Saluna dan Jiboy tidak langsung pulang. Saluna membawa Jiboy ke taman yang pernah mereka datangi kemarin. Saluna ingin Jiboy menenangkan dirinya dulu,
"Gue..., Masih sayang Mira...," Kata Jiboy setelah menyelesaikan kesedihannya,
"Tapi gue ga ngerti kenapa tadi gue kesel pas ketemu dia...,"
Jiboy meminum teh kemasan yang dibeli Saluna tadi, "kenapa dia bisa-bisanya mutusin gue waktu itu..., Cuman gara-gara gue terlalu baik sama dia??? Dan kenapa bisa-bisanya dia ngobrol sesantai itu setelah mutusin gue??"Saluna hanya bisa memandang Jiboy,
"Gue terlalu menyedihkan,ya?" Tanya Jiboy karena tidak ada respon sama sekali dari Saluna.
"Iya...," Jawab Saluna.
"Gue pasti keliatan Cemen di mata lu...,"
"Iya. Kamu Cemen banget.""Maaf."
"Loh, kok tiba-tiba?" Tanya Saluna.
"Maaf, karena lu punya cowok secemen gue."
"Ya elah...., Nih anak lebaynya melewati ruang dan waktu."
Jiboy mengernyitkan dahi, "gue gak ngerti."
"Sama."
"Terus maksudnya apa?"
"Kamu itu lebay sampai gak bisa dimengerti lagi kenapa lebay banget."
"Oke cukup." Mereka terdiam."Hahaha....," Tawa Jiboy tiba-tiba.
"Kok tiba-tiba ketawa? Oh, abis nangis ketawa...,"
"Makan gula Jawa..., Tunggu, stop ! Kok kayak de Javu?"
"Lagian Jiboy duluan yang aneh, ketawa sendiri."
"Haha.., gue cuman ngerasa, kalimat lu tadi konyol aja."
"Jadi sekarang udah gak sedih lagi?"
"Masih,sih."
Saluna lalu membelai belakang kepala Jiboy, "udah, udah, Sayang..., Jangan sedih. Cup..,cup..,"
Jiboy tersenyum, "pencitraan, dasar!" Katanya. Saluna hanya tersenyum menanggapi kalimat Jiboy tanpa berhenti mengelus belakang kepalanya.*
Hari Minggu tiba.
Jiboy dan pak Abdullah setelah shalat subuh, langsung siap-siap untuk rencana mereka hari ini."Untung Ayah punya anak lelaki." Kata pak Abdullah sambil merangkul putra satu-satunya itu.
"Assalamualaikum pak Robynson !" Sapa pak Abdullah yang melihat pak Robynson-papa Saluna yang sedang bersiap juga bersama putra-putranya--Raymond dan Array.
Sedangkan Jiboy celingak-celinguk, seseorang yang kemarin mengingatkannya tidak ada,
"Cari siapa lu?" Tanya Raymond.
"Saluna. Dia gak ikut?" Tanya Jiboy.
"Kak Saluna mana mau ikut beginian. Kemalasannya itu seberat badannya." Kata Array.
"Be,berat badannya?" Kata Jiboy tak menyangka anak kecil di hadapannya sesongong itu."Papa, bang Ray, Array, tunggu !!" Semua langsung menoleh saat mendengar suara itu,
"Minum jus dulu. Perut jangan kosong, nanti tepar." Kata Saluna sambil membagikan gelas, lalu ia melihat keberadaan Jiboy dan pak Abdullah,
"Eh, ji__, Jefri maksudnya sama pak__,"
"Panggil aja pak Abdullah." Potong pak Abdullah.
"Iya, Jefri sama pak Abdullah juga harus minum jus. Sebentar, Saluna ambil gelasnya, apa mau bawa?"
"Gak, gak usah." Kata Jiboy buru-buru.
"Oke, tunggu sebentar ya."*
Saluna membagi-bagikan jus mangga yang ia buat,
"Nah, semuanya harus dapet." Kata Saluna.
"Kak Saluna gak ikut lagi?" Tanya Edo, sahabat Array yang juga adik sepupu Jiboy yang baru tiba.
"Iih, udah,deh gak usah sok-sok nanya. kak Saluna mah, nyiapin bensin aja buat kalian." Kata Saluna.
"Ckckck..., Alasan aja,nih anak." Kata Rifky yang juga baru tiba.
"Rifky, udah deh, minum aja jusnya." Kata Saluna."Kalau punya pasangan,tuh kayak Putrinya pak Robynson. perhatian." Bisik pak Abdullah tiba-tiba pada Jiboy.
"Ayah.., mulai lagi...," Kata Jiboy yang mulai risih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Pelarian (END)
RomanceBagiku kau adalah obat yang mengobati sebuah luka yang sangat dalam di hatiku -Jiboy- Kau adalah orang yang selalu ada untukku meskipun kau tidak ingin. -Saluna- Awalnya sama-sama berniat mengobati hati yang Terluka karena patah hati, tetapi seperti...