°Bab 44°

107 10 0
                                    

Hi! Gimana kabar kalian? Happy Reading yah! Jangan lupa vote dan share cerita ini. Lopyu.

...


Sudah sekitar satu minggu ini Tasha selalu diantar, dijemut, dan belajar bersama Baraka. Berangsur-angsur sosok Kent yang kemarin menyakitinya sudah hilang. Dan tempatnya digantikan oleh Baraka yang sekarang duduk di samping Tasha.

“Aku janji, Sha,” ucap Baraka tiba-tiba. “Akan jaga kamu sampai mati.”

Tasha hanya bisa melongo mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Baraka. Menurutnya seperti anak-anak saja, tapi biarlah. Sosok Baraka juga bisa membuatnya senang dan sedih di waktu yang sama.

“Besok ada waktu nggak?” tanya Baraka.

“Enggak ada,” sahut Tasha kemudian menyandarkan kepalanya di bahu kiri Baraka.

“Mmm ... besok bisa ke kafe? Tapi aku nggak bisa jemput.”

“Bisa kok.”

"Okay, aku tunggu di kafe biasanya aja ya, Sha."

Hari ini adalah hari yang ditunggu Tasha, ia yakin ia sudah tampil maksimal dan perfect. Ia juga yakin tidak akan mengecewakan Baraka. Ia segera menuruni tangga dan mengajak Kak Tiara untuk mengantarnya ke kafe tujuan.

Di sana Tasha tidak menemukan adanya tanda-tanda sosok Baraka. Sepuluh menit sudah ia menunggu Baraka di dalam kafe. Entah keberapa kali Tasha menelepon Baraka, tetapi tidak kunjung ada jawaban. Ia takut jika terjadi apa-apa dengan Baraka.

"Loh, Tasha?" sapa seseorang membuat Tasha menolehkan kepalanya ke sumber suara. Ia menemukan Jia dan Fadil yang baru saja memasuki pintu utama.

"Iya, gue Set," sahut Tasha kemudian mengembalikan pandangannya ke layar ponselnya. Ia mencoba untuk menghubungi Baraka beberapa kali lagi.

"Sama siapa?" tanya Jia. Ia duduk satu meja dengan Tasha.

"Kemarin Raka ngajak gue jalan, tapi sampai sekarang dia belum datang," jelas Tasha. Ia hampir mengeluarkan air matanya jika Fadil tak barsuara. Untung saja Fadil segera bersuara dan menghentikan arus air matanya.

"Tunggu aja bentar lagi."

Sudah satu jam mereka bertiga mengobrol untuk mengalihkan pemikiran Tasha tentang si Baraka itu. Tasha mulai putus asa dengan nasibnya. Ia beranjak meninggalkan dua sejoli yang masih memakan es krimnya.

"Gue pulang."

"Loh, kok udah pulang sih?" tanya Jia keheranan. Biasanya Tasha lah yang paling lama duduk di kafe saat mereka hang out. Tetapi saat ini?

"Bodo," gerutu Tasha sembari mengangkat telepon dari kkakaknya."Iya, gue jalan keluar ini."

Tasha segera menaiki kursi penumpang bagian bepakang mobil Kak Tiara. Hal itu membuat Kak Tiara melongo kaget. Masalahnya, biasanya adiknya itu duduk di kursi penumoang bagian depan, bukan tengah apalagi belakang.

"Kok lo d---"

"Udahlah, buruan. Ngantuk gue," geram Tasha kemudian melepaskan semua tenaganya. Tubuhnya seketika melemas dan menghanyut di kursi bagaikan pakaian tak bernyawa.

Air mata Tasha perlaham demi perlahan luruh membasahi pipinya. Ia benar - benar tak kuasa menahan isakannya. Kak Tiara yang mendengar isakan Tasha seketika langsung faham jika adiknya ini baru saja putus cinta.

"Ting."

"Halo, Bang?"

[Kata Jia lo ditinggalin Baraka ya?]

"Haha, enggak kok." Tasha langsung menutup sambungan teleponnya dengan seseorang yang sudah ia anggap sebagai abangnya, Ridho.

Tasha masih sempat menelepon dan mengirimi pesan ke nomor yang ia beri nama Baraka, lengkap dengan dua emoticon yang setiap minggunya berubah tempat. Ia masih kekeuh jika Baraka hanya lupa, bukan bermaksud meninggalkannya.

Sesampainya di rumah, Tasha langsung merebahkan tubuh lelahnya di kasur. Ia segera menutup pintu kamarnya sebelum direcoki oleh Kak Tiara. Tak perlu bermenit-menit, ia sudah menutup matanya yang lelah menatap dunia yang tak kunjung berbaik hati pada kisah cintanya.

Dering ponsel mengejutkan Tasha yang baru saja terlelap di kasur kesayangannya. Dengan menggerutu ia mengangkat telepon tersebut dan mulai menyapa seseorang yang berada di seberang sana.

"Halo, ada apa, Ka?"

[Maaf ya, tadi aku disuruh Ibuku bu---]

"Ahaha, iya nggak apa-apa kok. Udah ya, aku mau tidur."

Tasha menutup sambungan telepon tanpa mendengar penjelasan dari Baraka. Sebelum pulang tadi ia sempat melihat story instagram yang dibuat Baraka. Di dalam foto itu menunjukkan bahwa Baraka tidak sedang membantu Ibunya, melainkan jalan bersama seorang wanita.

Keesokan harinya Tasha menyempatkan untuk memakan sarapan yang menurutnya paling istimewa dan jarang dibuat oleh Bunda. Apalagi jika bukan nasi goreng kambing. Belum sempat ia mengajak Ayah untuk mengantarnya berangkat, seseorang sudah mengajaknya berangkat terlebih dahulu.

Alih-alih Kak Tiara, Bunda saja terkejut dengan seseorang yang datang menjemput Tasha. Siapa lagi kalau buka Ridho, abang-abangan Tasha? Dengan berat hati Tasha menaiki kursi penumpang, ia hanya takut jika Rie akan salah paham.

"Daah, Bun. Tasha duluan," pamit Tasha pada Bundanya yang masih memasang tampang keheranan.

"Daah. Besok ganti lagi ya," seloroh Bunda seraya melambaikan tangan.

Tasha mendecak sebal dengan candaan Bundanya. Ia segera melupakan perkataan Bunda dan fokus dengan jalanan yang mulai ramai. Sebenarnya hari ini tidak diwajibkan untuk masuk, tetapi karena malas di rumah, Tasha masuk hari ini.

"Cacing!" sapa Tasha sambil berlari dari motor Ridho setelah mengucap terima kasih. "Ayo masuk."

"Hai, juga, Set," sahut Rie riang.
Daripada ada masalah, Tasha berusaha mengalihkan pandangan Rie daru sosok yang dikaguminya itu, Ridho. Ia mengajak Rie untuk berjalan cepat dengan alasan ia akan menceritakan kejadiannya kemarin.


Tbc-tbc mulu dahh. Tubukontinyu kalo hitu, wkwk. Lah-lah siapa lagi ini yang digandeng Tasha?

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang