°Bab 05°

752 130 28
                                    

Lebih baik aku bersikap manja kepada keluargaku daripada kepadamu

~Tasha

...

Setelah makan malam bersama keluarganya, Tasha kembali ke kamarnya dan menarik selimut untuk tidur.

"Katanya mau diet, olahraga, kepingin pintar, kok habis makan tidur?" cecar seseorang sambil menarik selimut yang Tasha pakai.

"Iya iya, Bun. Aku mau belajar." Tasha berjalan menuju meja belajarnya dan mulai membaca buku sampai jam kamarnya menunjukkan pukul sembilan malam. Tasha menutup bukunya dan memasukkannya ke dalam tas kemudian berjalan gontai dengan mata hanya tinggal 5 watt ke tempat tidur.

Keesokan harinya, jam beker Tasha berbunyi tepat pukul 7 pagi. Si empu yang mendengar suara jam beker berbunyi langsung terbangun dan menatap jarum pendek di jam itu. Seketika ia melonjak dan berteriak, " BUNDA! KENAPA GAK BANGUNIN TASHA?"

Tanpa menunggu jawaban, Tasha langsung terbirit-birit menuju kamar mandi. Satu gayung, dua gayung, dan tiga gayung. Tasha sudah keluar dari kamar mandi dan segera memakai seragam hari Seninnya kemudian berlari menuruni tangga, mencomot satu roti dan menuju depan pintu untuk menggunakan sepatu sambil sesekali menggigit rotinya.

Saat hendak menali tali sepatu yang kiri, Kak Tiara menuruni tangga dan berbicara santai, "Ini hari Minggu."

Tasha menoleh horor ke arah Kak Tiara di pelupuk matanya sudah mengambang air mata jika berkedip satu kali lagi air mata itu akan jatuh merembes ke pipi Tasha.

Sedangkan Bunda dan Ayah hanya tertawa cekikikan di depan televisi melihat drama pagi yang ditampilkan anak bungsunya.

"Kelupaan, Sha?" tanya Ayah yang membuat Tasha geram

"Tau nggak usah tanya, Yah." Tasha melanjutkan sarapannya dengan seragam masih menempel di tubuhnya.

Setelah sarapan, Tasha mengenakan kacamatanya dan mulai membuka laptop. Yang tadinya ingin melanjutkan bakal novel yang ada di laptop, tetapi setelah melihat layar handphone-nya yang menampilkan satu notifikasi dari aplikasi instagram, ia langsung mengetikkan keyword instagram di browser laptop.

Tasha mulai terjun di media sosial dan melupakan keinginannya tadi. Karena terlalu bahagia berselancar di media sosial, Tasha melupakan waktu dan tak tahu ini sudah jam berapa.

"Kamu mau mainan laptop sampai kapan?" tanya Bunda horor

"Bunda ngagetin ish," ucsp Tasha sambil menoel pundak Bunda

Tasha beranjak menuju kamar mandi lalu melanjutkan aktivitasnya menulis bakal novel yang tadi sempat tertunda sampai angin malam berhembus kencang menerpa tubuh Tasha. Memang, Tasha menulis bakal novel di balkon kamarnya.

Karena kedinginan, Tasha masuk ke kamarnya dan menutup pintu balkon. Setelah membereskan laptopnya ia turun untuk bergabung dengan keluarganya yang menanti dirinya untuk makan malam.

***

Matahari bersinar terang, layaknya Tasha yang sangat semangat menyambut hari Senin pagi ini. Entah dorongan darimana Tasha sudah siap berangkat ke sekolah padahal jarum pendek masih berhenti di tengah angka lima dan enam.

"Jam itu jahat banget sih!" gerutu Tasha

Bunda hanya geleng-geleng kepala melihat kelakukan putri bungsunya. Setelah menunggu satu jam, Tasha beranjak dari tempat duduknya menuju ke rak sepatu.

"Kok jadi malas sih?" Tasha membanting sepatunya di halaman rumah.

"Mbak sepatunya buat anak saya saja ya kalau dibuang," ucap wanita paruh baya dan segera mencomot sepasang sepatu Tasha

"Eh, emangnya ibu siapa?"

Nahas! Wanita itu sudah berlari dengan membawa sepatu Tasha. "ITU SEPATU GUE!" Tasha berlari mengejar wanita itu disusul Ayah yang membawa motor karena mengetahui semua kejadiannya.

Wanita itu berhasil ditangkap tepat di depan pintu gerbang sekolah dengan bantuan Fadil, taman baru Tasha.

"Thanks ya, Dil."

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas, sepasang mata mengintai canda tawa mereka berdua.

"Assalamualaikum." Tanpa ada yang menjawab, Tasha duduk di bangku yang biasanya ia duduki. Saat hendak menaruh tasnya, dari ambang pintu seseorang melemparkan tasnya di bangku yang hendak Tasha duduki. Tasha menoleh kepada si pemilik tas. Rupanya Annie.

Alhasil, Tasha duduk di bangku paling belakang ditemani Fadil. Matanya semakin sakit saja jika membaca dari kejauhan, padahal dia sudah memakai alat bantu kacamata.

Bel istirahat berbunyi nyaring memekakkan telinga Tasha yang dari jam ke empat tadi sudah tidur. Tasha hendak berdiri untuk pergi ke kantin. Tiba-tiba, Rie mendorongnya hingga terduduk kembali di kursinya.

"Mau kemana?" tanya Rie sok

"Kantin lah," jawab Tasha tak kalah

"Emangnya lo siapa? Berani-beraninya pergi ke kantin?" Jia angkat suara

"Gue? Gue manusia lah pake tanya." Tasha melenggang maju melewati para teman busuknya itu. Tasha sudah mual melihat kelakuan

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang