°Bab 27°

244 14 1
                                    

Haii, selamat membaca ya manteman. Jangan lupa vomment-nya ya ♥


...

Retno beringsut mundur ketika mengetahui sosok Tasha berjalan ke arahnya. Sudah bisa dipastikan jika Tasha akan memarahinya atau bahkan memukulnya. Saat ia hendak berlari menjauhi Tasha, tangannya sudah dicekal oleh Tasha.

"Makasih udah jauhin cowok bang*at dari gue," lirih Tasha kemudian berlalu.

Daniel menyusul Tasha yang belum terlalu jauh dari UKS. Ia menarik pergelangan Tasha dan hendak memeluknya. Dengan spontan Tasha langsung melepas cekalan Daniel dan berlari menjauhi Daniel.

"Sha, gue minta maaf!" teriak Daniel yang masih berusaha mengejar Tasha.

Tanpa aba-aba, Tasha langsung menutupi kedua telinganya ketika mendengar permintaan maaf dari Daniel yang entah keberapa kalinya. Ia berlari menuju kelas dan berlindung di belakang Bu Hayn.

Karena kejadian yang berlangsung hari ini. Kelas Tasha tidak ada pelajaran sama sekali karena para guru yang mengajar hari itu masih mengurusi proses pengeluaran Daniel dan Retno dari sekolah.

"Lo pulang aja kalo sakit," saran Jia. Tasha menggeleng lemah.

"Gue mau liat gimana Daniel pamitan dari kelas," ucap Tasha sambil memainkan rambut Jia yang duduk di sampingnya.

Jia hanya bisa menghela nafas sabar. Jika dalam keadaan berantakan seperti ini, Tasha akan keras kepala. Rie yang duduk di sebelah kiri Tasha langsung mencebik mendengar jawaban Tasha.

"Sha, lo jangan gitu. Lo harus mikirin kondisi tubuh lo juga," ucap Fadil yang entah sejak kapan mulai mendengarkan perbincangan mereka bertiga.

"Diem lo!" sarkas ketiga perempuan yang sedang berbincang.

Fadil langsung terdiam. "Gue cuma beri saran aja, kok nge-gas?"

Saat mereka masih mendebatkan sesuatu yang tidak penting. Dua orang yang sekarang Tasha benci berjalan menuju mereka. Tentu saja Tasha langsung berdiri hendak menjauhi kedua orang itu.

"Sha, gue minta maaf," ucap Retno dengan matanya yang sembab dan masih berkaca-kaca.

"Udah gue maafin, pergi lo berdua. Gue muak sama muka kalian!"

Retno mundur perlahan. Tetapi saat ia akan berbalik menuju kelasnya, tangannya dicekal oleh Daniel. Tasha hanya bisa memasang muka tanpa ekspresi melihat gelagat yang mereka tampilkan.

"Maaf, Sha kalau gue udah jahatin lo. Tapi kalau boleh jujur, dari dulu gue emang suk---"

"Iya-iya gue udah tahu! Lo cuma mau mempermainkan perasaan gue aja 'kan?! Kalau tahu ending-nya bakal kaya gini, gue nggak mau kenal sama lo," jelas Tasha yang suaranya semakin lama semakin melemah.

Rie beranjak dari duduknya dan berdiri di depan Tasha dengan mata yang berkilat marah. "Mending kakak pergi dari hadapan Tasha!"

Sontak semua anak yang berada di kelas menoleh ke arah Rie. Daniel langsung menatap tajam Rie yang sengaja mengumbar rahasia mereka berdua. Tanpa takut, Rie ikut membalas tatapan Daniel.

"Kakak?"

"Iya, gue adiknya dia. Tapi gue nggak suka bahkan nggak mau punya kakak yang sekarang jadi kaya gini. Ayo pulang, Sha!"

Rie menarik Tasha yang masih terdiam di belakangnya. Dengan cekatan, Jia membereskan peralatan Tasha dan menyuruhnya segera pulang.

***

"Anak Ibu mungkin kelelahan dan banyak pikiran."

"Udahlah, Pak. Kalau mau dirawat inap bilang aja. Nggak usah bertele-tele," sengit Bunda.

Dokter muda itu hanya bisa meringis mendengar ucapan sosok ibu dari anak perempuan yang diperiksanya tadi. Ia kemudian berlalu menjauhi Bunda sebelum terjadi perang dunia ketiga.

"Maafin anak saya, Bu," ucap ibu dari Daniel sambil memeluk Bunda.

Bunda hanya tersenyum miring. "Iya, nggakpapa kok, Bu."

Di dalam ruang gawat darurat sosok tubuh lemah Tasha masih terbaring di salah satu ranjang. Selama dua hari setelah dikeluarkannya Daniel dari sekolah Tasha tidak masuk sekolah karena tubuhnya yang terlalu lemah.

"Sha, kakak gue udah dikeluarin dari sekolah. Lo udah aman," ucap Rie yang duduk di sebelah ranjang Tasha.

"Terus dia sekolah dimana?" tanya Tasha lirih.

"Kata Papa di pondok. Tapi, orang tua Retno nyuruhnya nggak usah sekolah aja."

Tasha mendesah pelan. "Orang tuanya Retno itu gila ya? Terus kalo mereka nggak sekolah gimana kedepannya? Dasar nggak ngotak."

Rie mengendikkan bahunya acuh. Sebenarnya ia juga sependapat dengan Tasha. Ia merasa orang tua Retnolah yang membuat semuanya seperti ini. Ia tak tahu bagaimana reaksi Mamanya ketika Daniel mengucap ijab kabul di umur yang belum pastinya.



Duhh, ini gimana siii. Tbc ya gaisee

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang