I like you for that reason

10.6K 1.6K 208
                                    






























"Jimmy Hyung, aku menyukaimu."

Yang mana, tak ayal menjadikan Park Jimin nyaris menyembur tawa pada pemuda manis di hadapannya. Ini adalah pertemuan mereka yang ketiga, benar-benar pertemuan ketiga yang sengaja dilakukan oleh keduanya. Jungkook dengan modusnya yang selalu bertanya dan seolah tertarik akan segala hal tentang kopi, beralasan bahwa jadwal ngampusnya kosong hanya karena ingin menghabiskan waktu bersama Jimin. Menyiapkan mental jauh-jauh hari, apabila suatu saat nanti tindakan bodohnya diketahui oleh Kim Taehyung; kakak lelakinya yang selalu sok mementingkan integritas. Meskipun tak dapat dipungkiri, hal tersebutlah yang menjadikan pemuda itu luar biasa berkarisma di mata Jungkook.

"Aku juga menyukaimu, kiddy," panggilan yang seharusnya membuat Jungkook mual dan kesal, namun segalanya terasa ajaib tatkala Jimin-lah yang mengucapkan kata tersebut. Seolah dengan kata itu Jimin mempresentasikan bahwa dirinya adalah sosok yang lucu dan menggemaskan, berbeda jikala Taehyung yang memanggilnya bocah, entah mengapa terasa menjengkelkan dan terdengar meremehkan usianya yang beranjak dewasa. Akan tetapi, dengan sialnya, Jungkook selalu merasa hangat.

"Benarkah?" Bola mata Jungkook berbinar senang, dan Jimin semakin merasa sakit ketika melihatnya.

"Tentu," sahut Jimin, ia lantas membalas senyuman yang mengembang di bibir Jungkook, "Kurasa, kau adalah salah satu pria lovable yang pernah kutemui?" Jimin berujar hangat, namun sayangnya ia tak dapat menyembunyikan keresahan hatinya pada detik-detik selanjutnya, senyumannya perlahan menyendu, "Jay, kau ... benar-benar mengingatkanku pada seseorang, maaf."

Jungkook tentu mengernyit mendengarnya, jantungnya serasa berdetak lemah ketika berpikir bahwa kenyataannya selama ini—selama tiga kali pertemuan mereka—Jimin selalu membayangkannya sebagai sosok lain, "Bolehkah ... a-aku tahu siapa?" Tanyanya hati-hati, tak ingin apabila pertanyaannya menjadikan Jimin merasa risih dan menganggapnya sebagai pria yang terlalu sensitif. Karena, selama ini Jungkook menilai bahwa dirinya adalah sosok yang selalu acuh tak acuh. Bahkan, bisa dibilang abai terhadap segala hal yang menyangkut orang lain.

Menghela napas panjang, Jimin menggeleng sembari menenggelamkan mata sipitnya; tersenyum dan berupaya mengembalikan suasana pada sedia kala, "Seseorang yang sangat berharga untukku," jawabnya, "Hey, kenapa jadi sedih begitu?" Ia tampak terkejut tatkala mendapati mata Jungkook yang berkaca-kaca, benar-benar menjadikan dirinya panik. Lantas, Jimin hanya dapat mengusap tengkuknya sendiri dengan pandangan tak enak, "Apakah aku menyakitimu? Uh, maaf, maaf."

"Jimmy Hyung, apakah aku terlalu mencolok?" Jungkook membuat Jimin yang mengernyit menatapnya kali ini, "Maksudku, uh, apakah aku terlalu kelihatan menyukaimu?"

"Tidak juga," Jimin menyahut dengan nada terbilang santai, amat kontras dengan pemuda di hadapannya—yang tak diketahuinya tengah cukup gugup memainkan jemari di bawah meja. Jimin lantas menyesap chocolate float miliknya beberapa detik sebelum melanjutkan, "Kau menarik, hanya itu yang kulihat."

Dan tak dapat disembunyikan, rona merah yang samar muncul pada permukaan pipi Jungkook, "O-oh, begitu? Alright, terima kasih."

"Aku selalu menyukai semua orang yang berani menjadi dirinya sendiri," Jungkook pun menatap Jimin penuh ketidakpahaman, memandangi Jimin yang kini telah menyandarkan punggung pada kursi cafe dengan mata terpejam, "Aku selalu mengagumi siapapun yang bisa jujur pada dirinya sendiri, menerima dirinya sendiri, dan tak munafik untuk mengungkapkan segala hal yang ada dalam pikirannya terhadap orang lain." Jimin pun lantas membuka kelopak matanya kembali, menatap Jungkook afektif, "Aku adalah seorang pengecut, kau harus tahu itu."

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang