°Bab 43°

113 12 0
                                    

Fyuh! Update lagii! Selamat membaca teman-teman semuaa. Jangan lupa klik vote ya.

...

Keesokannya, Tasha sudah siap di mobil menunggu ayahnya datang dan berangkat. Kali ini tujuannya bukan ke mall ataupun kafe. Tetapi tujuannya kali ini adalah rumah Jia. Mereka semua akan belajar bersama karena besok Senin sudah ujian.

Setibanya di sana, Tasha disambut Rie yang juga baru saja datang. Mereka berjalan memasuki gang ke rumah Jia, memang gang ini tidak bisa dimasuki mobil. Saat mereka berjalan, Tasha melihat sosok yang tidak ingin dilihatnya saat ini, Kent.

“Hai, Sha. Kenapa ke gang sini?” tanya Kent sok ramah seolah kemarin tidak terjadi apa-apa.

“Emang ngg---“

“Kita lagi ada kerja kelompok. Iya, ‘kan?”

Dengan berat hati Tasha mengangguk karena pantatnya sudah dicubit oleh Rie. Tasha berjalan mendahului Rie dengan gaya sok-sokan lupa dengan yang kemarin. Bukan sok-sokan sih, tetapi berusaha.

Hari ini Tasha belajar bersama dengan aman dan tidak ada masalah. Ia pulang dijemput kakak tercintanya. walau akhirnya Tasha juga yang harus menjadi babu kakaknya setelah dijemput. Dengan alasan, semua itu tidak ada yang gratis.

Belum sempat Tasha merebahkan tubuhnya yang lelah, ponselnya sudah berdering menampilkan notifikasi baru. Dengan berat hati Tasha mengambilnya dan membaca pesan tak bernama itu. Seketika ia mengerutkan keningnya sambil membaca akhiran pesan tersebut.

“Baraka?” beo Tasha. “Siapa dia?”

Tasha membaca satu pesan baru dari nomor yang sama. “Dia kenapa ya? Bodo amatlah, paling cuma iseng.”

Dengan alasan malas dan cuek, Tasha membiarkan pesan dari nomor tak dikenal tersebut. Ia tidak membalas apalagi menyimpan nomor tersebut. Ketimbang pusing memikirkan orang tersebut, ia lebih memilih untuk membuka lagi catatannya.

Malamnya, bukannya belajar Tasha malah tertidur lelap di kasurnya. Kak Tiara yang melihat Tasha langsung terbesit niat jahilnya untuk mengerjai Tasha. Belum sempat melakukan rencananya, telinganya sudah dijewer terlebih dahulu oleh Bunda.

“Tiara!”

Tasha terkesiap kemudian berteriak, “Bunda! Ngagetin aja!”

Bunda dan Kak Tiara hanya terkekeh sambil menggaruk tengukuknya bagai tikus yang ketahuan mencuri keju. Sejurus kemudian, mereka berdua sudah pergi dari kamar Tasha dan membiarkan Tasha istirahat.

“AYAH! Cepetan ih!” geram Tasha melihat Ayahnya masih bersantai memakai baju rumahan.

“Duluan aja sama Tiara,” ucap Ayah santai tanpa menghiraukan Tasha yang sudah mencak-mencak di depan rumah.

“Aku nggak ada kelas, Yah,” sahut Kak Tiara dari kamarnya.

Tasha semakin menggeram marah. “Aya---“

“Hai, Sha. Bareng aku aja?” tawar seseorang.

Tasha langsung membalikkan tubuhnya ke sumber suara. Ia menemukan muka yang sama dengan profil nomor yang mengirimi dia pesan kemarin. “Ya udah. Bun, Tasha berangkat.”

“Sama sia  ....” Bunda hanya menggelengkan kepalanya melihat Tasha sudah menaiki kursi penumpang seseorang. Entah siapa.

Tasha melirik jam tangannya kemudian ia turun dari jok belakang dan berucap terima kasih, “Makasih ya.” Kemudian ia berjalan cepat menuju gerbang sekolah takut jika ia akan terlambat.

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang