🍄|| Serial Erlando & Aira #12

23.6K 1.1K 112
                                    

This is part of their story
-- happy reading --

#Khumaira Zaffran

Suami gantengku ini memang benar-benar luar biasa. Sebagai seorang obgyn dia tahu secara mendetail bagaimana caranya memperlakukan wanita yang sedang hamil terlebih karena wanita itu adalah istri tercintanya dan janin yang ada di dalam kandungan adalan calon buah cintanya. Aku bahkan sampai melarangnya untuk tidak memaksakan diri datang ke Malang jika kondisi tidak memungkinkan untuk menjengukku. Aku hanya sedang hamil, bukan wanita yang sedang sakut dan harus ditunggu setiap waktu.

Meski di awal kehamilan aku sering sekali terserang morning sickness namun setelah bulan bertambah, mual dan muntah di pagi hari itu sepertinya sudah banyak berkurang. Tahu akan hal itu, aku hanya bisa berkata pada lelaki terhebatku agar dia tidak terlalu sering datang mengingat tugas dan tanggungjawabnya. Jika jam 21.00 baru berangkat ke Malang dan setelah subuh harus pulang kembali ke Blitar akan membuatnya semakin lelah di jalan. Namun apa katanya, 'dulu aku berjanji di awal kehamilanmu bahwa aku akan selalu siap menjadi seorang teman bahkan dalam keadaan tersulit sekali pun.'

Bagaimana aku tidak semakin mencintainya?

Aku hamil juga karenanya, tentu saja dia adalah promotor utama yang membuatku seperti sekarang ini. Hanya saja melihatnya harus bekerja keras kemudian menemaniku naluri wanitaku merasakan tidak ingin diperlakukan secara berlebihan meski aku menyukainya. Tidak munafik, karena wanita mana yang ingin ditelantarkan oleh pasangannya. Tidak akan pernah ada.

"Mas, itu Elram juga butuh perhatian kita loh, bagaimana kalau dia sementara tinggal bersama aku di sini."

"Terus kalau kamu sedang kuliah, dia di rumah dengan baby sitternya doang?"

"Di rumah juga kan, ya walaupun ada ibu atau mbak Qiyya. Tapi apa iya kita terus-terusan merepotkan mereka. Belum lagi nanti kalau si kecil lahir." Repot memang jika harus sekolah kemudian memiliki bayi. Ditambah ada balita yang juga sedang butuh-butuhnya perhatian.

"Nanti aku bicarakan dengan mereka, atau kalau perlu ibu Jogja sementara pindah ke Malang saja."

"Mana ada begitu, ayah seperti apa di rumah? Kasihan loh sendirian."

"Ada adik juga di rumah. Sudah nanti kita musyawarahkan bersama. Yang penting sekarang kesehatanmu, perkembangan calon baby kita dan sekarang waktunya untuk istirahat." Jelas sudah waktu  juga sudah sangat larut dan suamiku yang baru saja datang lelah dan letih juga harus beristirahat.

Nyatanya dalam kehidupan yang kita jalani itu selalu ada jalan keluar yang tidak pernah kita pikirkan atau kita sangka sebelumnya. Dulu aku sempat ketakutan ketika tahu bahwa aku sedang mengandung. Bagaimana nanti Elram, bagaimana kuliahku, bagaimana aku bisa membagi waktu. Nyatanya setelah kini usia kandunganku berjalan 7 bulan aku masih enjoy menjalani semuanya meski waktuku bercanda dengan Elram banyak berkurang karena memang kami terpisah jarak untuk 4 hari dalam seminggu. Meski demikian ternyata anakku tidak merasakan kurangnya belaian kasih dari orang-orang yang menyayanginya. Terlebih orang tua dan kakak perempuanku. Aku patut acungi jempol untuk mereka. Masih demi cita-citaku mereka dengan senang hati dan tangan terbuka membantu mas Erland untuk mengasuh Elram dengan penuh cinta.

Elramdan, suatu saat nanti ketika kamu sudah mengerti apa itu artinya cinta. Kamu pasti tidak akan pernah melupakan bahwa kami memperkenalkannya dengan begitu indah kepadamu.

"Kok masih terjaga?" tanya suamiku saat dia masih mengetahui aku belum bisa tidur dengan nyaman.

Perut besar dan hasrat ingin ke belakang memang seringkali di alami oleh ibu hamil di trimester akhir. Dulu waktu mengandung Elram bahkan aku lebih sering ke belakang dibandingkan dengan sekarang.

KHITBAH KEDUA [Telah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang