Kim Taehyung setia menunggu jawaban darinya. Memperhatikan air muka Jungkook yang perlahan memerah, pemuda itu jelas gugup dan kebingungan. Dan Taehyung tentu tahu akan hal tersebut. Sepintar apapun Jungkook mengelak, Taehyung telah mengetahui kebenarannya.
"A—aku, pertanyaan macam apa itu?" Jungkook tertawa kemudian, terasa hambar di indera pendengaraan Taehyung, "Semua orang juga menyukainya, Hyung. Termasuk kau. Benar, bukan?" Dan Jungkook tak tahu mengapa dirinya merasakan bahwa Taehyung cukup tersentak akan perkataan yang dianggapnya sebagai gurauan tersebut. "Aku menyukainya, tentu saja. Jimmy hyung itu seperti kau, dia adalah orang yang istimewa dan menyenangkan. Ya, aku sangat menyukainya."
"Jay, m-maksudku—"
"Badanku pegal sekali," sela Jungkook sembari meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa tak enak, "Mau pulang, Hyung?"
Maka, Taehyung mengangguk. Secara otomatis, dirinya paham. Jungkook tak ingin ia mengetahuinya. Kim Taehyung hanya harus diam dan berpura-pura tak mendengarkan apapun pada malam lalu, apa pun asalkan Jungkook tak merasa terganggu olehnya. Karena, bilamana sudah saatnya, Taehyung yakin apabila adik lelakinya itu dengan senang hati akan menceritakan segala hal padanya. "Sebuah pelukan untuk hari ini?" Taehyung tersenyum hangat sekali.
Dan Jungkook pun langsung beranjak dari tempat duduknya, berjalan menghampiri Taehyung yang masih terduduk di kursinya. Mendekap pemuda itu penuh afeksi dari belakang sembari berkata 'aku menyayangimu'. Menumpukan dagunya pada bahu Taehyung, yang mana pemuda itu hanya membalasnya dengan senyuman secerah mentari di pagi ini,
mengusap tangannya yang mendekap penuh ketenangan, tanpa mempedulikan bahwa kedai Jimin mulai ramai pelanggan. Persetan, mereka hanya ingin menunjukkan pada dunia yang menyaksikan, bahwa keduanya adalah pasangan adik-kakak terbahagia sejagat raya. Termasuk, Park Jimin yang tak sengaja memperhatikan tak jauh dari sana. Tampak teduh, namun iri.'V, kau sangat beruntung memilikinya.'
***
"Sekarang, katakan. Bagaimana aku harus mengakuinya? V hyung bisa marah padaku, jika sampai mengetahuinya. Ah, tidak, tidak. Hyung itu baik dan sayang sekali padaku. Mungkin, dia akan sangat kecewa padaku. Haha. Ya, dia pasti akan sangat sangat kecewa padaku." Kemudian setelahnya, Jungkook hanya tersengguk di antara lututnya sendiri. Mengoceh tak jelas dan terus menyalahkan perasaannya. Jungkook pikir, dirinya mungkin adalah playboy terpayah di dunia. Seharusnya Jungkook malu pada dirinya sendiri. Ia telah kalah kali ini.
Dan dering ponsel nyaring berbunyi.
"Jimmy, Jimmy hyung?" Kebahagiaan telak langsung tercipta di hadapan Jungkook. Dirinya lantas menjawab panggilan dari lelaki yang dinantinya tersebut. "Hyung? Ada apa?"
"Jay, mau makan siang denganku?"
"H-huh?" Jungkook nyaris tak percaya dibuatnya, mulutnya seolah mendadak kaku untuk berucap, "Hari ini? Hari ini, Hyung?"
"Ayolah, kau bercanda? Sekarang, Kiddy. Lima belas menit, dan jangan membuatku menunggu."
"Hy—"
Tut tut tut....
Maka kemudian, Jungkook segera menyambar jaket biru tuanya.
***
Jungkook tak tahu, mengapa Jimin terus memandangi wajahnya seintens itu. Apakah Jimin sengaja ingin membuat wajahnya selayak udang rebus?
"Hyung, apakah ada kotoran di wajahku?" Pada akhirnya, Jungkook bersuara. Akan tetapi, lelaki bersurai perak itu malah tertawa mendengar pertanyaannya. Kedua matanya tenggelam lagi, dan Jungkook teramat suka tatkala menyaksikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY [complete]
Fanfiction[COMPLETE] Jungkook yang merindukan kakak lelakinya, dan Taehyung yang terlalu mencintai adiknya. Kim Taehyung x Jeon Jungkook (BxB) PS. Mohon bijak dalam membaca, this content is only intended for 18+ thanks.