°Bab 03°

978 170 64
                                    

Selamat membaca semuanya, luv u✨

...

Daniel menggeram marah melihat Tasha berbincang dengan lelaki lain. Padahal Daniel juga bukan siapa-siapa Tasha.

Setelah cowok yang diajak bicara Tasha pergi, Daniel menghampiri Tasha tanpa membuka helm yang dikenakannya.

"Siapa?"

Daniel membuka helm merahnya perlahan, kedua telapak tangan Tasha terangkat menutupi mulutnya yang menganga.

***

"Gue ngga bermaksud gitu sama lo, tadinya gue udah nunggu lama banget dan gue jalan ke halte untuk pulang, eh malah ketemu mantan gue." Daniel mendengarkan cerita Tasha dengan seksama.

"Kirain lo ninggalin gue." Tasha mengacuhkannya dan serius membaca daftar menu

Saat Tasha sedang fokus memilih minuman yang akan diminumnya, Daniel diam-diam menangkap gambar pahatan Tuhan yang menurutnya sempurna dibalik layar handphonenya.

Tasha tampak berbicara kepada salah satu pelayan. "Saya pesan cappucino satu ya, lo pesan apaan, Niel?"

"Mocca satu."

Sambil menunggu pesanan datang, mereka berdua ngobrol ngalor ngidul membicarakan asal usul keluarga Daniel yang sepanjang jalan kenangan.

"Jadi Rie adik angkat lo?"

"Iya."

Hening. Adalah kata yang pantas untuk menggambarkan suasana anatara mereka berdua saat ini.

"Canggung!" batin Tasha menjerit

Daniel yang sedari tadi hanya memandangi pahatan Tuhan yang duduk di depannya itu membuat Tasha semakin canggung dan ingin melarikan diri secepatnya.

Tasha merasa ada yang kurang diantara mereka berdua. Sambil menengok ke kanan ke kiri tak lupa ke depan dan ke belakang. Setelah menyadari ia menepuk jidatnya dengan telapak tangan.

"Minumannya kok belum datang?" tanya Tasha

Daniel mengangkat bahunya dan berekspresi layaknya ia tidak tahu jawabannya. Tanpa pikir panjang, Tasha pergi berlalu menuju meja pelayanan dan memanggil salah satu pelayannya.

"Mba, tadi saya pesan kok belum datang?" tanya Tasha

"Iya, sebentar bubuk cappucinonya habis," jawab pelayannya

"Yang mocca?"

Pelayan itu menyodorkan satu gelas ke Tasha dengan gelas yang bertulisan Mocca dengan ornamen yang cantik. Tasha mengambilnya kemudian tersenyum manis kepada pelayan itu dan berlalu meninggalkan meja pelayanan menuju meja.

Tasha menyodorkan segelas mocca ke depan muka Daniel. Merasa tidak segera diambil, Tasha menempelkan gelas itu ke pipi kiri Daniel.

Daniel terlonjak setelah merasakan dingin yang teramat sangat ada di pipi kirinya. Ia menoleh dan mendapati cewek berdiri disampingnya matanya langsung tertuju pada kedua pipi Tasha yang bersemu.

"Thanks, btw punya lo mana?"

"Belum."

Daniel mulai menyedot moccanya. Raut muka yang terlukis di wajah tampan Daniel sangat mengundang gelak tawa. Tasha hanya tertawa kecil ditengah kebisingan supaya tidak terdengar si empunya.

"Eh, Sha gue ke toilet dulu ya," ucap Daniel dan meletakkan handphone-nya. "Gue titip handphone."

Sekilas, Tasha melihat wallpaper yang ada di layar handphone Daniel. Disana terlihat foto Daniel bersama Rie yang sedang berlibur ke pantai.

Daniel kembali dari toilet setelah lima menit, pesanan Tasha juga belum datang. Tasha mendesah pelan.

"Lo punya mantan?" tanya Daniel membuat Tasha melonjak kaget di tempat duduknya.

Setelah menormalkan keadaan, Tasha menjawabnya, "Punya."

"Berapa?"

Tasha menjawab dengan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. Daniel membulatkan mulutnya.

"Kalo lo?" tanya Tasha

"Empat." Tasha melebarkan matanya tidak percaya. Daniel menganggukkan kepalanya seolah mengucapkan 'iya'

"Kok cappucino lo ngga dateng-dateng sih, Sha." Tasha mengangkat bahunya tidak tahu.

Menunggu itu memang sakit. Apalagi tanpa kepastian seperti ini. Tanpa kepastian karena Tasha tidak tahu kapan bubuk cappucinonya sudah datang. Karena malas menunggu, Tasha beranjak dari tempat duduknya dan pergi keluar meninggalkan Daniel.

"Mau kemana?"

"Pulang." Daniel mengangkat sebelah alisnya

"Ngga jadi beli cappucino?" tanya Daniel. Tasha menggeleng pelan sambil sesekali mengangkat handphone-nya, sepertinya ia sedang menelpon seseorang.

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang