Bagian 49

213 4 0
                                    

Ujian akhir semester berjalan sangat lancar. Hari ini adalah hari terakhir ujian,

Jiboy menunggu Saluna di depan ruang ujiannya, rasanya ia ingin cepat-cepat bertemu dengan Saluna.

Saluna keluar dari kelasnya dan langsung mendapati Jiboy sedang menunggunya,

Wajah Saluna sangat kusut, ia memandang Jiboy sinis,

"Ih, kok kamu udah keluar? Emang gak susah ujiannya?"

"Sejarah,kan? Biasa aja." Kata Jiboy.

"Ih, sebel deh!" Kata Saluna lalu pergi meninggalkan Jiboy.

"Loh, Saluna, kok gue ditinggal,sih?" Kata Jiboy lalu mengejarnya.

Saluna berjalan sangat cepat, Jiboy mengejarnya,

"Hap!" Tiba-tiba Jiboy memeluknya,

"Ugh.., Jeef, lepasin..," kata Saluna meronta.

"Sekarang Saluna kecil banget, jadi lebih gampang nangkepnya." Canda Jiboy memeluk Saluna makin erat.

"Iih, Jef, Malu...," Kata Saluna.

"Hari ini, jangan langsung pulang yuk. Jalan-jalan dulu ke taman." Bisik Jiboy.

"Buat apa?"

"Refreshing setelah ujian." Kata Jiboy.

"Mmmm..,"

"Please."

"Oke, tapi lepasin." Kata Saluna.

Jiboy lalu melepas pelukannya, "tapi aku mau gandeng tangan kamu." Kata Jiboy lalu menggandeng tangan Saluna dan membawanya pergi.

Di taman,

Jiboy dari tadi tidak mengatakan apapun. Ia hanya menyenderkan kepalanya di pundak Saluna sambil memejamkan matanya,

"Jef.., kamu tidur ya?"

"Hm...,"

"Kalo gini caranya aku bakal sedih banget harus putus sama kamu,Jef." Batin Saluna.

"Jef..., Pulang,yuk." Ajak Saluna.

"Gak. Bentar lagi." Kata Jiboy masih memejamkan matanya.

"Rasanya gue gak mau hari ini selesai. Rasanya gue gak mau menyambut hari esok." Batin Jiboy.

"Jef.., aku capek." Kata Saluna.

Jiboy langsung bangun, "eh, pundak kamu sakit,ya?" Tanya Jiboy lalu memijit pundak Saluna.

"Eng..,enggak..,"

"Duuh, maaf, gara-gara aku,ya?"

"Gak Jeef.., gak apa-apa...," Kata Saluna berusaha menghentikan Jiboy,

"Terus?"

"Terus, ayo kita pulang, Jef. Aku mau istirahat."

"Oke, deh. Ayo kita pulang." Kata Jiboy. Lalu beranjak.

"Jef..,"

"Hm?"

"Besok__,"

"Besok aku jemput kamu jam sepuluh ya? Kamu udah harus siap."

"Besok kita bakalan pu__,"

"Udah, ayo pulang." Kata Jiboy menarik Saluna untuk berdiri.

"Gue, besok, gak akan membiarkan yang mustinya terjadi bakalan terjadi." Batin Jiboy sambil tersenyum.

*

Saluna pulang ke rumahnya. Baru saja masuk rumah, dia sudah menemukan seorang Raymond melamun di sofa ruang tamu. Saluna menyimpan sepatunya lalu duduk di samping Raymond,

"Bang Ray....," Panggil Saluna.

Raymond tidak menjawab. Tatapannya kosong.

"Bang Ray...," Panggil Saluna sekali lagi.

Raymond masih saja melamun. Sepertinya suara lembut Saluna bagaikan angin lalu saja.

"Duh, kalo gini caranya harus dikerasin." Gumam Saluna.

PLAK!!

"ADAWWW!!!! sakit bego!!!" Kata Raymond reflek.

"Sorry, ya bang Ray, aku pukul pahanya, soalnya dipanggil gak nyaut-nyaut, kayak jiwanya emang udah di dunia lain aja." Kata Saluna.

"Ah, elu. Emang gue pengen pergi ke dunia lain aja." Kata Raymond.

"Eh, eh? Kenapa? Kok gitu ngomongnya?"

"Soalnya gue lelah."

"Lelah gimana, bang?"

"Lelah ngejar-ngejar Jelita. Gue,kan juga manusia, padahal gue gak pernah berkata kasar sama dia, tapi dia selalu membalas gue dengan kata-kata kasarnya. Hati ini lama-lama tipis karena teriris...,"

"Ih, Abang, lebay."

Raymond menoleh ke arah Saluna lalu menjitaknya,

"Aduuh...," Kata Saluna memegangi jidatnya.

"Anggap aja, pembalasan gue." Kata Raymond.

"Iya,iya, tadi,kan Saluna udah minta maaf."

"Hmph...," Raymond menyenderkan tubuhnya ke sofa, lalu memijit-mijit kepalanya,

"Bang Ray, jangan marah,ya, yah?" Kata Saluna merajuk,

"Iya, iya! Gue juga lagi gak punya energi buat marah sama elu." Kata Raymond.

Saluna beranjak, "bang, mba Jelita itu, punya trauma, pacaran sama brondong, apalagi macam bang Ray yang tadinya playboy." Kata Saluna.

"Hah? Apa?"

"Saluna mau beberes diri dulu, terus bobok cantik. Daah Abang ganteng..," kata Saluna tidak menjawab pertanyaan Raymond.

Raymond menegakkan tubuhnya,
"Woy, gue nanya sama elu! Woy!" Teriak Raymond, tapi tak dihiraukan oleh Saluna.

*

Keesokan harinya,

Jiboy memandang dirinya di cermin,

Ting!

Tiba-tiba ada sebuah notifikasi masuk di ponselnya, Jiboy segera mengambilnya dan memeriksanya,

Mira
Jiboy, hari ini jadi,kan kita ketemuan?

Jiboy membalasnya,

Jiboy
Ya

*
*
*

Sebuah Pelarian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang