siapa??" Tanya Riana malas.
"Beb..., Ini kita beb...,"
Riana sangat mengenal suara itu,
"Masuk...," Katanya.
*
"Uugh..., Riana, lu sehancur itu ? Uugh, sayang...," Kata April langsung memeluk sahabatnya itu.
"Emang keterlaluan si Saluna itu !" Kata Utari.
"Iya, awas aja! Dia bakalan abis sama kita. Kamu tenang yaah..," tambah April lagi.
"Gak perlu." Kata Riana.
April dan Utari langsun memandangnya, "apa maksud lu gak perlu?" Tanya April.
"Kalian udah salah paham sama Saluna. Ga usah repot-repot ngerjain dia lagi. Bentar lagi juga mau ujian. Kalian gak perlu belajar apa?" Kata Riana.
"Owh em jiii..., Riana..., Lu gak sakit,kan??" Tanya April lalu memegang kening Riana.
"Iya, gue sakit. Udah, lah, mau gimana juga, gue gak punya harapan sama Jiboy."
"Tapi, say, kamu tau, ga ? Kemarin tuh kita denger kalo Saluna sama Jiboy mau putus." Kata April lagi.
"Gak tertarik."
"Lu beneran udah gak suka sama Jiboy?" Tanya Utari.
"Uhmm..., " Tiba-tiba terbayang wajah seorang laki-laki di benaknya,
"Ih, apaan,sih?" Katanya reflek setelah sadar siapa yang baru saja dia pikirkan.
"Eh, kamu beneran udah gak suka Jiboy? Maaf, deh kalo gitu." Kata Utari lagi.
"Udah, gue mau move on dari dia. Jadi jangan bahas perasaan gue ke dia lagi." Kata Riana.
Tok,tok,tok,
Lagi-lagi pintunya diketuk,
"Siapa??"
"Non, ini bibi. Di bawah ada anak cowok, katanya mau jenguk non Riana."
"Siapa namanya, Bi?"
"Mm.., den Andre."
Riana menaikkan alis sebelahnya,
"Andre? Siapa tuh?" Tanya April.
"Mau lihat? Ayo, ikut gue turun." Kata Riana.
*
Di ruang tamu telah duduk seorang laki-laki berkulit hitam dan bertubuh agak kekar.
"Andre?" Sapa Riana.
Laki-laki itu menoleh, lalu langsung tersenyum,
"Maaf, lu udah mendingan?" Tanya Andre.
"Maaf buat apa?" Tanya Riana sambil duduk di sofa,
"Karena gue Dateng di saat yang gak tepat lagi."
Riana lalu tersenyum, "terus kenapa Dateng?"
April dan Utari yang ada di sampingnya langsung memandang Riana,
"Gila, dia barusan membunuh mental." Kata April.
"Soalnya gue khawatir, katanya hari ini lu ga masuk."
Riana tersenyum, "terus mau ngapain ke sini?"
"Gue mau ngasih ini, siapa tau lu bisa baikan." Kata Andre sambil membawa sekotak donat.
"Sejak kapan orang sakit dikasih donat bisa jadi baikan?" Tanya Riana.
"Ya, soalnya,kan donat manis, biasanya orang yang lagi patah hati itu, butuh yang manis-manis, biar hidupnya jadi lebih manis, hehe...,"
"Wait ! Lu sok tau banget, Bebeb gue lagi patah hati, Sembarangan!!" Kata April kesal.
"Gue cuman mau hibur Riana doang."
Kata Andre."Udah, udah, uhmm.., muka kamu udah mendingan?" Tanya Riana.
"Ya ampun, Riana langsung bahas muka, emang, sih si Andre ini gak ganteng-ganteng amet...," Bisik Utari pada April.
"Ya ampun, lu gak usah nanya gitu, muka gue udah mendingan,kok, yah, masih agak nyeri, sih memarnya palingan besok juga udah mendingan lagi." Kata Andre.
"Ooh..., " Kata April dan Utari.
"Ya udah, gue cuman mau tau keadaan lu, tapi kayaknya lu udah mendingan gara-gara ada temen-temen lu, kalo gitu gue pamit,ya. Nanti dimakan donatnya." Kata Andre ambil berdiri.
"Iya, makasih, ya." Kata Riana, April dan Utari langsung menengok ke arah Riana tak percaya.
"Hey, sejak kapan dia berjiwa besar begini?" Bisik April.
"Mana gue tau." Balas Utari.
Andre hendak pergi, dan Riana hendak mengantarnya,
"Eh, gak perlu, gue pergi aja sendiri, lu istirahat aja, dan lanjutin sesi curhatnya." Kata Andre.
"Gak, gak, kalo mau lu gitu, gue panggilin Bibi gue dulu, ya." Kata Riana,
"Bi Yana," panggil Riana
"Ya, non?" Kata Bi Yana yang datang dari belakang,
"anterin Andre sampe depan pintu,Bi." Kata Riana.
"Baik, non. Ayo den Andre." Kata Bi Yana.
"Kalian, ayo ikut gue ke kamar." Kata Riana.
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pelarian (END)
RomanceBagiku kau adalah obat yang mengobati sebuah luka yang sangat dalam di hatiku -Jiboy- Kau adalah orang yang selalu ada untukku meskipun kau tidak ingin. -Saluna- Awalnya sama-sama berniat mengobati hati yang Terluka karena patah hati, tetapi seperti...