Dia......

821 53 3
                                    

Karawang, 16 Februari 2019

***

Dulu aku selalu berharap suatu saat dapat bertemu kembali denganmu, tapi kali ini aku menyesal pernah berharap seperti itu.

***

(Penampakan Teo)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Penampakan Teo)

***


Di malam yang sedikit lebih dingin dari biasanya ini Salsa tengah mengecek berkas perkara yang kemarin ia dapat dari klienya. Besok ia harus bangun pagi untuk membawa berkas berkas tersebut itu ke pihak yang berwajib agar bisa segera diproses. Salsa sangat serius mengecek berkas itu satu persatu ia tak mau ada yang tertinggal satupun. Lagi pula Salsa juga merasa ia benar benar harus memenangkan kasus kali ini. Sebagai seorang wanita ia juga merasa geram pada guru privat itu.

Setelah hampir lima belas menit berkutat dengan pekerjaanya Salsa merasa bahwa tenggorokanya sangat haus. Ia merapikan berkas berkas itu memasukanya kembali ke dalam map. Salsa bangkit dari duduknya ia ingin pergi ke dapur untuk minum. Saat ia sampai di dapur ternyata lampu dapur sudah dimatikan padahal ini baru jam 8 malam. Entah lah belakangan ini papanya itu berubah menjadi orang yang sangat hemat dalam segala hal, termasuk urusan listrik juga.

Alhasil Salsa harus menyalakan dulu lampu dapur. Setelah lampu dapur menyala Salsa membuka lemari es dan mengambil sebotol air mineral. Ia mengambil gelas dan menuangkan air tersebut lalu meminumnya. Setelah tenggorokanya tak tersasa haus lagi Salsa kembali melangkahkan kakinya menuju kamar.

Belum sempat ia mencapai kamarnya Renata menghadangnya.

"Ah kebetulan ada kamu Salsa."

"Kenapa Mah?"

"Ini tolong mamah ya beliin mie ayam ke depan."

"Mamah laper lagi?"

"Bukan mamah, tapi papah kamu."jelasnya

Sesaat kemudian sang papah mucul dan memasang wajah memelas agar Salsa mau membelikanya mie ayam.

"Ayolah Sayang beliin papah mie ayam ya, papah lagi sakit tahu."pintanya.

"Orang sakit kok pengen mie ayam, orang sakit itu harusnya makan bubur."

"Ayolah cuma sebentar kok."bujuk Rahman pada putrinya itu.

Salsa menggeleng."Males Ah pah jalanya jauh, kalo pake mobil juga nanggung."ucapnya.

"Jadi kamu tega nih sama Papah?"tanyanya sambil cemberut.

"Hhhhh ya udah deh bentar Salsa ambil jaket dulu."

"Oke sip."

Setelah mengbil jaketnya ke kamar Salsa Berjalan keluar dari rumahnya. Sebenarnya ia malas mengingat tukang mie ayam terdekat yang ia tahu adalah tukang mie ayam yang ada di sebuah ruko yang terletak di sebrang kompleks perumahanya. Mau tidak mau Salsa harus berjalan ke sana ia malas jika harus mengeluarkan mobilnya. Akhirnya berjalan adalah pilihan terbaik.

My Boyfriend is a GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang