°Bab 41°

123 11 0
                                    

Holaa. Happy Reading guys. Don't forget to vote and share. Etdah, sok nginggris, wq.

...

Di perjalanan membeli ikan, Tasha tak banyak bicara karena Tasha tahu jika ia banyak bicara, sang kakak akan menurunkannya tanpa basa-basi. Ia cukup diam sambil mengutak-atik ponselnya yang sama sekali tidak menampilkan notifikasi.

“Dimana belinya?” tanya Kak Tiara malas sembari melirik Tasha yang entah sejak kapan sudah tertidur. “Woi!”

“Di Jonggol!” seru Tasha. “Di Alun-alun aja murah.”

Tanpa menjawab Kak Tiara membelokkan stirnya ke arah Alun-alun. Setibanya di sana, Tasha langsung ngacir dahulu menuju penjual ikan cupang. Ia berjongkok sambil memilih-milih warna ikan yang akan dibelinya.

Tampak Kak Tiara menuruni mobil dan berlari ke arah Tasha dengan tampang gelisah.  “Sha,” panggilnya.

“Hm?” jawab Tasha yang masih sibuk memilih warna ikan.

“Gue nggak bawa dom---“

“Payah lu!” sorak Tasha sembari berdiri dan berkacak pinggang. Matanya memerah hendak mengeluarkan air mata. “Terus? Pulang?”

Kak Tiara terdiam penuh rasa sesal. Kedua matanya tak sama sekali menyorotkan sebuah kebohongan di sana. Berarti benar apa yang diucapkannya tadi. Belum sempat berpikir, Tasha sudah mendahuluinya menuju mobil.

“Gue bawa dua puluh ribu,” ucap Kak Tiara sembari mencekal pergelangan tangan Tasha. Bukannya menjawab, Tasha langsung berbalik arah dan kembali berjongkok memilih warna ikan dengan mata berbinar-binar.

“Aku mau yang ungu itu, Pak,” ucap Tasha menunjuk ikan cupang berwarna ungu selayaknya anak kecil.

“Harganya enam ribu,” ucap penjualnya sembali memasukkan plastik berisi ikan ke dalam plastik yang lebih besar. “Tapi kalau beli dua cuma sepuluh ribu.”

Mata Tasha semakin berbinar mendengar kalimat terakhir yang diucapkan penjual ikan ini. Ia segera menoleh kakaknya yang dari tadi menganggukkan kepalanya seakan dirinya melakukan boomerang.

Tangan Tasha terulur mengambil plastik ikan berisi ikan cupang berwarna hitam legam. Tangannya terulur memberikan plastik kepada penjualnya. Sejurus kemudian tangannya sudah menengadah di depan Kak Tiara meminta uang.

Kak Tiara langsung memberikan selembar uang berwarna hijau yang ditemukannya di saku celana tadi. Ia yakin jika sebenarnya Tasha juga membawa uang, tetapi anggap saja ikan ini adalah ganti dari ikan yang dipakainya sebagai percobaan dulu.

“Tengkyu, Pak. Daah.” Tasha melambaikan tangannya ke arah penjual ikan dan langsung ditatap aneh oleh orang sekitar. Kak Tiara tentu saja langsung mendahului Tasha dengan alasan malu.

Baru saja Tasha menutup pintu mobil, ponselnya sudah bergetar menandakan ada notifikasi baru dari seseorang. Ia membukanya lalu membacanya. Untuk sekian kali, matanya berbinar sambil membaca isi pesan tersebut.

“Kak, anterin ke Ondoapril,” pinta Tasha.

Dengan cepat Kak Tiara langsung menjawab, “Pake uang lo sendiri.”

Setibanya di Ondoapril, bukannya turun Tasha malah meminta kakaknya untuk berbalik arah dan pulang. Ia melihat adanya tanda-tanda perang dunia, makanya ia memilih untuk pergi dan kalah.

“Kenapa sih? Lo ngabisin bensin gue aja,” gerutu Kak Tiara. Tasha hanya menyengir sebagai jawabannya.

“Ada mantan gue coy, sama pacar barunya. Gue pergi aja lah,” jawab Tasha enteng tanpa mempedulikan raut muka Kak Tiara.

Kak Tiara langsung mencibir kala mendengar jawaban adiknya. “Mantan lo banyak banget dah, kaya pasar malem, rame.”

Setibanya di rumah, Tasha langsung menata kedua ikan barunya di toples bekas sosis yang dimilikinya. Dering ponsel mengejutkannya saat sedang memikirkan nama untuk ikannya. Bukannya menjawab telepon, Tasha masih kekeuh dengan pikirannya.

“Yang ungu namanya Ang,” ucap Tasha seraya menunjuk toples berisi ikan cupang warna ungu. “Yang item Gra.”

Tasha menelepon balik sosok yang membuatnya jengkel dari kemarin. Selalu lupa dengan waktu, itulah Tasha. Tak terasa dirinya sudah mengobrol selama dua jam lebih dengan Kent. Sebelum amukan masa datang, Tasha segera berpamitan pada Kent dan berpura-pura tidur.

“Nggak makan sekali langsung dicoret dari KK,” ujar Bunda dari luar kamar. Tanpa menunggu lebih lama, Tasha sudah membuka pintu dan berpose hormat pada bundanya.

***

Akhir-akhir ini Tasha tidak merasa kesepian dan sendiri. Semua itu berkat teman alumni sekolah dasarnya dulu. Berawal dari pertemuan kembali setelah tiga tahun lebih tidak bertemu di acara ulang tahun. Sosok itu sekarang sudah selesai mengucapkan kalimat yang terdengar familiar di telinga Tasha.

“Lo mau jadi pacar gue?”

Jutaan kupu-kupu menyeruak keluar dari perut dan dada Tasha. Dirinya bahkan merasa ingin terbang. Meski sudah banyak berpacaran dengan lelaki, hanya satu orang ini yang membawa hadiah untuk Tasha. Ikan cupang!

“Jadi, lo mau nggak?” tanya Kent sekali lagi dengan satu plastik berisi ikan cupang di tangan kanannya.

Mata Tasha langsung berbinar melihat ikan tersebut. Egonya ingin sekali berkata ‘iya’ supaya mendapatkan ikan cupang. Tetapi hatinya masih terlalu rapuh dan rentan untuk dimasuki cinta lagi.

“Emm, gue bingung,” tutur Tasha seraya menekuk wajahnya. Egonya benar-benar bergelut dengan perasaannya sekarang.

“Gue kasih lo waktu deh,” putus Kent final. Tangannya terulur memberikan ikan cupang kepada Tasha. “Yang ini ambil aja.”

Tasha mengangkat mukanya dengan mulut yang terbuka seolah tidak percaya dengan Kent. “Bener?”

Kent mengangguk kemudian berjalan menuju kasir dan membayar semua pesanan dinner mereka. Tanpa menanyakan kembali Tasha langsung bersiap dan membuntuti Kent ke parkiran. Masih dengan acara diam-diaman, Tasha menaiki motor seperti biasa, tanpa suara.

“Makasih, Kent,” ucap Tasha kemudian melambaikan tangan kepada Kent yang sekarang sudah menghilang dibalik pagar. Tasha segera memasuki rumah dan menuju kamar kakaknya. Biasa, untuk meminta pendapat.



Tbc uwu. Thanks ya udah tetep baca ini:)
Maap kalo jarang up, soalnya sinyalnya lagi minta ditabok, ups. Maaf ya:"

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang