Bagian 37

207 6 0
                                    

Kini mereka duduk di bangku yang ada di halaman penginapan mereka, Rifky menyodorkan sekaleng soft drink, Jiboy membukanya lalu meminumnya,

"Thanks...," Kata Jiboy.

"Sekarang lu mau ngomong apa sama gue?" Tanya Rifky.

Jiboy lalu mengubah posisi duduknya jadi menghadap ke arah Rifky,

"Gue..., Gue rasa..., Gue sayang sama Saluna." Kata Jiboy.

"Terus?"

"Bukan sebagai temen, tapi sebagai cewe. Gue suka sama Saluna...,"

"Terus?" Tanya Rifky.

"Maka dari itu, gue udah memutuskan, gue gak akan putus sama dia."

Rifky tersenyum, "hahahaha....,"

"Loh? Lu kok ketawa? Ada yang lucu?"

"Woy..., Lu tau,gak lu kayak apa barusan?"

"Apa?"

"Lu kayak lagi mau ngelamar anak gue,tau ga ? Hahaha...,"

"Hah?"

"Haduh.., Jiboy, Jiboy, lu kalo emang itu yang lu rasain sama Saluna, lu bilang langsung lah ke dia. Ngapain bilang ke gue? Gak bakalan gue sampein juga."

"Ya, gue tau. Tapi, lu kan yang paling gak setuju sama hubungan gue dan Saluna."

"Iya,iya, sekarang gue setuju. Asalkan lu jangan ngecewain dia."

"Ya ampun..., Gue..., Gue..., Gue terharu masa...,"

"Udah,udah, sana cepetan baikan sama Saluna."

"Pasti...,"

Drrt, drrt, drrt,

"Eh, sorry, gue ada telpon, nih. Gue balik duluan,ya." Kata Rifky,

"Dari siapa? Saluna?" Tebak Jiboy.

Rifky tersenyum nakal, "kepo !" Katanya lalu pergi.

*

Di kamarnya, Jiboy hanya bisa memandang ponselnya.

"Gue minta maaf sekarang? Tapi ini udah malem...," Katanya berbicara sendiri,

"Tapi hati gue gak tenang. Duuh..., gue kangen banget sama dia, apalagi senyum manisnya...," Kata Jiboy sambil mengenang setiap senyum yang diberikan Saluna padanya.

"Uugh..., Manisnya my big girl...," Katanya.

Drrt, drrt, drrt,

Tiba-tiba ponsel Jiboy berdering,

"Woah..., Mungkinkah ini Saluna??" Kata Jiboy tak mau melihat nama yang tertera di layar ponselnya,

Ia lalu mengangkatnya,

"Halo?" Terdengar suara seorang gadis yang sangat Jiboy kenal,

"Haish..., Ternyata elu!" Kata Jiboy sedikit kecewa, ia langsung melihat layar ponselnya.

"Ck, mba Jelita, ngapain lu nelpon gue? Tumben." Kata Jiboy yang sebenarnya agak senang. Biasanya kakak perempuannya ini sangat cuek padanya,

"Gue cuman mau nanya kabar lu...,"

"Hah? Tumben? Kesambet apaan lu?"

"Dasar lu ! Kakaknya peduliin elu malah ditanya kesambet apa, ckckck...,'

"Yah.., soalnya gak biasa aja."

"Lu udah makan ?"

"Bentar lagi. Abis solat isya baru makan malam."

"Tapi kemarin-kemarin gak lupa makan,kan?"

"Enggak."

"Solat lu gimana? Solat gak lu?"

"Solat mba. Masa iya, gue tinggal."

"Bagus, istirahat gimana? Lu jangan keasyikan main hape sampe tidur kemalaman, lu harus manfaatin waktu istirahat lu."

"Iya, mbaa..., Ya ampun perhatian banget sih lu....,"

"Mau nanya apa lagi?" Kata Jelita pelan.

"Mau nanya apa lagi? Kok lu nanya gue gitu?" Kata Jiboy heran, alisny sebelah terangkat,

"Eh, emang gue ngomong gitu?"

"Iya. Lu sama siapa? Sama ibu?"

"Uhmm...,"

"Mba?"

"Saluna, mending lu aja yang ngomong sendiri." Kata Jelita tiba-tiba.

"Saluna?" Batin Jiboy.

"Ih.., mba, mba aja...," Terdengar suara Saluna di sebrang, langsung terlukis sebuah senyuman di bibir Jiboy,

"Saluna..," kata Jiboy. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari sebrang.

"Saluna, dengerin aku..., Kalo kamu gak mau ngomong sama aku, gak apa-apa, tapi please dengerin aku...," Kata Jiboy, tetapi masih tidak ada jawaban apapun dari sebrang.

"Aku..., Aku minta maaf. Aku tau, maaf mungkin gak cukup. Tapi setidaknya itu yang bisa aku bilang sekarang. Maaf udah mukul sahabat kamu, maaf udah ngebentak kamu dengan alasan yang ga jelas...," Jiboy terdiam,

"Aku tau, kamu mungkin gak mau maafin aku, tapi aku cuman mau bilang apa yang aku rasain sekarang...," Kata Jiboy lagi. Ia menarik napas panjang,

"Saluna..., Aku..., aku kangen sama kamu...," Kata Jiboy.

Tidak ada jawaban apapun dari sebrang, Jiboy paham, mungkin Saluna masih marah padanya,

"Aku juga...," Tiba-tiba ada suara dari sebrang,

"aku kangen sama kamu, Jef..,"

*
*
*

Sebuah Pelarian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang