Because love is how you accept

5.8K 879 86
                                    

























Mau aku up lagi ngga?
(Aku up book ini tiga kali sehari kayak makan nasi? ㅋㅋㅋ )
Coba, sebutin momen taekook yang paling gapernah kalian lupakan?!😆




























Lalu, kelopak mata Taehyung terbuka. Kedua sudut bibirnya tertarik otomatis membentuk sebuah senyuman tatkala mendapati wajah Jungkook-lah yang ia temukan pertama kali. Begitu indah, dan semenjak kapan hal ini terlihat nyata olehnya? Wajahnya terlihat damai dan menenangkan. Tangan Taehyung perlahan bergerak, berakhir mengetuk-ngetukkan telunjuknya pada sebelah pipi Jungkook.

"Bayi, bangunlah." Dan hidung Jungkook mengerut; bergerak gestur merasa terganggu, sebelum perlahan menunjukkan pupilnya yang sebening kristal. Begitu alami dan menyejukkan. "Suruh siapa kau tidur disini, huh?!"

Jungkook masih separuh sadar, tampak mengantuk, "Hm? Uh, Hyung. Kau mau bolos tidak? Temani aku check up?"

Taehyung menghela napas malas, "Hari ini, 'kan, Jimmy yang akan—" tanpa sadar Taehyung mengucapkan nama itu, rasanya aneh tak seperti biasanya. Padahal Jimin tak bersalah baginya. "Dia yang akan mengantarmu, kedainya baru akan buka siang nanti."

"Benar-benar tak mau?" Jungkook agak cemberut setelahnya. Menggemaskan sekali, hingga refleks Taehyung mencubit pipinya yang mana menimbulkan pekikan dari si empunya. "Hyung!"

"Maaf, Jay. Hari ini ada meeting penting, aku tak bisa meninggalkannya. Dan satu lagi," Taehyung menatap pemuda di hadapannya penuh arti, "Ada seseorang yang harus kutemui."

***

"V, kau mau mengajakku kemana?" Gadis itu berjalan dengan tangan yang dituntun oleh Taehyung. Pemuda tersebut menjemput dirinya selepas menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Dan Nayeon pikir, Taehyung akan mengajaknya berkencan. Sampai akhirnya, langkahnya terhenti ketika Taehyung mengajaknya masuk ke dalam sebuah kedai yang teramat diketahuinya. "V, kau mengajakku kesini?" Raut wajahnya gusar, dan Taehyung dapat melihatnya.

"Menemui kawanku, tentu saja." Nada bicara Taehyung terdengar santai, ekspresinya terlihat riang. Ia lantas mempererat genggaman tangan mereka, tersenyum seraya berucap tenang, "Kau pasti akan menyukai kopi buatannya, Nayeon-ah."

***

"Serasi." Taehyung memecah atmosfer yang terasa dingin di antara mereka. Sudah nyaris sepuluh menit, namun tak ada yang berani berbicara selain dirinya.

"Maksudmu?" Tanya Jimin heran.

"Kalian," Taehyung menyesap minumannya sejenak sebelum melanjutkan dengan enteng, mengabaikan kedua insan yang tertegun di hadapannya. "Kalian berdua memang serasi."

Jimin pun berujar setenang mungkin, "V, sebenarnya kau sedang bicara apa, kawan?"

"Apakah kalian tak mau bercerita duluan padaku? Tentang bagaimana pertama kalian bertemu, bagaimana kalian berpacaran, bertengkar, atau—"

"V!" Suara Jimin menginterupsinya, rahang Jimin mengeras. "Jangan menghakimi kami berdua dengan pikiran picikmu, kau telah salah paham." Akhirnya Jimin mengalah, menganggap benar adanya bahwa Kim Taehyung telah mengetahui semuanya.

Dan Nayeon hanya membisu dengan debar jantung yang tak karuan. Menyaksikan perdebatan kedua lelaki di hadapannya yang mulai memanas.

"Jim, kau kawanku," Taehyung berdiri kali ini, tak mampu menyembunyikan keretakan hatinya, "Tapi, kau malah tega menyembunyikan semuanya dariku."

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang