24# Bertemu Sang Mantan

33.5K 1.8K 109
                                    

_when your ex says "you'll never find anyone like me" --- just smile and reply "that's the point"_

🌼🌼🌼

Sudah seminggu ini Qiyya dilanda kegelisahan. Semenjak pemeriksaan di klinik Fenina Surabaya lebih tepatnya. Hari ini adalah hari terakhir dia mengkonsumsi obat yang diberikan dokter dari Surabaya.

"Sayang, mau berangkat sendiri atau bareng sama Mas?"

"Berangkat sendiri saja Mas, tapi minta tolong diambilkan nomer antrian ke dokter Erland ya."

"Ok, hanya nanti kalau pemeriksaan Mas juga harus ada di tempat."

"Iyalah, nanti Qiyya ke ruangan mas dulu sebelum ke dokter Erland."

Akhirnya Ibnu berangkat ke rumah sakit bersama kedua anaknya berangkat ke sekolah. Qiyya masih menyelesaikan pekerjaan rumahnya bersama Kartika.

"Nggak usah takut Qi, Ibu yakin justru karena ini nanti kamu akan bisa hamil. Jadi kalau dokter menyarankan operasi ikuti saja toh suami kamu juga bisa mengawasi lebih dekat nantinya. Anggap saja kamu mau melahirkan dengan operasi caesar." Kata Kartika memberikan semangat kepada Qiyya.

"Semalam mas Ibnu juga berkata seperti itu Bu. Inshaallah Qiyya siap Bu, cuma berpikir saja mengapa baru sekarang tahunya kalau Qiyya memiliki penyakit itu, bukankan dulu juga sudah sering ke dokter kandungan tapi hasilnya nggak ada apa-apa." Kata Qiyya.

"Allah tahu apa-apa yang tidak kita tahu. Mungkin Allah menginginkan kamu mengetahui penyakit itu ketika sudah bersama Ibnu. Khusnudzonbillah ya Sayang." Kata Kartika.

Kini Qiyya sudah berada di ruangan Ibnu. Menunggu Ibnu menyelesaikan pekerjaan bersama para co ass, karena Aira dan team sekarang telah berpindah dari stase obgyn ke stase pembedahan.

Dari ruangan inilah Qiyya bisa membuktikan perkataan Aira. Dokter dingin bermuka datar. Ah suaminya memang benar-benar menggemaskan jika sedang serius seperti itu. Cool garang tapi sangat tamvan. Tanpa sadar Qiyya tersenyum tipis sambil memandangi wajah serius suaminya sedang memberikan arahan kepada co ass.

"Sayang, hati-hati kena diabetes loh." Ucap Ibnu yang sadar sedang diperhatikan istrinya.

Qiyya malu tersadar oleh sapaan Ibnu di depan para co ass. Mereka kemudian tertawa bersama dan para co ass keluar dari ruangan Ibnu karena bimbingan telah selesai.

"Sudah selesai? Cepet banget." Kata Qiyya kepada Aira dan teman-temannya.

"Sudahlah Mbak Qi, kasian mbak Qiyya nanti keburu kena diabetes karena liatin dokter Ibnu sebegitunya." Ledek Satrio yang memang sudah akrab dengan keluarga Aira.

"Kuwalat kamu nanti ngeledekin orang yang lebih tua." Kata Qiyya pura-pura marah padahal sebenarnya dia malu kepergok melihat suaminya dengan sembunyi-sembunyi oleh Aira dan teman-temannya.

"Jiahhh, ternyata mbak Qiyya sudah tua." Kata Aditya menambah heboh ledekan Satrio.

"Sudah-sudah, nanti kalian ngeledekin Qiyya melulu nggak kerja kerja. Pestanya bubar, ayo semua kembali ke tugas masing-masing." Lerai Ibnu.

"Siap Dok." Kompak keempat co ass menjawab.

Seusai para co ass keluar ruangan Ibnu segera mengajak Qiyya ke ruangan dokter Erland untuk melakukan USG dan konsultasi singkat dengan dokter kandungan itu. Ibnu telah melepas snellinya sehingga jika orang belum mengenal Ibnu pasti mereka tidak akan tahu jika Ibnu juga seorang dokter yang sedang bertugas di rumah sakit yang sama dengan Qiyya memeriksakan penyakitnya.

KHITBAH KEDUA [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang