_namun cinta tak pernah hilang harapan, akan datang lengkung pelangi setelah hujan, menghubungkan rasa kehilangan dan sakitnya perpisahan_
🌼🌼🌼
Qiyya menatap tubuhnya di depan cermin. Bulat dan tidak berbentuk lagi. Kakinya sering merasa pegal untuk berjalan jauh. Kandungannya memang tidak mengalami kendala yang serius. Namun menginjak trimester ketiga ini, berat badan Qiyyara melonjak drastis. Hingga kakinya kini mulai membengkak dan sakit untuk berjalan jauh.
"Bunda capek ya? Bawa dedeknya dua?" tanya Hafizh suatu malam ketika Ibnu sedang mengurut kaki Qiyya.
"Enggak Sayang, cuma daddy saja kasihan lihat kaki bunda bengkak. Makanya setiap malam diurut daddy." Jawab Qiyya.
"Bang Hafizh mau diurut juga?" tanya Ibnu pada putranya yang kini mulai terbiasa mandiri semenjak kaki bundanya mulai membengkak.
"Bang Hafizh nggak capek Dad, bunda saja. Kalau boleh abang aja yang bawa dedeknya biar bunda nggak capek, kakinya nggak bengkak seperti itu." Kata Hafizh melihat kaki bundanya yang membengkak.
Qiyya dan Ibnu tertawa bersama mendengar celoteh polos putranya. Ibnu mengangkat kaki Qiyya yang ada di atas pahanya dan meminta Qiyya untuk meluruskan di sofa yang diduduki mereka. Ibnu merengkuh Hafizh dalam pangkuannya. Memeluk dan mencium putra kecilnya dengan penuh sayang.
"Tidak hanya Bang Hafizh yang mau, seandainya bisa daddy juga mau menggantikan posisi bunda." Kata Ibnu masih dengan memeluk Hafizh sambil memandang Qiyya.
Menghujani seorang istri dengan untaian kasih sayang dan samudra cinta yang tiada bertepi itu adalah mutlak bagi seorang Ibnu. Bukan hanya tanggung jawab yang melekat atas dasar kata suami yang kini disandangnya namun tumpuan dan harapan istri pada suami pasti lebih besar dibandingkan itu.
Qiyya sudah melakukan perannya dengan begitu apik. Kini Ibnu juga akan memainkan perannya untuk menyempurnakan kata bahagia untuk keluarga kecilnya.
Ibnu sangat bersyukur, Allah melimpahkan semua rahmatNya untuk keluarga kecilnya. Selalu berharap bahwa anak anaknya bisa menjadi anak sholeh. Qiyya melahirkan lancar dan kedua anak kembarnya kelak lahir sehat. Masih ada waktu 40 hari dari HPL yang ditentukan oleh dokter Erlando.
"Sayang__"
"Hemmmm."
"Beneran kamu nggak pengen apa-apa gitu? Makanan atau apa gitu? Mumpung masih sore mas beliin." Ibnu menawarkan.
"Kenyang Mas, sudah nggak pengen apa-apa lagi." Jawab Qiyya.
"Tapi tetep harus banyak minum loh."
"Eh iya, tapi Qiyya ntar jadi sering ke belakang."
"Ya memang seperti itu Sayang. Kamu nggak ngidam apa gitu? Perasaan dari mulai hamil dulu nggak pernah minta macam-macam deh. Apa masmu yang lupa ya?" tanya Ibnu.
"Hahahahaha, Mas Ibnu lupa malam-malam Bi Marni mas minta buatin rujak, eh udah jadi mas Ibnu malah tidur katanya sudah nggak pengen lagi. Seneng banget sih ngerjain orang tua." Kata Qiyya.
"Emang iya?"
"Lupa? sampai ganti warna rambut, model rambut? Rajin perawatan kulit. Hmmm, Qiyya ya heran. Qiyya yang hamil mengapa mas Ibnu yang pengen macam-macam." Kata Qiyya dengan senyum merekahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHITBAH KEDUA [Telah Terbit]
Storie d'amoreYa Illahi Rabb, izinkan seorang ikhwan berdiri disampingku, memimpinku kala keningku menyentuh bumi mengagungkan namaMu, menjadi jalan tolku menuju jannahMu, dan menyempurnakan separuh agamaku kembali ~~ Adz Qiyyara Zaffran. Ya Illahi Rabb, izinkan...