Hyy, selamat membaca yaa. Kali ini aku sok²an ada chatting-an gitu, wkwk
...
“Coba ulang!” pinta Tasha. Kent langsung menggeleng seraya menyuapkan sesendok kuah bakso ke dalam mulutnya. “Nggak jadi, lupain.”
Meski diperintah untuk melupakan, bagi sebagian orang perintah itu malah menjadi kebalikannya, yaitu, ingat. Begitupula dengan Tasha yang malah terngiang-ngiang ucapan Kent tadi—gue maunya lo—sampai-sampai sesendok bakso yang berada digenggamannya terjatuh mengenai karpet yang didudukinya.
“Lo kenapa sih?” tanya Kent sembari menyodorkan tisu kepada Tasha. Tasha hanya menggeleng dan menerima tisu tersebut.
Setelah menghabiskan baksonya, Kent tidak langsung pulang melainkan mengajak Tasha untuk menonton film di rumah. Dengan alasan gabut, Tasha mengiyakan saja permintaan Kent. Ia segera menghampiri rak kaset yang hanya berisi film Barbie.
Satu jam lebih mereka menonton film Barbie tersebut. Tidak biasanya seorang Tasha yang terdiam saat menonton film, meskipun film yang ditonton adalah film sedih, Tasha biasanya akan teriak-teriak tidak jelas menyumpah serapahi tokoh. Tetapi saat ini ia hanya diam sesekali memakan jajanan.
Tak lain dengan Kent, cowok itu tetap stay dalam keadaan diam tanpa bergerak sambil menikmati alur yang ditayangkan film tersebut. Karena risih dengan keadaan ini, Tasha berteriak kencang untuk mengeluarkan unek-unek yang ditahannya selama satu jam lebih.
“Huaaa!” Tasha menatap horor ke arah Kent yang terkejut dengan perubahannya. “Lo ngomong dong! Masa dari tadi kaya kuburan, sepi!” lanjutnya dengan akting menangis.
“Eh, ya maaf,” kekeh Kent. Seketika Tasha langsung merasa bersalah dengan cowok pendiam itu. Dalam satu gerakan Kent berhasil merangkul tubuh Tasha dengan tangan kirinya. “Agak sini, ada cicak lewat.”
Bukannya baper atau senang, Tasha malah panik ketika mendengar kata ‘cicak’. Nama hewan yang dari dulu Tasha sebali, eh bukan hanya namanya saja tetapi juga hewannya. “Mana bangs*at?!”
Kent menunjuk cicak tak bersalah yang berada di depan mereka dengan dagunya. Tak sampai satu detik, rumah itu dipenuhi oleh teriakan Tasha yang menyuruh cicaknya berbalik arah. Namanya saja hewan, bukannya berbalik, si cicak malah semakin mendekati Tasha yang berteriak ketakutan.
“Haha, mampus lo. Sama gue aja takut,” batin cicak sambil merayap mendekati Tasha. Eh, cicak?
Entah tetesan air mata keberapa yang keluar dari mata Tasha. “Buangin dong Kent. Masa lo malah liatin gue kaya gitu.” Jangan lupakan ingus yang ikut mengalir deras di bawah hidung Tasha.
“Heh, Bambang! Gue udah susah-susah buat kartun malah lo nggak liat. Sakit tau!” Suara hati produser film Barbie berteriak melihat mereka berdua yang rebut sendiri dan tidak melihat filmnya. Hah, yakin?
Tangan Kent terulur mengambil seekor cicak tersebut dan membuangnya di luar kamar. Setelah memastikan jika si cicak sudah dibuang Kent, Tasha turun dari kasur dan duduk kembali seperti semula.
“Buat lo,” ucap Kent dengan pose seperti orang melamar. Tasha menoleh ke arah Kent tak percaya kemudian ia melirik ke telapak tangan Kent yang terbuka. “Bunda!!”
Tangisan Tasha semakin menjadi-jadi dikala si cicak mendarat tepat di dahinya. Karena merasa iba, Kent mengambilnya dan melemparnya ke sembarang arah. Suara tangis mulai mereda, Tasha merasa malu dengan Kent karena sudah menangis di depannya.
“Lo pulang kapan?” tanya Tasha sok-sokan demi mengalihkan pemikiran.
“Tahun depan,” jawab Kent tanpa mengalihkan pandangan dari film.
Tasha mendecak sebal mendengar jawaban yang dilontarkan Kent. “Terserah.”
Setelah puas menonton dua film berbeda, Kent pamit pulang. Ia berjanji jika besok akan menjemput Tasha lagi. Bahkan ia sampai berjanji jika ia siap mengantar jemput Tasha. Sekalipun Tasha menolak, Kent tetap pada pendapatnya.
Cecanss
Jihanjia : tugas fisika sp udah?
Rieie : w belom
Fdll : apalagi gue, Tasha nohh
SabellTasha : cecans terpanggil:*
Fdll : hayang utah
Ridhho : ^2
Jihanjia : ^3
Rieie : ^99
SabellTasha : jahat lo pada :(
SabellTasha : gue emang udah si
Jihanjia : fotoinnn
SabellTasha : send a photo
SabellTasha : dah, cecans mo bobo lagi.
Ridhho : makasi woy
Rieie : makaseh sett
Fdll : makasi bangke
Jihanjia : makasi curut, lo emang pinter daah <3
Tasha hanya menggelengkan kepalanya saja melihat grupnya rame seketika. Tentu saja rame saat mau hang out dan ada tugas. Selama ini, hanya Kak Tiara dan merekalah yang bisa membuat Tasha tersenyum. Mungkin ada seseorang lagi nanti. Mungkin …
Saat Tasha hendak mematikan data selulernya dan merebahkan tubuhnya, satu notifikasi yang Tasha yakini bukan temannya menghalang aktivitasnya. Ia membuka pesan yang masuk dari Kent.
KentG : sibuk g?
Sabelltasha : engga, apa?
KentG : telpon
Tasha mengiyakan permintaan Kent. Sudah satu jam lamanya ia berbincang ria dengan Kent di via telepon. Sampai ia melupakan jika Kak Tiara akan mengajaknya membeli ikan. Terbesit kata ikan di dalam pikirannya, Tasha meminta Kent untuk menyudahi teleponnya.
Tasha menuruni anak tangga dan menemukan Kak Tiara yang duduk di ruang makan sambil memakan rujak buah. “Kak!”
“Apa?” tanya Kak Tiara cuek dan lupa.
“Katanya mau beli ikan,” ucap Tasha menolak lupa. Kak Tiara manggut-manggut. “Bentar.”
Tbc ya gaisss, jangan lupa klik vote-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI MALAM [END]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Perjalanan yang berawal dari seseorang yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Sampai ia mampu mengubah segalanya. Hingga aku tahu, aku hanyalah 'pelangi malam'. Sesosok manusia yang selalu diharapkan, namun nyatanya hampa. Kemudia...