Tasha POV
Tasha Anggraini Sabella, itulah namaku. Orang-orang biasa memanggilku Tasha. Aku memang manusia biasa, yang mempunyai banyak luka. Luka apa? Luka dari laki-laki, biasa, namanya saja anak muda.
Tetapi, bisa dibilang lukaku ini terlalu banyak. Kata salah satu mantanku, percuma saja berjalan terus dengan cara seperti ini yang ujung-ujungnya akan jatuh kembali ke lubang yang sama. Entahlah mantan yang mana. Aku pusing, banyak sekali!
Dari Daniel, Reza, Kent, ah ... sudahlah malas! Aku sudah berhasil move on dari mereka. Jadi jangan sanhka kalau aku masih sayang dengan mereka. Ya ... mungkin masih ada sedikit, sih, nggak banyak, kok.
Beberapa bulan yang lalu, sosok murid baru datang ke kelasku. Kalian tahu namanya, kan? Danen! Dia adalah salah satu laki-laki yang memperlakukanku seperti ratunya. Kalau dipikir-pikir, sudah empat bulan aku menjalin hubungan dengannya. Ini salah satu rekor terlama.
Katanya, dia sayang denganku. Dia belum pernah menemukan perempuan sepertiku di luar sana. Entah itu ucapan yang murni dari lubuk hati terdalam atau hanya omong kosong belaka. Yah, kuharap omongan murni, sih.
Lihatlah! Dia memegang tanganku erat, sudah satu jam lebih dia tidak melepas genggaman ini. Tanganku saja sudah berkeringat basah. Tapi ... aku sayang!
Tasha POV end
"Kamu mau yang mana?" tanya Danen.
Tasha tampak memilih-milih makanan yang hendak dia beli. "Ini aja deh."
"Oke," sahut Danen dan menuliskan makanan yang Tasha pilih di kertas menu.
"Ini bisa dilepas nggak?" tanya Tasha sambil mengangkat genggamannya, "tanganku basah."
Danen terkekeh kemudian melepas genggamannya dengan tangan Tasha. Dia kembali berkutat dengan buku menu yang ada di meja. Sedangkan Tasha malah sibuk mengabari Rie akan kejadian baru saja.
Membahagiakan Tasha itu cukup mudah. Tidak perlu dibelikan barang mewah atau harus ada setiap saat. Cukup dibelikan ikan cupang atau digenggam tangannya lama. Bagi Tasha, itu sangat menjunjung perasaannya.
"Nanti anterin beli ikan, ya," pinta Tasha ditengah-tengah makan.
Danen mengangguk dan melanjutkan makannya. Dia menyuapkan sesendok nasi dan tiba-tiba tersedak. Tasha terkejut akan hal itu dan cekatan memberikan Danen minumnya. Dia turut membantu Danen dengan menepuk-nepuk pelan punggung bagian atas Danen.
"Udah?" tanya Tasha dan diangguki oleh Danen.
Tasha menghela napas lega dan mengambil kembali minumnya. Dia menyeruput sedikit kemudian melanjutkan makannya yang tersisa beberapa sendok. Dia bersikap biasa saja seolah tidak ada sesuatu yang terjadi sebelumnya.
Sedangkan Danen ... ah! Dirinya tetap saja menatap Tasha yang sedang makan. Danen sangat bahagia ketika Tasha membantunya dalam hal-hal yang kecil, juga memedulikan keadaan Danen walau yang dipedulikan saja tidak peduli.
Mereka tampak bahagia dengan caranya masing-masing. Tasha sendiri hanya bisa berharap Danen adalah sosok terakhir yang singgah di hatinya. Semoga saja dia tidak seperti mantan-mantannya yang dahulu.
Begitupula Danen, dia juga berharap Tasha selalu melekat di hatinya tanpa pengganggu. Harapan mereka hanya kecil, tetapi sulit untuk direalisasikan.
Merasa ditatap terus menerus, Tasha mulai risih dengan Danen. Dia menyenggol Danen dengan sikutnya pelan. "Apa, sih?"
Danen terkesiap. "Enggak, nggak apa-apa."
Tasha membulatkan mulutnya. "Ooh, kukira ada apa."
"Kamu cantik," batin Danen pelan.
"Aku cantik?"
***
Kisah rumit Tasha sudah selesai sampai di sini. Doakan saja Danen tidak seperti Daniel, Reza, ataupun mantan Tasha yang lainnya. Tasha cukup bahagia menjalin kasih dengan Danen.
Akhir kata, terima kasih telah mendukung Pelang Malam!
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI MALAM [END]
Teen Fiction[BELUM REVISI] Perjalanan yang berawal dari seseorang yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Sampai ia mampu mengubah segalanya. Hingga aku tahu, aku hanyalah 'pelangi malam'. Sesosok manusia yang selalu diharapkan, namun nyatanya hampa. Kemudia...