The beginning of the end

10.1K 940 90
                                    








































Pada akhirnya, mereka berdua sepakat. Ini rahasia, sekalipun itu adalah Park Jimin. Taehyung merasa bersalah, namun di sisi lain sangat menikmati kisah yang dibangunnya bersama Jungkook. Pada kenyataannya, mereka saling mencintai dan saling membutuhkan. Beberapa hari ini Jungkook benar-benar berusaha keras. Membantu dan melayani kakak lelakinya tak seperti dari biasanya. Bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, mengikuti kuis di kampusnya dengan baik, melepas kebiasaan buruknya pada para wanita, dan bahkan Jungkook benar-benar meliburkan asisten rumah tangga di rumahnya hanya untuk bisa membuatkan makan malam Taehyung tanpa merasa malu. Jungkook luar biasa, dan Taehyung semakin tersanjung dapat dicintai oleh pemuda sepertinya.

Dan keduanya dibuat geming. Kim Taejung pulang dengan membawa seorang wanita cantik berkebangsaan Cina. Zhang Yuqi, wanita matang berusia tiga puluh delapan yang berkarir sebagai model. Kim Taejung tak sengaja bertemu dengannya di bandara, ketika dirinya baru saja tiba di Hongkong. Mereka sama-sama tertarik, dan berakhir saling bertukar nomor telepon untuk pertemuan selanjutnya. Kim Taejung bahkan mengakui, bahwa wanita tersebutlah yang berada di sisinya tatkala dirinya merasa sedih karena mendengar kabar buruk tentang Jungkook. Maka, kedua putranya tahu apa yang diinginkan oleh Kim Taejung.

Satu bulan setelah pernikahan sang ayah, kabar tak baik kembali terdengar dari Hongkong. Perusahaan kembali mengalami kerugian, dan kondisi Kim Taejung tampaknya sedang tak memungkinkan untuk ke luar negeri. Sudah terhitung dua pekan penyakit jantung yang dianggapnya telah sembuh, kini telah kambuh kembali. Menyebabkan pria paruh baya tersebut harus menjalani rawat jalan dan banyak-banyak beristirahat.

Maka, Kim Taejung memanggil kedua putranya pada malam ini.

"Taehyungie, kau adalah putra sulungku yang sangat kubanggakan. Selama ini kau telah mengelola perusahaan kita dengan baik, terima kasih." Tuan Kim bersandar pada sofa dimana sang istri dengan setia menemani di sebelahnya.

"Mengapa kau harus berterima kasih padaku, Papa? Sudah sepatutnya aku menjaganya. Tak perlu cemas, aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku untuk menjaga semuanya agar baik-baik saja." Taehyung berkata dengan lugas dan meyakinkan, Jungkook dibuat terpesona melihatnya. "Dan terima kasih, karena kau telah mempercayakan semuanya kepadaku."

"Jadi, apakah itu artinya kau mau memegang perusahaan kita yang lain?" Kim Taejung terlalu to the point, sehingga Taehyung hanya mengernyit tak paham atas pertanyaan yang dilontarkannya. "Uruslah perusahaan kita yang berada di Hongkong." Timpalnya, "Perusahaan kita sedang membutuhkan seseorang sepertimu, Taehyungie. Tinggallah disana untuk beberapa tahun ke depan, majukan perusahaan itu seperti kau memajukan perusahaan kita di kota ini."

Jungkook melotot tak percaya. Benarkah? Apakah itu artinya Kim Taehyung akan meninggalkan dirinya dalam waktu yang lama? Jungkook lantas melirik lelaki itu, bola matanya memancarkan kegelisahan. Jungkook memang tak sepintar Taehyung dalam menyembunyikan perasaan. Membayangkannya saja Jungkook tak sanggup. Terdengar melankolis, namun itulah fakta yang dirasakannya.

"Papa, lalu ... kau?" Ucap Taehyung bingung, murni khawatir pada pria paruh baya di hadapannya. "Aku tak bisa meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini, Pa."

"Kau bisa pulang kapan saja, Taehyungie. Aku bukan mengusir dan membuangmu ke negeri itu, astaga. Kau boleh pulang, tentu saja. Bukankah semua perusahaan memiliki hari libur?"

Dan Taehyung menoleh pada adik lelakinya, membaca iris mata Jungkook yang seolah berkata jangan pergi. Kim Taehyung dilema, karena dirinya tak sanggup untuk menolak permintaan dari seseorang yang telah memberikannya kehidupan. Taehyung sangat menyeganinya. Pun, Taehyung tak sudi untuk meninggalkan orang yang dicintainya. Bisa-bisa Taehyung sekarat karena rindu.

"Baiklah," akhirnya Taehyung mengiyakan, telak menjadikan hati Jungkook semakin dilanda kegelisahan. Taehyung lantas membasahi bibirnya yang terasa kering sebelum melanjutkan dengan hati-hati, "Tapi, bisakah Jay ikut bersamaku?" Lalu, keduanya saling mencuri pandang. Jungkook tampak tertegun tak percaya. Dimana, Taehyung buru-buru menimpali untuk meyakinkan sang ayah, "Jay bisa kuliah disana dan membantuku. Ia bisa belajar bersamaku dan menemaniku agar tak merasa kesepian. Bolehkah seperti itu?" Kim Taejung telah memiliki seseorang yang mampu mengurusnya saat ini, oleh sebab itulah Kim Taehyung ingin egois kali ini. "Papa, Jay juga harus belajar mandiri. Ia tak boleh lama-lama dimanjakan olehmu," Taehyung berbohong. Karena faktanya, dirinya sendirilah yang selalu memanjakan adiknya tersebut. Ia lantas segera melanjutkan, beruntung sang ayah dengan sabar mendengarkan. "Aku janji, aku akan membuatnya belajar mandiri dan tak bergantung padamu, Pa. Aku akan membuatnya bekerja dan membuatnya merasakan betapa sulitnya mencari uang."

Jungkook bahkan terperangah, semenjak kapan Taehyung bisa secerewet ini? Pemuda itu terlihat ngotot, dan Jungkook benar-benar khawatir atas respon apa yang akan diberikan oleh sang ayah terhadap Kim Taehyung yang tak seperti biasanya.

"Jay," Jungkook menoleh ketika Kim Taejung memanggil namanya, wajahnya serius dan tampak penasaran. "Aku akan mendengarkan pendapatmu." Ucap sang ayah dengan suara beratnya.

"A-aku...." Entah mengapa Jungkook berujar takut-takut, dengan bodoh mulutnya menjawab dengan polos, "Dimana pun itu, selama aku bersama V hyung, kurasa aku akan bahagia dan baik-baik saja."

Keduanya sempat cemas bukan main. Bagaimana tidak? Jungkook benar-benar tak pandai dalam memilih kata. Terdengar ambigu dan romantis. Taehyung pasti akan memeluk dan menciumi wajahnya bila saja kalimat itu dilontarkan langsung oleh Jungkook kepadanya. Atmosfer di dalam ruangan Kim Taejung mendadak tegang.

Pria tua di hadapan mereka tampak berpikir keras. Memejamkan kedua matanya sembari menggelengkan kepala pelan, dan sang istri hanya mengelusi lengannya sebagai gestur menenangkan. Semua keputusan benar-benar ada di tangan Kim Taejung. Jungkook dan Taehyung mati-matian harus menahan ganjalan dalam hati mereka, karena meyakini bahwa sang ayah tak akan mengijinkan.

Sampai pada akhirnya, Kim Taejung membuka matanya kembali dan menatap kedua putra kesayangan di hadapannya.

"Kira-kira, kapan kalian akan berangkat?"

Dan setelahnya, hanya gemuruh kebahagiaan yang memenuhi relung hati kedua pemuda itu.






*** F I N ***

Thanks for support & vomment!💖
With love, Julisfie.

— 17-09-20 —
Repub on 27.08.21

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang