Rifky masih menatap Jiboy dengan tajam karena pertanyaannya.
"Apa urusan lu sama Saluna?" Tanya Rifky sinis."Ya.., gue cuman mau kenal dia doang," timpal Jiboy.
"Kenapa?" selidik Rifky."Lu gak mau kasih tau gue?" Jiboy malah balik tanya dengan nada agak sewot.
"Gak!" Rifky segera mengembalikan air mineral yang tadi diberikan Jiboy.
"Cari tahu aja sendiri!" ketusnya lalu beranjak dan pergi.
Jiboy hanya bisa mengernyitkan dahi.
"Lah? Ngapa dia sewot? Salah gue nanya tentang temennya?" gerutu Jiboy. Sekarang ia bingung harus tanya tentang Saluna lewat siapa.
"Bodo, ah! Kenapa juga gue kepancing sama usulan Ben?" kesalnya.Di sisi lain, Rifky menggeram. Tentu saja, kabar Jiboy yang baru putus dari pacarnya yang katanya sangat cantik, Mira dari SMA sebelah, bukanlah suatu rahasia lagi. Semua orang tahu. Kemudian tiba-tiba saja dia meminta Rifky untuk mengenalkan Saluna—seorang cewek biasa saja, tetapi tidak biasa baginya barusan, pasti ada sesuatu yang tidak beres.
"Saluna itu bukan untuk jadi pelarian!" Rifky berbicara sendiri. Ia sudah bisa menebak apa niat seorang Jiboy pada sahabatnya dari SD itu.
***
Saking frustasinya sekarang Jiboy hanya bisa memandang foto Mira—sang mantan sambil mengenang masa lalunya.
"Bukan saatnya, Bro...." Tiba-tiba foto itu menghilang dari pandangannya. Jiboy langsung mencari asal suara tadi.
"Ben...." Ia menahan amarahnya karena mendaoati Ben menganbil foto Mira dari tangannya.
Ben segera menjauh.
"Hehe... lu udah ketemu sama Saluna?" tanyanya."Ya belumlah!" ketus Jiboy masih kesal.
"Belum? Berarti akan?" pancing Ben.
Jiboy tetap diam tak menjawab, lelaki itu hanya memonyongkan mulutnya.
"Udah nanyain Rifky?" tanya Ben lagi.
"Banyak bacot lu!" sarkas Jiboy berusaha menahan amarahnya, tetapi Ben malah terkekeh.
"Heh, nih gue kasih ID IG-nya." tawar Ben lalu mengambil ponsel Jiboy dan membuat Jiboy mem-follow Saluna.
"Eh, lu —"
"Gue tau, lu penasaran juga 'kan orangnya kayak apa? Meskipun sebenarnya lu pernah ketemu sama dia," Kata Ben sambil me-like semua foto Saluna lewat akun Jiboy."Sok tau lu!" sahut Jiboy yang pasrah saja, meskipun kesal.
"Kemaren Rifky ngomel-ngomel ke gue," adunya.
"Emangnya dia tahu kalo elu sama gue Sodara?" tanya Jiboy yang amarahnya sudah mulai mereda.
"Tau lah ... Dia mah kayak Intel, bisa tau-tau-an," timpal Ben lalu duduk di sebelah Jiboy sambil menunjukkan layar ponselnya.
"Nih, liat, yang lagi senyum lebar ini, namanya Saluna," tunjuk Ben.
Jiboy mengernyitkan dahinya, berusaha mencari letak ingatan wajah dari foto gadis itu di otaknya.
"Sumpah ..." Kata Jiboy.
"Cantik?" tanya Ben.
"Bukan."
"Terus?"
"Gue gak inget pernah ketemu dia dimana dan kapan." Jiboy malah cengengesan sambil menggosok-gosok dagunya yang agak berjenggot.
Ben langsung mengambil tangan kanan Jiboy lalu meletakkan ponselnya di sana.
"Ya elah, satu sekolahan juga. Udah ah, gue banyak tugas, gue pulang dulu aja." kesal Ben lalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pelarian (END)
RomansaBagiku kau adalah obat yang mengobati sebuah luka yang sangat dalam di hatiku -Jiboy- Kau adalah orang yang selalu ada untukku meskipun kau tidak ingin. -Saluna- Awalnya sama-sama berniat mengobati hati yang Terluka karena patah hati, tetapi seperti...