Bagian 4: Jadian

477 10 0
                                    

"Saluna!" Panggil Jiboy.
Orang itu berhenti dan berbalik, mencari siapa yang memanggilnya. Jiboy tersenyum, penglihatannya masih tajam meskipun di malam hari.

"Siapa yang manggil aku?" bingung Saluna.

"Haish, Rupanya dia yang rabun ayam," kekeh Jiboy dalam hati.

Lelaki berambut jabrik itu pun segera menghampiri Saluna yang kebingungan dan menyapanya, tetapi Saluna malah memicingkan matanya.
"Ka-kamu...." Saluna berusaha mengingat.

"Jiboy. Yang tadi sore di gerbang sekolah." Jiboy buru-buru mengingatkan gadis berambut gelombang di hadapannya.

"Jiboy? Ooh.., Jiboy underscort nol sepuluh?" kata Saluna mengklarifikasi.
"Ah, iya itu IG gue, sih."

"Ooh, ini yang beritanya baru diputusin sama pacarnya." seru Saluna. Tentu gossip itu pernah didengar oleh gadis berambut gelombang ini.

"Duuh..., Orang ini frontal banget, sih." umpat Jiboy.

"Tapi, kok kamu bisa di sini?" tanya Saluna lagi memecahkan lamunan Jiboy.

"Ah, iya gue mau ke warung, kalo elu?" Jiboy berusaha membuka Suasana canggung ini.

"Oh, kalo aku abis dari warung." Sesaat suasana hening. Jiboy pun berdehem.

"Ooh.., emangnya lu tinggal di daerah sini?" Lelaki jabrik ini berusaha membuka pembicaraan.

Saluna langsung menatap Jiboy curiga.
"No!" seru Saluna menunjukkan telunjuknya di hadapan Jiboy.
"Ingat, ya, bagiku kamu masih mencurigakan. Jadi permisi! Daaah...."  Saluna lalu pergi begitu saja.

Jiboy malah dibuat tersenyum.
"Dasar, sok misterius," kekehnya.
"Eh, tapi dia gak ingat gue apa? setidaknya sebagai sepupu Ben," gerutu Jiboy kesal.

Keesokan harinya.

Rifky memakan nasi ramesnya sambil menatap lurus ke Jiboy yang sedang makan juga di tempat duduk yang sama dengannya.
"Kenapa dah, lu? Sinis Amet ngeliatin gue," tegur Jiboy yang tidak nyaman.

"Lu ngapain di sini?" ketus Rifky.

"Gue—"

"Hai Rifky unch-unch ...." Tiba-tiba Saluna datang  dengan hebohnya dan langsung duduk di samping Rifky.

"Hai, Saluna," sapa Jiboy SKSD (Sok Kenal, Sok Deket).

"Eh? Jiboy underscort nol sepuluh?" sahut Saluna dengan wajah cerianya.

"Aduh, please, deh, lu gak perlu nyebut ID IG gue buat manggil gue!" kesal Jiboy.

Saluna malah cengengesan, kemudian perhatiannya kembali ke sahabatnya.
"Oh, iya Rifky, tadi pagi Aku baru aja masak udang asam manis ...." pamer Saluna sambil membuka kotak bekalnya.

"Waaw," seakan ada sinar mentari di mata Rifky. 

"Terus aku kepikiran kamu, tapi ... umm ... Kamu udah beli makan siang, ya? Padahal aku bawain banyak ...." Saluna mulai memonyongkan bibirnya.

"Gak apa-apa, pasti gue makan, kok!" sahut Rifky buru-buru.

"Serius?" tanya Saluna. Rifky tersenyum sambil mengangguk.

"OMG! kesayanganku emang ...." gemas Saluna lalu mencubit pipi kanan Rifky.

BRAK !

Tiba-tiba Jiboy menggebrak meja, membuat Saluna dan Rifky terhenyak.
"Kok gue dikacangin?" ujarnya tak terima.

"Oh, iya, Jiboy underscort— maksudnya Jiboy, mau juga?" tawar Saluna.

Jiboy yang tadinya mau marah jadi bergumam.

"Udah, gak usah bingung, gak usah ragu, mau aja," paksa Saluna sambil tersenyum lebar.

"Ya, elah, gue kira lu mau pantun," gerutu Jiboy yang diam-diam geli sendiri dengan tingkah Saluna.

Sedangkan Saluna juga ikut tersenyum.
"Tapi, pake sendok kamu sendiri ,ya" pesan Saluna lagi. Jiboy langsung mengangguk dengan semangat. Sementara Saluna mengatur makanan buatannya untuk dinikmati bertiga, Sedangkan Rifky hanya cemberut.

Saat pulang sekolah, Saluna berjalan sendiri menuju gerbang sekolah. Hari ini Saluna akan menjemput Sharena di sekolahnya sendirian karena Rifky ada latihan.
"Saluna!" panggil Rifky.

"Eh, Rifky, kamu gak latihan?"

"Latihan, tapi ada yang perlu gue omongin."

"Apa?"

"Please jangan deket-deket Jiboy."

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan," kata Rifky lalu pergi.

"Siapa juga yang mau deket-deket Jiboy. Hahaha, jealous kali dia, gegara tadi," kekeh Saluna berbicara sendiri sambil senyum-senyum.

Namun tak selang berapa lama, Saluna berlari kembali ke sekolah. Ia baru ingat kalau tas bekalnya tertinggal, padahal hampir sampai tadi di sekolah Sharena. Saat melewati lapangan, ia berhenti sebentar sambil memperhatikan bagaimana cara Rifky berlatih.

"Uunch, Rifky kalo lagi latihan keren!"  Saluna berbicara sendiri. Gadis ini memang mudah teralihkan.

"Oh, iya tas bekal !" Saluna segera berlari ke kelasnya.

***

Anak-anak futsal beristirahat sejenak. Sedangkan Jiboy duduk di sisi lapangan sambil meminum air mineralnya. Dari kejauhan, matanya yang sangat tajam itu terusik oleh sosok gadis yang sejak kemarin ia kejar-kejar.
"Saluna?" katanya.

Sementara Sang gadis itu malah tengah disibukkan oleh ponselnya.

From : Sharena

Saluna my baby...,
I'm so so sorry 🙇🙇
Aku ga bisa plg bareng hr ini, aku ada latihan cheers karena mau ikut lomba, eh mohon doanya juga ya.

Love you😘

Sang gadis alias Saluna tersenyum sambil membaca SMS dari sahabatnya sejak SMP itu.
"Aammiiin...." katanya.

"Saluna," seru Jiboy yang tiba-tiba menghampirinya.

Saluna menoleh. "Eh, Jiboy."

Jiboy tersenyum, "kok belum pulang?" tanyanya lagi.

Saluna memperhatikan Jiboy dari atas sampai bawah, pakaiannya sama seperti yang dipakai Rifky.

"Kamu anak futsal juga?" katanya tidak menjawab pertanyaan Jiboy.

"Iya... Umm ... Saluna—"

"Kalau gitu aku pulang dulu ya. Semangat latihannya!" ujar Saluna yang sebenarnya agak canggung lalu pergi begitu saja.
Namun Jiboy malah tersenyum. "Sial, dia menarik juga " Jiboy lalu mengejar Saluna.

"Saluna!" panggil Lelaki jabrik itu.

Saluna yang merasa terpanggil pun berhenti dan menoleh.

"Pacaran yuk!" teriak Jiboy.
Namun Saluna malah mengernyitkan dahi. Jarak mereka teralu jauh, gadis itu pun mendekat.

"Hah? Ya?"

Jawaban Saluna sontak membuat senyum Jiboy mengembang.
"Iya?" tanya Jiboy yang malah menambah kerutan di dahi Saluna.

Sebuah Pelarian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang