°Bab 25°

244 15 0
                                    

Aku sudah kenyang memakan semua omonganmu. Terima kasih

~Tasha

...

“Ta … “ Sepersekian detika kemudian, Daniel melemahkan panggilannya untuk Tasha. “Sha.”

“Biarin dia bahagia, Niel,” ucap Ridho yang entah sejak kapan sudah berada di samping Daniel.

Daniel langsung menolehkan kepalanya. “Jadi gue buat kesalahan?”

Ridho mengendikkan bahunya dan berjalan menuju ketiga anak perempuan yang saling menyipratkan air. Sebenarnya ia hanya akting saja, padahal ia tahu jika Daniel memang bersalah, bahkan sangat bersalah.

“Gue boleh gabung ngg—“

“Gak!” sarkas Rie.

***

“Lo ambil jagungnya, Sha. Di baskom tadi!” perintah Jia yang sibuk mengipasi arang bersama Gita dan Finda.

Tasha mengiyakan saja perintah Jia tanpa membantah. Ia terlalu lelah untuk berdebat sekarang. Ia berjalan menuju dapur tempatnya mengupas jagung tadi. Ia mendapati sosok Daniel yang keluar dari kamar mandi. Seketika tubuhnya menegang dan sulit digerakkan.

“Tasha, mau ngapain?” tanya Daniel.

Lidah Tasha seakan kelu, ia tak mampu berbicara sekarang. ia segera mengambil baskom jagung dan segera berlalu dari dapur. Namun, tangan Daniel lebih cekatan mencekal pergelangan tangan Tasha. Alhasil beberapa jagung berhamburan di lantai.

“Kamu kenapa si—“

“Lo masih tanya gue kenapa?!” bentak Tasha sambil menunduk mengambil jagung yang berhamburan seperti hatinya.

Daniel membeku mendengar bentakan Tasha. Sosok Tasha yang di dalam kamusnya jarang meluapkan emosi ternyata salah. Perempuan lebih sering memendam emosinya dan mengeluarkan pada saat tertentu.

“Gue … minta ma—“

“Udah gue maafin, sana!”

Tasha berlalu ke pekarangan villa sambil meneteskan beberapa bulir air matanya. Sementara Daniel masih terdiam di dapur seolah masih berbicara dengan Tasha. Seketika ia teringat jika ia pernah membuat masalah dengan Tasha di street food kala itu.

Selama pembakaran jagung, Tasha hanya diam dan sesekali berteriak minta tolong karena melihat kadal. Ia sama sekali tak menggubris perkataan Daniel yang sedari tadi mengajaknya berbicara.

“Dho, buang nggak?!”

Ridho menjulurkan lidahnya mengejek Tasha dan tetap mendekatkan kadal yang dipegangnya kepada Tasha. Jujur, ia sangat suka menjahili anak perempuan.

Tiba-tiba satu botol bekas aqua melayang mengenai kepala Ridho. Alhasil kadalnya terlempar ke arah arang yang dipakai membakar jagung.

“Gimana sih lo! Kadalnya kebakar pe’a!” bentak Fadil sambil berusaha mengambil kadal yang terjepit diantara kedua jagung.

“Rie yang salah!”

“Kok gue?!” bentak Rie tidak kalah lantang dengan Ridho. “Gue itu nylametin Tasha doang, nggak lebih!”

Fadil berdiri diantara mereka berdua dan membawa sesuatu yang disembunyikan di balik tubuhnya. “Malah berantem! Kadalnya mati cuy!”

Sontak semua menoleh ke arah bakaran jagung dan berharap jika kadal yang mereka pakai untuk bermain tidak mati. Tetapi, mereka tidak mendapati keberadaan bangkai cicak diantara jagung-jagung yang dibakar.

“Mana? Lo boh—“

“Matinya disini, awokawok!” teriak Fadil sambil mendekatkan kadal yang masih hidup ke arah anak perempuan.

“Hua! Buang, Dil!”

Seketika pekarangan itu menjadi saksi atas kebahagiaan Ridho dan Fadil mengerjai anak perempuan dengan kadal. Tasha yang tadinya tampak kecewa dan tak bergembira, berkat bantuan sang kadal ia menjadi bahagia dengan berlarian kesana kemari menghindari kadal yang dibawa Fadil.

“Daniel mana, Sha?” bisik Finda yang duduk di samping Tasha.

Tasha mengendikkan bahunya dan tetap memakan jagung yang di tangannya. Ia tidak peduli dengan Daniel saat ini. Tahun baru yang ia bayangkan pupus seketika. Tetapi bayangan itu tergantikan dengan tahun baru yang bahagia bersama temannya, bukan Daniel.

“Kakak gue pulang,” ucap Rie yang tak sengaja mendengar bisikan Finda. Tasha hanya menganggukkan kepalanya, tidak lebih.

Tasha beranjak meninggalkan Rie dan Finda. Ia menuju anak lainnya yang sedang menunggu jam dua belas tepat di depan kembang api besar. Ia ikut duduk memutar mengelilingi kembang api yang berada di kursi.

“Dua det—“

“Selamat tahun baru!!” teriak semua anak dan melihat kembang api yang sedang memecahkan dirinya di atas langit. Tasha berdecak kagum saat melihat kembang api kecil yang dipegangnya dimasukkan ke dalam botol air.

“Ayo semuanya make a wish!” teriak Gita sambil menyalakan kembang api kedua.

Tasha membatin dalam hati, “Aku menginginkan kebahagiaan yang selalu menemaniku.”

“Duar!”

Tbc semuaannyaaa. Bentar lagi konflik yang kalian tubggu bakal dateng, wqwq❣️

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang