°Bab 04°

897 144 45
                                    


Cinta itu seperti angin, tidak dapat dilihat tetapi bisa dirasakan

~Tasha

***

Daniel kembali ke dalam kafe tepat dimana mobil sedan hitam berhenti tepat di depan Tasha. Kaca mobil terbuka memperlihatkan sosok bidadari cantik sayangnya judes.

"Naik!" perintahnya

"Bentar, gue belum pamitan sama Daniel. Nunggu sebentar." Tasha berlari ke dalam kafe

"Gue mau pulang dulu ya, eh ini punya gue bukan?"

Daniel hanya menganggukkan kepalanya dan tetap berkutat pada layar handphone-nya yang sedang membuka satu aplikasi.

Tasha segera naik ke dalam mobil kakaknya itu sambil menghentakkan kakinya. Kak Tiara yang melihat tingkah laku sang adik yang tidak biasanya hanya mengacuhkan saja.

"Lo emang cuek bebek, Kak. Sebel gue," omel Tasha

***

"Bunda," panggil Tasha

"Apa?"

"Daniel sama Kak Tiara hampir sama cueknya," ujar Tasha mengadu pada Bundanya

"Yang penting masih hidup. Wlee," ucap Kak Tiara dan diakhiri juluran lidah yang membuat Tasha mencebik.

***

"Pooh, aku tadi ke kafe bareng sama Daniel. Tapi Danielnya cuek bebek kaya Kak Tiara jelek."

"Jangan bilang lo mengkhayal kalo bonekanya bisa jawab curhatan lo," tebak seseorang yang berada di pojok baca kamar Tasha

Mata Tasha membelalak, spontan boneka pooh ukuran satu meter melayang mengenai kepala dan punggung Kak Tiara.

"SIAPA LO?!" teriak Tasha menggelegar di seluruh isi rumah anggota dewan DPR itu.

"Ada apa sih, Dek?" tanya sang Ayahanda yang berdiri di depan pintu dan diacuhkan Kak Tiara

Kak Tiara berjalan mendekati Tasha yang semakin menjerit. Kak Tiara membuka selimut bergambar pooh yang menutupi tubuh Tasha. Setiap senti gerakan Kak Tiara membuat jeritan Tasha semakin keras.

Saat selimut sudah terbuka, Tasha memukuli Kak Tiara dengan boneka kecil yang ada disampingnya.

"Gue kakak lo astaga!"

Tasha membuka kelopak matanya perlahan dan menghela nafas setelah melihat makhluk itu adalah kakaknya sendiri.

"Lagian lo ngapain lemparin boneka pooh ke gue?" tanya Kak Tiara dengan nada menginterogasi.

"Gue kira lo siapa, kakak sih masuk kamar ngga bilang tiba-tiba ada di pojokan baca buku," jelas Tasha sambil cemberut

"Bentar, tahan dulu mulut lo gue ambilin karet biar bisa dikuncir," canda Kak Tiara tanpa tawa. Tasha semakin cemberut dibuatnya

Kak Tiara melanjutkan membaca buku yang tadi sempat tertunda insiden jeritan maut adiknya. Kak Tiara berjalan menuju pinggiran kasur dan duduk di samping adik tersayang yang sedang curhat ke boneka gajah.

"Dek, masa lo ngga kelihatan pas gue ada di pojok baca tadi?"

"Gue nggak pake kacamata," jawab Tasha dan berjalan ke arah pojok baca untuk mengambil boneka pooh yang notabene menjadi boneka terbesar diantara boneka lainnya.

Mereka berdua kembali diselimuti keheningan yang amat sangat hening. Hingga keduanya menoleh ke arah pintu setelah mendengar suara engsel pintu diturunkan.

"Kalian nggak makan malam?" tanya Bunda

"Lauknya apa, Bun?" tanya kedua kakak adik itu bebarengan

"Rahasia dong."

Tasha menghela nafas gusar dan menyusul kakaknya yang sudah turun terlebih dahulu.

PELANGI MALAM [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang