The trust and truth that I oppose

5.8K 856 90
                                    
























50 comments for next chapter?





















Dan untuk ke sekian kalinya, perasaan Jungkook benar-benar diguncangkan oleh lelaki itu. Akan tetapi, takdir terasa lebih kejam kala ini. Lebih tepatnya, mungkin ini adalah titik terbesar di dalam kehidupan Jungkook selama ini. Jungkook bahkan bingung, apa yang hendak dirinya lakukan atas segala apa yang telah terjadi belakangan ini. Ternyata benar, Jungkook telah berpura-pura buta atas hal yang telah diterkanya selama ini. Tentang lelaki itu. Hingga pada akhirnya, Jungkook telah terlampau gila untuk memutuskan jalannya; Jungkook tak mau menyerah, dirinya akan tetap berpura-pura tak melihat kenyataan yang ada.

Jungkook persetan.

"Hyung, kumohon. Jika suatu hari nanti Jimmy hyung menanyakan statusku di keluarga ini, tolong katakan jika aku adalah adik kandungmu." Jungkook berbicara dengan nada yang lembut namun meyakinkan, matanya berbinar memancarkan suatu permohonan. Yang mana, menjadikan dahi Kim Taehyung mengerut tatkala menatap adik lelakinya tersebut. Hari ini Jungkook agak berbeda.

"Jay, ada apa?" Kernyitan Taehyung perlahan menghilang, dirinya lantas meraih kedua sisi bahu Jungkook sembari menabrakkan kedua pasang obsidian mereka, "Kau adikku, Jay. Kau," tekannya lagi, ada binar ketakutan yang terpancar dari manik hazelnya, "Selamanya, adikku. Adikku yang kucintai, adikku yang paling kusayangi, adikku yang paling ingin kujaga di muka bumi ini. Dan aku telah memastikan, bahwa semua orang di dunia ini tahu hal itu."

"Alright," sahut Jungkook lega. Maka, Jungkook pun segera mengikis jarak di antara keduanya, "Aku tahu, aku tahu, aku tahu, Hyung. Kau yang terbaik, aku tahu." Jungkook mendekap tubuh lelaki yang lebih tua, menyesap aroma khas kakak lelakinya dari bahu yang ditumpu oleh dagunya, "Sekedar memastikan," kekehnya, Jungkook lantas beralih menduselkan hidungnya pada bahu Taehyung, semakin menyesap aroma kenyamanan yang sadar didapatinya, "Kau tahu? Jimmy hyung itu cerewet, aku tak mau jika dia sampai tahu kenyataannya. Dia sangat menyukaiku, Hyung. Kau tak mau 'kan, kalau sampai Jimmy hyung mengadopsiku sebagai adiknya?"

Dan kemudian, Jungkook merasakan bahwa tubuh Taehyung bergetar karena menahan tawa.

"Percaya diri sekali," Taehyung melepaskan dekapan mereka, lantas iseng mendorong hidung Jungkook di hadapannya, "Aku menyukainya, sih. Tapi, kalau harus menyerahkanmu sebagai adiknya...." Taehyung memutar bola mata seraya mengetuk-ngetuk dagunya sendiri dengan telunjuk seolah berpikir, "Tidak, ah. Predikatku sebagai hyung terberuntung di dunia bisa hilang nanti," telak ucapannya membuat Jungkook hampir memukulnya karena merasa digodai, sedang dirinya sendiri malah tertawa renyah menyaksikan pemuda itu, "Jay, sudahlah. Tak perlu pikirkan soal hal itu lagi, oke? Memangnya sudah berapa lama kita hidup bersama, hm? Berapa lama kau berkata pada dunia bahwa kita berdua ini adalah kakak-beradik? Itu sudah lama sekali, Jay. K-kau, bahkan kau menghabiskan lebih dari tujuh puluh persen usiamu bersama diriku, bersama keluargaku. Apakah aku harus menjelaskannya sekali lagi padamu?"

Jungkook pun cepat-cepat menggeleng dengan kedua matanya yang melebar, terkejut atas betapa besar respon dari Kim Taehyung akan hal yang dibahasnya, "Tidak, Hyung. Percayalah padaku, aku sudah tak mempersalahkan apapun. Aku menyukai takdirku. Bersamamu, Hyung. Bersama dirimu, bersama papa."

Kemudian, segalanya menjadi hening. Ada perubahan yang Taehyung rasakan saat ini, dan ternyata perasaannya terhadap Park Jimin mulai berkurang. Mungkin saja Kim Taehyung telah jatuh kepada orang lain, mungkin saja itu adalah penyebab terbesar dimana Taehyung dapat menerima perasaan Jungkook terhadap kawannya tersebut.

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang