Bagian 40

214 7 0
                                    

Jiboy baru masuk ke kamar setelah selesai mandi, hari ini adalah hari terakhir mereka di camp pelatihan, setelah sarapan mereka akan kembali pulang,

"Woy, Jiboy ! Hape lu noh, berisik!!" Kata Samsul yang sedang membereskan barang-barangnya.

"Hape gue? Mana?" Kata Jiboy lalu mengambil ponselnya,

Di layarnya tertera notifikasi 54 panggilan tidak terjawab,

"Siapa yang nelpon gue..., Nomor ini,kan nomornya Mira...,"

"Mira itu udah putus."

Terngiang kata-kata Saluna beberapa hari yang lalu.

"Jangan-jangan dia ngehubungin gue karena mau balikan...,"

Ting !

Sebuah pesan masuk,

Jiboy, nanti hari Sabtu dua Minggu lagi ada pensi di sekolah aku. Kamu Dateng ya, ada hal penting yang mau aku omongin.

"Pensi?" Jiboy tersenyum, "ini momen yang bagus buat memperjelas semuanya. Thanks Mira." Kata Jiboy berbicara sendiri.

"Eh, buset dah lu ! Sedeng lu, ngomong sendiri!" Kata Samsul.

"Berisik lu!"

*

Utari berlari ke kelas XI IIS 2 ,

"Riana ! Riana !" Teriaknya di antara kerumunan,

"Iih, berisik lu ya??" Kata Riana yang tiba-tiba muncul di depannya lalu membawanya ke tempat yang lebih sepi.

April melipat tangannya, begitu juga dengan Riana,

"Sumpah !! Si bola berubah total !!" Kata Utari histeris.

"Hah? Berubah total ? Bukannya tuh anak udah pindah sekolah?" Tanya April.

"Kata siapa? Dia masih di sini, duh, ini,kan hari senin, nanti bakalan ada pengumuman atas kemenangan tim cerdas cermat kita sebagai Runner up, kalian bakal kaget!!" Kata Utari.

"Ih, halu lu,ya Utari." Kata Riana.

*

Panas terik matahari di hari Senin yang cerah tidak bisa ditolak, namun ketika upacara selesai, tiba-tiba kepala sekolah maju ke depan dan membuat pengumuman,

"Sebentar anak-anak...,"

Langsung saja para murid mengeluarkan ribuan umpatan karena kesal, mereka terpaksa kembali ke posisi masing-masing.

Berbagai sambutan yang sudah tak bisa mereka dengar karena teriknya matahari keluar masuk telinga mereka begitu saja,

"Duh, kepala sekolah ngapain, sih? Banyak cincong banget." Bisik April.

"Heh, dengerin, nanti apa yang gue bilang tadi pagi bakalan terbukti." Kata Utari.

"Baik anak-anak, mari kita sambut tim cerdas cermat sekolah kita, Tommy dan Saluna dari kelas XI MIA dua, Alesha dari kelas XII IIS dua, Leo dari kelas X IIS Tiga  dan Faiha dari kelas X MIA satu...," guru-guru segera bertepuk tangan, diikuti para murid,

Lelaki dengan baju nya yang sangat rapih seperti anak teladan dengan kacamata frame hitam tebal maju, diikuti dengan gadis cantik blasteran dengan rambut merah sedada. Di belakangnya seorang gadis berjilbab dengan kulit putih yang terlihat cuek dan lelaki dengan senyum lebar yang mengikutinya,

"Eh, beneran, nama tuh si Bola disebut, tapi mana orangnya?" Tanya April.

Terakhir seorang gadis dengan rambut pendek keritingnya yang dijepit dan tubuh ramping maju ke depan.

Mata Riana membelalak,

"Sumpah demi apa?? Itu Saluna???"

"Loh, ini siapa, ini?"  Tanya pak Kepsek bingung saat seorang gadis berambut keriting itu maju.

"Saya, pak?" Tanyanya sambil menunjuk diri.

Alesha langsung memeluk gadis itu, "my best friend Saluna, Sir." Kata Alesha dengan senyumannya yang begitu menawan.

"Ehm..," tiba-tiba Tommy berdehem, Alesha buru-buru mengembalikan wajahnya seperti semula.

"Saluna? Se,serius?" Tanya pak Kepsek tak percaya.

"Iya, pak. Saya Saluna Ratu Adriana." Kata Saluna lagi.

"Pak, mendingan segera dipercepat, anak-anak juga harus segera memulai jam pelajaran." Bisik Tommy.

"Baiklah anak-anak, kelima orang ini adalah teman-teman kita yang sudah berjuang....,"

Pak kepsek melanjutkan pidatonya,

Di antara barisan para murid, Riana mengepalkan tangannya kesal. Entah kenapa, melihat Saluna yang berubah drastis membuatnya kesal.

*

Saluna menyeruput jus mangga, gara-gara diet, beberapa makanan yang dulu jadi favoritnya lama-lama berkurang dan berganti jadi makanan yang sering ia konsumsi saat diet,

"Waaah...., Segarnya....," Kata Saluna,

"Sumpah, suntuk banget di kelas," katanya berbicara sendiri, "gak ada Rifky sepi banget, Alesha juga udah balikan sama Tommy. Terus my Jef__, eh? Ngapain sih nyebut dia kayak gitu?? Haduuh...,"

Tiba-tiba sinar terik matahari yang masih ia rasakan tadi menghilang begitu saja,

"Eh, apa ada awan..., Riana?" Tanya Saluna.

"Lu masih inget gue ternyata?"

*
*
*

Sebuah Pelarian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang