_dari hujan aku belajar bahasa air
bagaimana berkali-kali jatuh tanpa sedikitpun mengeluh pada takdir_🌼🌼🌼
Qiyya masih berjuang untuk kembali sadar di ruang PACU RSUD Surabaya. Setelah proses pembiusan dan operasi laparaskopi yang telah dilakukan hampir 3 jam lamanya.
Operasi pengangkatan kista endometriosis miliknya dilakukan oleh dokter Hendro dan team. Setelah melakukan serangkaian tes dan screening baik itu Qiyya maupun Ibnu. Qiyya memutuskan untuk segera menjalani operasi laparaskopi itu.
Malam semakin larut, udara di luar juga sangat dingin. Namun Abdullah dan Kartika belum dapat memejamkan mata sebelum mengetahui keadaan anak sulungnya. Kabar penyakit yang diderita Qiyya memang membuat bapak 3 anak itu shock. Terlebih lagi Abdullah mengetahuinya dua hari sebelum Qiyya menjalani operasi.
Qiyya dan Ibnu sengaja memang merahasiakan permasalahan ini. Bukan untuk membohongi kedua orang tuanya, tetapi lebih tepat supaya mereka tidak terlalu berpikir berat.
Hingga pukul 01.30 Ibnu kembali ke kamar rawat Qiyya dan memberitahukan kepada kedua mertuanya bahwa Qiyya telah sadarkan diri namun masih harus berada di ruang PACU sampai dengan jam 08.00 pagi.
"Ayah dan ibu istirahat dulu, Qiyya sudah sadar hanya memang masih harus di PACU. Ibnu juga akan istirahat," ucap Ibnu.
"Alhamdulillah."
"Ibu sampai bingung tadi memberikan jawaban apa kepada anak-anak kalian. Mereka menanyakan bundanya terus sampai akhirnya kelelahan kemudian tertidur." Kata Kartika.
"Maafkan Ibnu Bu, jadi merepotkan harus mengurus anak-anak." Kata Ibnu.
"Eh, jangan bilang begitu. Kami ini juga kakek neneknya jadi sudah sewajarnya seperti itu." Jawab Kartika.
"Sudah, kalau begitu kita semua istirahat. Semoga sampai besok Qiyya dipindahkan ke sini lancar semuanya." Kata Abdullah.
"Aamiin."
Ibnu merebahkan badannya di samping kedua putranya. Badannya terasa pegal semua. Biasanya dia sebagai dokter yang melakukan pembedahan terhadap pasien bisa menguasai emosi. Serius namun rileks namun malam ini ketika dia berada di posisi wali pasien, 3 jam yang dilalui Qiyya di meja operasi seperti puluhan tahun.
Ibnu sebenarnya tahu, operasi yang dilalui Qiyya ini bukan termasuk operasi besar. Di dalamnya juga tidak membutuhkan dokter bedah seperti dirinya. Hanya seorang obgyn, anastaesi dan beberapa asisten dan perawat untuk membantu mereka.
Kini dia bisa merasakan rasanya menjadi wali pasien yang sangat resah juga gelisah. Menunggu orang terkasihnya berjuang di meja operasi membuat separuh hatinya juga ikut bersama di sana.
Terdengar pintu kamar rawat Qiyya diketuk dari luar. Ibnu bangun dari tidurnya kemudian berjalan untuk membuka pintu dengan separuh nyawanya karena rasanya baru saja terlelap sudah harus terjaga kembali.
"Selamat pagi Pak. Mohon maaf mengganggu, Pak Ibnu diminta untuk ke PACU sekarang." Pinta seorang perawat.
"Qiyya? Ada apa dengannya?"
"Semalam setelah bu Qiyya tersadar beliau ingin bertemu dengan Bapak sekarang."
"Tapi nggak apa-apa kan Nrs?"
Ibnu mengikuti seorang perawat yang memanggilnya tadi menuju ruang PACU. Qiyya memang minta tolong kepada perawat untuk memanggilkan suaminya.
Setelah memakai pakaian khusus untuk masuk ke ruang PACU, Ibnu mendekati bed yang ditempati oleh Qiyya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHITBAH KEDUA [Telah Terbit]
RomansaYa Illahi Rabb, izinkan seorang ikhwan berdiri disampingku, memimpinku kala keningku menyentuh bumi mengagungkan namaMu, menjadi jalan tolku menuju jannahMu, dan menyempurnakan separuh agamaku kembali ~~ Adz Qiyyara Zaffran. Ya Illahi Rabb, izinkan...