This is part of their story
-- happy reading --Minggu pagi ini dapur rumah Qiyya sudah heboh dengan squad yang sedang berkolaborasi bersama bi Marni untuk memasak beberapa menu sarapan pagi.
Ba'da subuh ini Ibnu langsung mengajak Qiyya berdiskusi di kamar mereka. Bukan masalah apa-apa, hanya saja sepertinya Ibnu ingin mendengar cerita dari Qiyya terkait dengan tumbuh kembang kelima buah hati mereka.
Beberapa kali mereka Ibnu memberikan masukan kepada Qiyya.
"Mas Ibnu ingin sarapan apa? Qiyya siapkan dulu ya." Kata Qiyya ketika perbincangan mereka dirasakan telah cukup.
"Jangan keluar, di sini dulu saja. Sekali sekali biarkan bi Marni bereksplorasi dengan bumbu-bumbu dapurnya." Kata Ibnu.
"Tumben, biasanya mas Ibnu lebih suka kalau Qiyya yang masak. Ada apa hmmmm?" tanya Qiyya yang mulai menangkap maksud tersembunyi dari suaminya.
"Ya di sini saja, berdua. Memangnya ada larangan?" tanya Ibnu dengan sebuah alis terangkat.
"Emang siapa yang akan melarang kita berduaan. Eh, tapi tumben juga ya anak-anak belum pada ribut gedor-gedor pintu. Biasanya ada aja ulah mereka kalau hari minggu pagi." Kata Qiyya sambil berpikir kemudian menggeleng perlahan.
Ibnu akhirnya menawarkan kepada Qiyya untuk jalan jalan pagi bersama. Jam dinding juga masih menunjukkan pukul 05.30 udara pagi masih segar untuk paru-paru mereka.
"Sudah siap?"
Qiyya hanya mengangguk setelah mengikatkan tali sepatunya.
Ketika mereka keluar dari kamar seketika Qiyya melihat beberapa pemandangan yang menurutnya sangat luar biasa.
Si kembar akur banget sedang membersihkan lantai rumah. Sementara adik kecilnya membereskan beberapa buku, majalah dan kertas yang berserakan di atas meja ruang keluarga.
Hanif dan Hafizh begitu gantengnya dengan apron celemek yang dipasangkan di badan mereka dan tak lupa mengenakan topi koki di kepalanya. Tak kalah dengan gantengnya chef Juna yang seringkali muncul di layar televisi mereka.
"Wow, Bunda surprises banget loh ini. Hari minggu yang biasanya bebas tugas semuanya kompak bantuin bunda dan bi Marni. Kalian nggak pengen ikut bunda dan daddy jalan pagi?" tanya Qiyya kepada kelima anaknya.
"Jelas dong Bun. Kita kan anak-anak yang smart." Jawab si kecil Hawwaiz.
"Jadi ___ nggak ada yang mau ikut daddy sama bunda ni?" tanya Qiyya sekali lagi kepada mereka.
"No thanks." Jawab semuanya kompak.
Ibnu hanya tersenyum melihat polah tingkah anak-anaknya. Semalam memang mereka telah izin kepada daddy untuk melarang sang bunda melakukan pekerjaan rumah hari ini.
"Please Dad, besok Daddy bantu kami ya, ya, ya?" pinta Hafizh.
"Iya Dad, biarkanlah bunda istirahat sehari saja tidak melakukan pekerjaannya. Kami yang akan mengambil alih." Lanjut Hanif.
"Kalian yakin?" tanya Ibnu.
"Yakin. Sehari saja biarlah kita yang melayani bunda setelah sekian tahun bunda merawat kami dengan limpahan kasih sayang tanpa minta balasan apapun." Jawab Hanif.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHITBAH KEDUA [Telah Terbit]
RomanceYa Illahi Rabb, izinkan seorang ikhwan berdiri disampingku, memimpinku kala keningku menyentuh bumi mengagungkan namaMu, menjadi jalan tolku menuju jannahMu, dan menyempurnakan separuh agamaku kembali ~~ Adz Qiyyara Zaffran. Ya Illahi Rabb, izinkan...