Selamat Membaca semuanya❣️✨
...
Menurut Tasha, Daniel bukanlah orang yang harus dipandang jelek. Sebenarnya ia memiliki niat baik, hanya saja belum mengungkapkan hal baik tersebut dan baru sekaranglah ia mengungkapkannya.
Hari demi hari sudah terlewati dengan lancar oleh pasangan baru itu. Setiap hari mereka berangkat dan pulang bersama. Sesekali mereka juga hangout saat hari Minggu walau lebih tepatnya kencan.
Sudah tepat tiga bulan mereka menjalin hubungan ini. Tak satupun dari mereka yang berniat mengingkari janji. Tak terasa mereka sudah hamper melewati tahun ini dan akan menyambut dengan tahun yang baru.
***
Hari ini mereka sedang jalan-jalan sekalian akan membahas rencana pesta malam tahun baru bersama yang lain. Tetapi sebelum itu mereka menyempatkan diri untuk berduaan terlebih dahulu. Keburu ada yang ganggu."Aku bersyukur banget bisa ketemu kamu. Kalau boleh jujur, aku ngga pernah pacaran yang bertahan lama seperti ini. Paling ya dua minggunan, hehe," ucap Tasha. Daniel hanya tersenyum tanpa menjawab sambil mengeratkan rangkulannya pada pundak Tasha
Mereka saat ini sedang duduk di sebuah kafe bernuansa pedesaan yang membuat siapapun terkagum dengan keindahan lukisan yang berjejer. Mereka memilih tempat di tengah karena beberapa teman mereka seperti Rie dan yang lain akan datang tak lama lagi.
"Hai guys, udah lama?" tanya Gita yang baru saja datang. Tasha spontan menggeleng, karena mereka juga baru saja datang di kafe ini. Kalau ditanya sudah lama di mall ini, Tasha akan menjawab sudah lama. Karena sudah sejak pukul sembilan pagi ia berduaan bersama Daniel.
Setelah semuanya berkumpul, Finda membuka bicara, "Dimana kita nginapnya?"
"Katanya di villanya Gita," jawab Rie. Gita mengangguk pasti menandakan ia setuju dengan perkataan Rie
Setelah membagi tugas, mereka semua memesan makanan yang ada di kafe itu. Saat semua sibuk dengan memilih pesanannya masing-masing. Tiba-tiba Annie berucap, "Yang bawa arangnya siapa? Udah bawa jagung masa ngga bawa arang sih?"
Semua yang di meja itu langsung menepuk jidatnya masing-masing. "Lupa."
"Gimana kalau Ridho aja yang bawa?" tanya Tasha. "Punya ngga?"
"Kaga punya." Tasha dan lainnya membuang nafas kasar. "Gue bisa beli kok." Mereka semua langsung sumringah mendengar jawaban Ridho yang terakhir.
Semuanya langsung terdiam disaat pesanan mereka sudah datang. Mereka langsung menyantapnya tanpa banyak bicara. Sebagian dari mereka hanya memesan dessert saja.
"Ini semua dibolehin ikut ngga?" Tanya Gita. Semua langsung menatap tajam ke arah Gita dan serempak membentak, "Ya bolehlah, Git!"
Sedangkan Gita hanya tertawa cekikikan melihat teman-temannya yang menyoraki dirinya. "Iya-iya, guys. Bercanda"
Satu persatu dari mereka akhirnya pamit pulang karena sudah terlalu lama keluar dan takut dicari orang tua mereka. Kini tinggallah Tasha dan Daniel yang masih setia duduk di kursi masing-masing sembari melihat lampu-lampu jalanan yang mulai menyala.
"Aku dijemput kakak, Niel. Sama mau nyari keperluan buat minggu depan," pamit Tasha. Daniel hanya mengangguk dan tetap berkutat dengan layar ponselnya. Merasa tidak dijawab, Tasha langsung pergi menuju mobil sedan milik kakaknya.
"Udah lama?" tanya Tasha ketika memasuki pintu mobil. Kak Tiara hanya menggeleng.
Tasha hanya mencibir melihat gelengan kakaknya. Dari dulu memang pasti begitu, cuek bebek. Jika dipadankan dengan Daniel, mereka berdua hampir sama.
"Sebenarnya siapa sih yang kamu chat setiap kita ketemuan? Harus banget ya nge-chat seseorang sampai aku pulang tidak dihiraukan. Memang diluar hubungan kita terlihat baik-baik saja, tetapi apa yang kurasakan jauh berbeda dengan apa yang terlihat.
Aku merasa akhir-akhir ini kamu semakin cuek. Bahkan melebihi cueknya nenek lampir Tiara. Aku ngga tahu kesalahan apa yang kuperbuat. Kalau kamu ngga ngomong aku ngga tahu, Niel," batin Tasha mengingat kejadiannya akhir-akhir ini.
"Lo kelilipan?" tanya Kak Tiara saat berhenti di lampu merah
Dengan spontan Tasha langsung menghapus air matanya yang mengalir dengan punggung tangannya. "Ngga."
"Makan dulu ngga?" tanya Kak Tiara. Tasha langsung spontan menoleh, tidak biasanya kakaknya menawarinya makan.
"Ngga, tadi udah. Kesambet apa lu?" Kak Tiara mendesah pelan, aneh juga adiknya ini.
Saat melihat motor ninja yang lumayan familiar di mata mereka, mereka terdiam sejenak dan menepi mengikuti ninja merah ke bahu jalan untuk melihat siapa yang menaiki dan dibonceng ninja merah itu.
"Sha, itu pacar lo 'kan?" Tasha yang sedari tadi tidak terlalu memerhatikan omongan kakaknya langsung menoleh. "Dia Daniel 'kan, Sha?"
Tasha menoleh ke depan kemudian menatap motor ninja yang platnya sudah ia hafal diluar kepala. Dadanya kembali sesak dan menanyakan siapa gerangan seorang wanita yang dibonceng si empu motor?
"Ketoprak skuy," ucap Kak Tiara mengalihkan pembicaraan. Tasha langsung memutar bola matanya malas. "Mang Adi." Tasha langsung mengangguk, biarlah lukanya tertutupi ketoprak sedikit.
"Gue harus gimana kalau dia ngajak ketemuan? Malam tahun baru gimana?" cecar Tasha bingung saat Kak Tiara berusaha memarkirkan mobilnya di area parker street food.
Kak Tiara memelototi Tasha dan memberi tatapan membunuhnya supaya Tasha terdiam sejenak supaya dia bisa fokus memarkirkan mobil. Melihat itu Tasha langsung menjadi-jadi, ia bisa menutup lukanya dengan candaan juga.
"Kalo dia chat gimana? Dia video call gimana? Kalau datengin rumah? Bikin onar di rumah? Ngajak jalan bareng? Kalau di-"
"Shut up!" bentak kak Tiara jengah yang sedari tadi belum bisa memarkirkan secara tepat. Tawa Tasha meledak saat itu juga, ia merasa mendapat asupan bahagia dari kakaknya.
Tubikontinyu❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI MALAM [END]
Ficção Adolescente[BELUM REVISI] Perjalanan yang berawal dari seseorang yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Sampai ia mampu mengubah segalanya. Hingga aku tahu, aku hanyalah 'pelangi malam'. Sesosok manusia yang selalu diharapkan, namun nyatanya hampa. Kemudia...