75 comments for next chapter?
"Jadi, cuma itu?" Pada akhirnya Jimin bersuara setelah beberapa belas menit lamanya hanya menjadi pendengar yang baik untuk pemuda di hadapannya.
Jungkook menghela napas malas, "Hyung, dia itu keterlaluan. Tak biasanya V hyung mengabaikanku seperti itu, menyebalkan sekali. Belum menikah saja sudah begini, apalagi nanti?" Dengusnya bersungut-sungut.
Jimin pun menatapnya sembari tampak memikirkan sesuatu, menggeleng kemudian—seperti berupaya menyingkirkan hal aneh yang terlintas di dalam pikirannya. "Jay, ayolah ... kau sudah dewasa, seharusnya kau tak bersikap seperti ini. Hyungmu membutuhkan seseorang di sampingnya, orang yang dicintainya. Ini bukan tentang rasa persaudaraan, tapi ini tentang naluri laki-laki. Hyungmu membutuhkan seorang gadis untuk membahagiakannya." Jimin bahkan tak tahu bahwa ucapannya sedikit menyinggung perasaan Jungkook. "Siap tak siap, suatu hari nanti kau harus merelakannya pergi. Hyungmu pasti akan meniti kehidupannya sendiri suatu hari nanti, bersama keluarga barunya."
"A-aku tahu," sahut Jungkook lemah, merasa malu pada dirinya sendiri, "Mungkin, aku hanya terlalu lama bergantung padanya. Aku terlalu manja selama ini, dan ini benar-benar membuatku seperti anak kecil. Maafkan aku, Hyung."
"Hey, kenapa harus minta maaf?"
"A-aku tak mau jika kau sampai tak suka lagi padaku gara-gara ini?" Jawab Jungkook dengan wajah polosnya.
Lantas, Jimin tertawa mendengarnya. "Kenapa kau bisa berasumsi seperti itu, huh? Tenang saja, aku tetap menyukaimu. Kau 'kan, memang seperti anak kecil," ujarnya santai, Jimin sedikit terkekeh, "Justru sebab itulah aku sangat menyukaimu, Kiddy."
Jungkook tersenyum, samar ada rona merah pada permukaan pipinya. "Hyung, soal malam itu ... sekali lagi, aku benar-benar minta maaf.
Park Jimin bahkan nyaris bosan mendengarnya. Telah ratusan kali Jungkook mengucapkan kata tersebut kepadanya, padahal Jimin sama sekali tak berniat marah ataupun kesal pada Jungkook. Sama sekali tak ada yang perlu disesalkan. Justru Jimin-lah yang ingin meminta maaf, merasa tak enak apabila pada malam itu dirinya malah menangis dan berceloteh hal-hal yang mungkin saja tak ingin didengar oleh Jungkook.
"Tentang adikku, maaf. Anggap saja kau tak pernah mendengarnya, Jay." Jimin tampak sedih, dan Jungkook merasa tak tega. "Andai saja aku dapat bertemu dengannya, mungkin dia sudah sebesar dirimu."
Suara batuk dari mulut Jungkook menjadi sahutan pertama. "J-Jimmy Hyung, bisakah kau tak membahas adikmu? Maaf, tapi aku benar-benar tak mau melihatmu sedih. Sungguh, Hyung."
Park Jimin tampak kecewa, namun ia berakhir hanya tersenyum serta mengangkat cangkir berisi cokelat panas miliknya. Berterima kasih pada pemuda di hadapannya sebelum menyesap kekentalan dari minuman manis favoritnya. Tanpa Jungkook sadari, Jimin tersenyum miris di balik cangkirnya.
***
Jungkook merasa jengkel. Niatnya ingin meringankan perasaan kesalnya pada Taehyung, namun Jimin yang mengungkit kembali tentang adiknya membuat Jungkook merasa tak nyaman. Pada akhirnya, Jungkook memutuskan untuk pulang kembali ke rumahnya. Hari sudah petang, Jungkook berpikir bahwa kakak lelakinya pasti telah pulang dari acara kencannya. Karena Jungkook tahu, Kim Taehyung bukanlah tipe manusia yang betah lama-lama menghabiskan waktu di luar rumah selain urusan pekerjaan. Akan tetapi, dirinya berakhir menggerutu karena sama sekali tak menemukan entitas yang dicarinya. Jungkook sendiri tak tahu, mengapa sepeduli ini pada lelaki itu. Sikap peduli yang tak pernah dilakukannya selama ini; mencemaskan Kim Taehyung yang tengah berkencan bersama seorang gadis. Bocah konyol. Lantas, Jungkook pun tak membutuhkan waktu lama untuk mengangkat panggilan dari orang yang tak sengaja tengah dinantikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY [complete]
Fanfiction[COMPLETE] Jungkook yang merindukan kakak lelakinya, dan Taehyung yang terlalu mencintai adiknya. Kim Taehyung x Jeon Jungkook (BxB) PS. Mohon bijak dalam membaca, this content is only intended for 18+ thanks.