This is part of their story
-- happy reading --Sore ini seluruh anak-anak Qiyya disibukkan dengan membersihkan rumah setelah selesai diadakannya arisan RT. Tidak pada jaman nabi tidak jaman sekarang, jika sudah ada ibu-ibu berkumpul pasti ujung ujungnya tidak akan jauh berbeda. Ada sekitar 30 ibu-ibu berkumpul di rumah Qiyya.
Benar benar membuat Ibnu dan kedua anak lelaki mereka yang tumbuh remaja tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Walah Jeng, saya jadi kerasan loh di sini, adem, nyaman lagi ___" Hafizh terkekeh geli menirukan salah seorang dari ibu-ibu yang datang ke rumah mereka.
"Hush, nggak boleh seperti itu. Mereka juga tetangga kita. Kita harus bersikap baik dengan mereka." Kata Qiyya memperingatkan.
"Siap Bunda. Tapi abang bener-bener pengen ketawa Bunda." Kata Hafizh cemberut dan langsung disambut gelak tawa oleh Hanif.
"Ya tertawa saja sekarang, itu Mas Hanif sudah tertawa." Kata Qiyya tersenyum juga melihat kedua anak remajanya.
"Mas Hanif, Abang ayo cepetan itu lama banget bersih-bersihnya. Kakak Al nggak kuat angkat ini."
"Iya, ayo cepetan. Sebentar lagi mau maghrib nanti tidak dapat onta lagi kalau terlambat seperti kemarin." Hawwaiz menambahkan.
Bi Marni tersenyum melihat kekompakan anak-anak bosnya. Dari awal memang seringkali dia dilarang oleh Qiyya untuk membantu mereka. Ingin mengajarkan tanggung jawab pada kelima anaknya, seperti itu kata Qiyya kepada bi Marni ketika ia ingin membantu mereka.
"Rapikan setelah mereka selesai membersihkan ya Bi, jangan dibantu dulu. Biar mereka belajar bertanggung jawab." Pesan Qiyya kepada bi Marni sebelum meninggalkan kelima anaknya yang sedang membersihkan ruang tamu dan ruang keluarga.
"Have been finished?" tanya Ibnu ketika Qiyya sudah berada di kamar berdua bersama Ibnu.
"Not yet. Biarkan saja dulu mereka juga harus belajar bertanggung jawab."
"So?"
"Babe____"
"Hmmmmm, what's up dear?" tanya Ibnu yang masih fokus dengan layar datar yang ada di tangannya.
"Nonton yuk. Sudah lama kita nggak pacaran." Ajak Qiyya mendekat Ibnu dan mengalungkan kedua lengannya ke leher sang suami.
"Just two of us?" tanya Ibnu yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Qiyya. "Happy wife happy life," kata Ibnu dengan mencomot salah satu ungkapan dari seseorang yang beritanya sedang hits di Indonesia ini benar-benar membuat pipi Qiyya merona sempurna.
"Hmmmmm."
"Mengapa merah seperti ini?" tanya Ibnu sambil menunjuk jarinya ke pipi Qiyya sementara kedua lengan Qiyya masih setia di leher suaminya.
"Malu ____ ckk." Sungut Qiyya.
"Sudah lama nikah, masih juga malu. Cup." Terakhir bibir mereka bersatu singkat. "Mau nonton apa?" tanya Ibnu kemudian.
"Dilan, may be." Kata Qiyya dengan senyum merekahnya.
"Dilan? Are you sure? Itu film anak muda loh Sayang." Kata Ibnu meyakinkan Qiyya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KHITBAH KEDUA [Telah Terbit]
RomanceYa Illahi Rabb, izinkan seorang ikhwan berdiri disampingku, memimpinku kala keningku menyentuh bumi mengagungkan namaMu, menjadi jalan tolku menuju jannahMu, dan menyempurnakan separuh agamaku kembali ~~ Adz Qiyyara Zaffran. Ya Illahi Rabb, izinkan...