Saluna
Jiboy, hari ini pulang duluan aja, soalnya aku mau ada briefing buat pelatihan besok. Nanti kalo kemalaman aku telpon bang Ray aja.Jiboy membaca pesan dari Saluna.
"Dasar. Banyak gaya nih anak. Mentang-mentang ikut lomba cerdas cermat." Komentar Jiboy. Tiba-tiba ada yang mencolek pundaknya, ia menoleh
"Riana?" Tanya Jiboy kaget.
"Hai Jiboy. Lu sendirian aja. Cewek lu mana?" Tanya Riana basa-basi.
"Apaan, sih lu Riana. Biasanya juga gak suka basa-basi. Gue kayak orang lain aja." Kata Jiboy.
"Lu gak pernah jadi orang lain bagi gue, Jiboy. Lu selalu jadi cowok yang gue cintai." Batin Riana.
"Woy ! Malah bengong lagi." Kata Jiboy.
"Eh, iya. Lu pulang sendiri hari ini?"
"Ugh..., Kayaknya. Soalnya Saluna lagi briefing buat cerdas cermat...,"
"Kalo gitu, anterin gue dong..," pinta Riana langsung mengambil helm dari motor Jiboy.
"Hah? Nganterin elu ? Kemana?"
"Pulanglah."
"Laah..., Biasanya juga lu pulang sendiri. Lagian banyak tuh cowok-cowok yang mau nganterin elu."
"Iih, maunya sama elu. Kayak kita SMP dulu."
"Gue,kan udah punya cewe. Aneh aja kali kalo nganterin elu." Kata Jiboy.
"Iih..., Saluna juga gak akan marah. Dia kan orangnya baik banget.""Kamu juga sama aja, manfaatin kebaikan aku...,"
Tiba-tiba terngiang kalimat Saluna. Sekali lagi ia merasakan hal yang sama. Dadanya terasa sesak sekali.
"Jiboy...," Kata Riana. Jiboy lalu menatap mata Riana tajam.
*
Saluna menelpon Raymond. Ia tidak menyangka kalau briefing akan sampai jam setengah enam. Jika harus menunggu Raymond, dia harus menunggu sampai jam enam.
"Duuh, bang Ray, kok gak diangkat, sih...," Katanya kesal.
"Saluna," panggil seseorang.
"Eh, Rifky...,"
"Lu pulang sama siapa?"
"Gak tau, nih. Bang Ray telponnya gak diangkat...," Keluh Saluna sambil terus berjalan menuju pintu keluar lewat parkiran, karena pasti lobby sudah dikunci.
"Mau bareng gue?" Tawar Rifky.
"Bo__," kata-katanya berhenti saat melihat seseorang di parkiran.
"Jiboy...," Rifky memperjelas alasan Saluna berhenti.
Jiboy yang merasa dipanggil menoleh lalu tersenyum, "akhirnya lu keluar juga." Kata Jiboy.
Saluna segera menghampiri Jiboy,
"Kok kamu masih di sini?? Duuh, gak tega ini ngeliat benjolnya." Kata Saluna.
"Lu benjol kenapa?" Tanya Rifky agak meledek.
"Diem lu !" Kata Jiboy malu.
"Udah, Rifky, aku pulang sama Jiboy aja." Kata Saluna.
"Ya udah. Kalo gitu. Gue duluan." Kata Rifky, "heh, lu anterin Saluna sampe rumah loh !!" Kata Rifky.
"Iya, gue tau !!" Kata Jiboy lalu memberikan helmnya pada Saluna.
"Daah, Rifky unch-unch...," Kata Saluna yang hanya dibalas senyum oleh Rifky."Ugh...," Keluh Jiboy.
"Kenapa, Jiboy?" Tanya Saluna yang menyadari keluhan Jiboy sambil naik ke atas motornya.
"Kenapa, sih elu punya panggilan khusus gitu sama Rifky ?"
"Ooh, soalnya dia,tuh ngegemesin banget, orangnya cool gimana gitu, tapi sebenarnya sifatnya yang dingin itu yang bikin dia keliatan imut." Kata Saluna malah menjelaskan.
"Bukan itu maksud gue...,"
"Terus apa?" Tanya Saluna, lalu Jiboy menyalakan motornya,
"Gue,kan cowok lu, seharusnya juga ada panggilan khususnya gitu...,"
"Idiih..., Pacaran juga bentar lagi putus mau pake panggilan sayang. Ckckck...,"
"Curang." Kata Jiboy.
"Ya ampun, iya deh...," Kata Saluna mengalah.
"Apa?"
"Jefri."
"Itu,kan nama gue."
"Tapi gak ada,kan yang manggil kamu gitu, sekalipun Mira." Kata Saluna.
"Iya juga,sih...,"
"Jefri...,"
"Hm...,"
"Pulang yuk, keburu Maghrib,nih." Kata Saluna.
"Iya Big Girl..., Aww...," Mendengar itu dengan reflek Saluna memukul kepala Jiboy yang untungnya sudah menggunakan helm,
"Aku aja bikin panggilannya yang bagus. Kamu,mah ngeledek aku Mulu. Sama aja kayak temen-temen kamu,tuh !!" Kata Saluna.
"Iya,iya maaf. sayang...," Kata Jiboy.
"Huuh..., Pencitraan..!!" Kata Saluna.
"Terserah deh." Kata Jiboy lalu menancap gas nya tiba-tiba, membuat Saluna langsung memeluk pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pelarian (END)
RomanceBagiku kau adalah obat yang mengobati sebuah luka yang sangat dalam di hatiku -Jiboy- Kau adalah orang yang selalu ada untukku meskipun kau tidak ingin. -Saluna- Awalnya sama-sama berniat mengobati hati yang Terluka karena patah hati, tetapi seperti...