°Bab 06°

613 113 8
                                    

Semua teman yang baik akan kembali kepada kita yang baik

~Tasha

...

Setelah membeli satu bungkus siomay, Tasha kembali ke kelas untuk memakannya. Saat tiba di kelas, kelas dalam keadaan kosong. Tak berpenghuni hanya dirinyalah yang berada di dalam kelas itu. Tasha masih bisa bersikap bodoamat walau banyak yang bilang kalau kelasnya itu horor.

Tasha melahap siomaynya saat memakan dengan tenang ada seseorang yang sedang bersuara di belakangnya.

“Mba, minta siomaynya dong.” Suaranya begitu menyeramkan bagi Tasha. Tak hanya itu, diluar kelas sedang hujan lampu di kelas yang Tasha pakai tiba-tiba mati kemudian menyala dengan sendirinya. Ritme lampu mati dan menyala tidak lama hanya berkisar satu sampai dua detik.

Bulu kuduk Tasha berdiri, saat hendek melarikan diri tali sepatu Tasha tertali dengan satunya. Pintu terbanting, lampu mati. Tasha mengeluarkan buliran-buliran air matanya. Ia terisak, ia ketakutan.

Tiba-tiba. “Bruak!” pintu terbuka, teman-teman sekelasnya masuk bebarengan. Tasha menunduk melihat tali sepatunya yang sudah tak lagi tertali satu sama lain. Tasha belum berani mengangkat wajahnya. Ia malu, ia takut jika dikira cengeng.

“Woy, pinjem PR matematika dong!” bentak Finda sambil menggebrak meja Tasha

Tasha terkejut bukan main, sampai-sampai dirinya sedikit terloncat dari kursinya. “Bentar.”

Tasha merogah isi tasnya mengambil buku khusus PR dan memberikannya pada Finda yang masih berdiri di samping mejanya.

“Thanks.” Finda mengambil buku Tasha dengan merebutnya, alhasil tangan Tasha masih diam di tempat seperti memberikan sesuatu.

Saat Tasha berusaha menormalkan situasi, Gita menepuk pundaknya keras.

“Jawabannya akurat kan?”

“InshaAllah akurat.” Tasha masih memegangi pundaknya yang terasa nyeri akibat pukulan Gita, sang atlet karate.

“Kalo nggak akurat ngga usah dipinjemin ke temennya dong!” bentak Finda

Tasha berdiri perlahan, menarik nafas banyak-banyak dan berbicara, “Dipinjamin malah kaya gitu, cewek mana sih lo?”

Semua yang ada di kelas tertegun mendengar bentakan Tasha pada Finda, Tasha yang biasanya kalem dan cuek ternyata bisa membentak seperti ini.

“Apa? Gue salah? Bilang to the point aja ngga usah bisik-bisik. Gue udah muak sama kelakuan kalian semua.” Tasha beranjak merebut buku PR-nya yang dipegang Finda dan pergi menuju kantin

Tasha berjalan dalam keheningan, untung saja guru di jam kelima ngga dateng. Tasha duduk di salah satu bangku kantin. Ia terdiam, tangannya membolak-balikkan buku yang dipegangnya. Meski tangannya membolak-balikkan buku, matanya melihat ke arah lain. Matanya tertuju ke arah seorang anak kecil yang berjalan bersama Ibunya. Ibunya seorang pemulung. Hatinya tersentuh. Namun, saat akan melihat lebih jauh ada seseorang yang menghalangi penglihatannya.

“Lo jangan salah paham dong.”

Tasha terdiam. “Kenapa?”

Daniel pergi kembali ke kelas tanpa jawaban yang membuat Tasha bingung. Sangat bingung. Bahkan kepalanya mendadak pusing mencari jawaban dari semuanya.

Tasha kembali ke kelas karena jam pelajaran sudah berganti. Saat kembali ke kelas, mereka langsung diam seribu bahasa.

“Ngapain juga lo kembali?” tanya Finda

“Ini kan kelas gue,” jawab Tasha bingung

“Kelas lo? Hahaha, Mimpi apa sih lo semalam sampe ngaku-ngaku ini kelas lo?” bentak Finda

Tasha terdiam mencerna semua kalimat yang dilontarkan teman-temannya. Ia malas mendengar cemoohan teman sekelasnya

“Huh, dikatain gitu nggak jawab. Ga ada nyali apa?” omel Gita

“Ga usah sok nyindir ya. Ketimbang orang yang udah dipinjamin malah bilang ngga akurat. Dasar ngga tahu sopan santun. Siapa sih orang tua lo? Anaknya pemulung aja tahu kalau sopan santun itu penting. Masa lo yang udah SMP ngga tahu sopan santun? Cara berterimakasih? Minta maaf? Lo tahu?” ucap Tasha panjang lebar membuat temannya diam mencerna semua kalimat Tasha.

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang