Teach me how to kiss

11.6K 1.6K 217
                                    































Gays, sebuah hubungan itu ga sekedar soal memasuki dan dimasuki. So, aku gamau kalian itu musingin top!tae ato top!jimin. Ini book vkook, aku udah tekanin beberapa kali. Dan segala konflik yang terjadi dalam cerita, itutu udah ada porsinya masing-masing dan semata-mata hanya buat kepentingan alur dan keseruan ceritaku. Sorry & thanks.

I love vminkook, but not for sex in my stories. Except vkook, ofc.

✄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄┄
































Untuk beberapa saat, Jungkook merasa dunia tak adil. Bagaimana tidak, apabila nyatanya Jimin tak sesibuk apa yang diketahuinya selama ini, ketika itu menyangkut Kim Taehyung. Sudah beberapa hari ini—semenjak pertemuan kedua lelaki itu di rumahnya, Taehyung seakan mempunyai dunianya sendiri bersama Jimin. Jungkook memang selalu menemani, tetapi ada kalanya saat Taehyung melupakan dirinya dan berakhir menghabiskan waktu berdua saja dengan Jimin. Dan itu dengan jelas membuat Jungkook kesal, menyaksikan betapa Jimin menyukai kakak lelakinya tersebut.

Hingga Jungkook memberanikan diri untuk mendatangi Jimin pagi hari sekali di kedainya.

"Jimmy Hyung, bolehkah aku bertanya sesuatu?" Jungkook duduk di atas bangku dalam area tempat dimana Jimin selalu membuatkan kopi untuk para pelanggannya. Memperhatikan Jimin yang tampak masih sibuk membereskan bahan-bahan, dan tersenyum tatkala lelaki itu menarik sebuah bangku lain untuk mendudukkan diri di hadapannya.

"Tentu saja, katakanlah." Jimin membalasnya sehangat mentari pagi, melelehkan sebagian hati Jungkook yang masih merasa kesal pada hari ini. Rasanya Jungkook menjadi malu.

"Ugh," Jungkook membenarkan posisi duduknya yang tak salah, menatap hazel di hadapannya hati-hati, "A-apa, apa kau menyukai V hyung?"

Jimin mengernyit sesaat sebelum mengangguk afirmatif, menjadikan adanya debar anomali di dalam dada Jungkook, "Tentu, aku selalu menyukai setiap orang yang menyenangkan. Jay, apa kau lupa? Aku pernah menjelaskan hal ini sebelumnya, kepadamu. Kakakmu, um, hyungmu ... dia pemuda yang jujur, dan kurasa semua orang menyukai pria semacam itu?"

"Tidak, tidak, maksudku ... apa kau menyukainya, m-menyukainya lebih dari itu?" Bibir Jungkook terasa berat kali ini untuk melanjutkan, "Semacam, semacam suka sekali, suka sekali sampai kau ingin selalu bersama dengannya. Ya, uh, kurang-lebih begitu."

Disini, Jimin tertawa sembari menggusak surai coklat di puncak kepala Jungkook, "Hey, kau ini sedang bicara apa, sih?" Dan tersenyum seperti biasa, telak menjadikan Jungkook geming, "Aku dan hyungmu, kami ini memang cocok. Dia adalah sosok teman yang sempurna untukku, Jay. Kami seumuran, dan kami memiliki segala hal yang nyaris sama. Hal-hal yang dapat kami bagi satu sama lain. Kami memang sama-sama menyukai, bukankah itu bagus? Tak mudah untuk memiliki teman yang benar-benar tulus sepertinya, dan kau juga. Kau adalah teman yang baik untukku, Jay."

Mendengarnya, Jungkook lega. Akan tetapi, ada satu sisi dimana hatinya menjerit tak terima di saat Jimin melepaskan sebuah kata teman di antara namanya. Terasa mendebarkan, namun terasa menyakitkan secara bersamaan. Apakah selama ini Jimin memang tidak peka bahwa dirinya telah jatuh cinta? Ataukah Jungkook sendiri, yang terlalu malu untuk mengungkapkan bahwa dirinya telah jatuh cinta pada pemuda itu? Terlalu cepat, dan Jungkook tak mau dianggap kekanakan apabila melakukannya. Tak ingin bilamana Jimin menganggap perasaannya hanya sebuah angin lalu dan gurauan semata.

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang