Luna

835 54 6
                                        

Meskipun kamu tak menyukainya tapi selamanya dia akan tetap menjadi prioritasmu, dan aku benci hal itu.

***

Di sinilah mereka berdua sekarang, Salsa dan Juna sudah berdiri di depan sebuah pintu ruang inap kelas VIV di sebuab rumah sakit ternama. Sebenarnya Salsa masih merasa sedikit kesal pada Juna tapi apa boleh buat rasa penasaranya akan sosok Luna mengalahkan rasa kesalnya pada Juna. Juna menarik tangan Salsa setelah ia membuka pintu kamar rumah sakit tersebut, ia mempersilahkan Salsa untuk masuk lebih dulu. Tapi Salsa menolaknya ia ingin Juna yang masuk lebih dulu, akhirnya Juna pun masuk lebih dulu sambil menggenggam tangan Salsa.

Saat mereka masuk Juna menghampiri gadis yang tengah tertidur di kasur rumah sakit itu. Juna melepas genggamannya pada Salsa lalu ia dan Salsa mencium tangan Sarah yang tak lain adalah Ibunda Luna.

"Asalamualaikum tante."ucap Juna sambil mencium tangan tantenya itu dan di ikuti oleh Salsa.

"Waalaikumsalam, oya ini siapa Juna?"tanya tante Sarah sambil melihat ke arah Salsa.

"Oh ini temen aku tante namanya Salsa."

"Salsa tante."ucap Salsa kemudian.

"Sebenernya aku bawa Salsa kesini mau kenalin dia sama Luna eh ternyata Lunanya masih tidur."

"Oh gitu ya, aduh maaf ya Lunanya baru aja tidur soalnya dia baru selesai terapi."

"Oh iya gak papa kok tante."ucap Salsa.

"Oya tante tinggal sebentar gak papa ya, soalnya tante ada urusan dulu sama dokternya Luna."

"Oh iya gak papa kok tante."ucap Juna.

"Ya udah tante pergi dulu ya."lantas tante Sarah pun pergi keluar dari ruangan tersebut.

Luna nampak masih tertidur pulas di ranjangnya, wajahnya tampak begitu damai. Luna ternyata juga seorang gadis yang cantik, kulitnya sangat putih hidungnya mancung dan bulu matanya juga lentik. Meskipun wajahnya tampak pucat karna sakit yang ia derita, tapi kecantikannya tak luntur sama sekali. Pantas saja Juna sangat perhatian pada Luna ternyata gadis ini sangat cantik, dan jujur saja Salsa dibuat sedikit minder akan kecantikan Luna.

"Ayo duduk."ajak juna lalu mereka berdua pun duduk di sofa berwarna abu abu di ruangan itu.

"Jadi sebenernya Luna itu siapa dan dia itu sakit apa?"tanya Salsa sesudah mereka duduk di sofa.

Juna tersenyum."Luna itu sepupu aku, sejak kecil aku sama Luna selalu main bareng. Dia udah aku anggap seperti adik aku sendiri Sal."Juna menghela napas berat."Dan masalah sakitny itu, Luna kecelakaan setahun yang lalu dia sempet koma hampir enam bulan. Sekarang meskipun dia udah sadar tapi kadang dia suka kejang gitu dan terlebih lagi kakinya masih belum bisa jalan. Makanya aku peduli banget sama dia."ucapnya terdengar sangat tulus.

Sepertinya Juna memang sangat menyayangi adik sepupunya itu, sekarang Salsa jadi merasa bersalah sudah berprasangka buruk pada Juna beberapa hari yang lalu. Apalagi ternyata Luna sempat kecelakaan dan koma seperti dirinya, meskipun Luna tak kehilangan ingatanya seperti Salsa dan juga tak tiba tiba punya kemampuan untuk melihat hantu seperti Salsa. Tapi tetap saja Salsa jadi merasa bersalah sudah menuduh Juna dan Luna yang tidak tidak.

Salsa menatap Juna dengan tatap bersalahnya."Maaf ya kak aku udah mikir yang enggak enggak sama kakak dan Luna."

"Iya gak papa kok Sal, lagi pula wajar tau kalo kamu salah paham."

"Makasih ya kakak udah maafin aku."

"Ya aku juga makasih ya kamu udah maafin aku dan gak ngambek lagi."

My Boyfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang