°Bab 07°

471 56 5
                                    

Izinkan aku mengistirahatkan pikiranku sejenak sebelum bergelut denganmu

~author kece

...

Tasha beranjak duduk di bangkunya. Menelungkupkan wajah manisnya ke dalam tumpukan tangannya. Teman-temannya merasa bersalah telah melakukan semua ini pada Tasha. Teman-temannya pergi meninggalkan Tasha ke kantin. Tasha terbayang-bayang kejadian yang tadi, ia memutuskan keluar sekedar mencari angin.

Bel pulang sekolah berbunyi, Tasha yang tadinya bermain air di dalam kamar mandi keluar setelah mendengar bel berbunyi. Saat tiba di ambang pintu kelas. Hati Tasha terasa tercabik-cabik, pohon cintanya ambruk seketika melihat keadaan yang sedang berlangsung di depannya.

“Kamu mau kan anterin aku?” tanya Annie

“Mau, sekalian mampir ke Restorezti ya.” Annie mengangguk menandakan setuju.

Daniel melewati Tasha tanpa rasa bersalah. Mungkin benar, Tasha tidak cocok dengan Daniel. Tapi Tasha tidak yakin jika Daniel mempunyai rasa yang sebenarnya pada Annie.

Tasha kembali ke tempat duduknya untuk mengambil tasnya dan pulang ke rumah untuk menangisi semuanya. Saat akan mengambil tasnya, Tasha mendapati secarik kertas tertinggal di atas mejanya. Ia membacanya, ketika sampai di tengah tak terasa air mata Tasha turun dengan sendirinya. Tasha tak kuasa untuk membacanya sampai bawah, tetapi ia sudah berjanji membaca sampai bawah karena tidak sengaja membaca tulisan di pojok kanan atas.

Tasha terduduk, seakan tidak mempunyai kaki lagi. Ia menangis sejadi-jadinya, sampai Bundanya menghampiri ke kelasnya karena khawatir mengapa anaknya tak kunjung keluar.

“Kamu kenapa, Sha?” Tasha hanya menggelengkan kepalanya, ia segera mengambil tasnya dan menggendongnya. Pergi berlalu meninggalkan Bundanya yang berdiri disana.

Sesampainya di rumah, Tasha langsung masuk ke kamar tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Seisi rumah kebingungan dengan tingkah laku Tasha. Kak Tiara secara spontan mengekori punggung adiknya yang sekarang sudah menghilang di balik pintu kamarnya. Saat Kak Tiara mendorong engsel pintu kamar Tasha, terkunci. Akhirnya, Kak Tiara masuk ke kamarnya dan lewat pintu yang berada diantara kamar mereka berdua.

“Lo kenapa sih, Dek?” tanya Kak Tiara

“Gue patah hati, napa?” Kak Tiara

Kak Tiara duduk di sebelah Tasha yang sedang tengkurap di kasurnya dan memegang secarik kertas. Rupanya apa yan dituliskan Tasha di kertas itu adalah apa yang dirasakannya selama ini. Siklus pohon cintanya dengan Daniel yang rumit.

Kak Tiara sendiri sebenarnya ingin menenangkan adiknya itu, tetapi ia tidak berpengalaman dalam hal percintaan karena semua lelaki yang mendekatinya takut karena ulahnya.

“Kakak pergi aja,” ucap Tasha dengan suara sendunya

Saat akan beranjak pergi, Kak Tiara menghentikan kegiatannya dan kembali duduk di tempatnya semula.

“Kok ngga jadi pergi?” tanya Tasha dengan suara khasnya

“Ingusnya boleh dibuang dulu nggak?” tanya Kak Tiara risih dengan suara Tasha yang hidungnya penuh dengan ingus.

Tasha duduk di samping kakaknya dan merobek kertas yang dipegangnya dari tadi, Kak Tiara yang tidak tahu apa-apa hanya diam menonton kelakuan adiknya yang bisa dikatakan lebih dewasa darinya walau cengeng.

“Kak ambilin tisu.” Ingus Tasha hampir saja keluar dengan sendirinya kalau Kak Tiara tidak cekatan mengambil tisu di nakas.

Tasha sedikit memainkan ingusnya yang tadi ia panen dari hidungnya. “Kak, aku panen ingus. Hehe.”

“Tasha, Tiara makan dulu,” ajak Bundanya yang tiba-tiba muncul dari pintu yang berada di kamar Kak Tiara.

“Hwa!” Otomatis ingus yang berada di hidung Tasha mengalir seperti muara sungai.

Bunda hanya menggelengkan kepalanya melihat anak bungsunya yang mirip zombie setelah pulang sekolah itu.

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang