Shut up & Hug me

7.1K 1K 61
                                    











































Rasanya Jungkook ingin membanting segala ingatan yang masih dimilikinya ketika kecil dulu. Terutama tentang kakak lelakinya. Jungkook ingin benar-benar melupakan wajahnya, suaranya, baunya, dan segala tentangnya. Akan tetapi, Park Jimin menghancurkan semuanya kali ini. Sebisa mungkin Jungkook mengelak dari firasatnya selama ini, betapa separuh dari diri Park Jimin mengingatkannya terhadap sang kakak. Dan Jungkook terus mengucapkan mantra dalam hatinya tanpa jeda, 'Ini salah, ini salah, ini salah, ini pasti salah, ini hanya kebetulan, ini salah, ini salah, ini salah!' Jungkook tak dapat berpikir jernih lagi. Terlebih ketika dirinya mampu mengingat kain kumuh yang dilihatnya beberapa waktu lalu. Malam itu, malam terakhir dimana keduanya berdekapan di bawah selimut itu. Malam dimana Jungkook mendekap erat tubuh kakak lelakinya. Entah mengapa, secara ajaib segalanya menjadi jelas.

"A-aku, a-aku, Hyung...." Tubuh Jungkook serasa meriang, bibirnya tampak gemetar dalam berucap. Jungkook menangis tanpa suara. Akan tetapi, Jimin masih terlalu sibuk dalam isakannya sendiri. Hingga Jungkook melepaskan tubuh secara perlahan, menyembunyikan tangisan seperti sebelumnya. "Jimmy Hyung, k-kau ... Jimmy? Nama lengkapmu? A-aku, akan membantu mencari adikmu. Mungkin, aku bisa...."

"Jimin, Park Jimin." Jungkook kembali dibuat tertegun. "Maaf, Jimmy hanya nama samaranku." Geleng Jimin dramatis, senyumannya pilu, "Aku hanya merasa sakit ketika nama itu kumiliki. Ketika orang-orang memanggilku, yang kutahu aku hanya akan mengingat keluargaku. Kau tahu?" Jimin terkekeh hambar sekali, "Kookie, Jungkookie, adik kecilku. Bahkan, dulu, setiap aku bernapas, suaranya selalu terngiang di telingaku. Chim hyung, Chim hyung, mau permen? Bocah itu kecil, tapi suaranya lantang dan selalu membuatku rindu. Astaga, Jay ... maaf, maaf, aku tak bisa menahannya. A-aku ingin menangis, Jay. Maafkan aku." Dan kemudian, Jimin kembali terisak dengan air mata yang membanjiri sebagian wajahnya.

Sedangkan Jungkook hanya mampu menatap kosong lelaki muda di hadapannya. Mulutnya separuh menganga tak percaya. Jantungnya berdetak kencang sekali. Tubuh Jungkook mungkin akan ambruk apabila dirinya tengah berdiri kala ini. Jungkook syok, ia tak dapat mencerna kenyataan yang telah Jimin lontarkan padanya. Segalanya terlalu tiba-tiba.

"J-Jimmy Hyung, a-aku harus pulang. Aku harus pulang sekarang, m-maaf." Jungkook berusaha keras untuk bangkit, berusaha keras untuk mengabaikan Park Jimin yang tengah merana karenanya. Tak mempedulikan tubuhnya yang separuh oleng ketika berupaya berjalan, Jungkook merasa kehilangan akalnya. Yang Jungkook tahu, dirinya harus pergi sejauh mungkin saat ini. Jungkook berupaya lari dari kenyataan.

"Jay, kau mau kemana?" Dan Jimin baru menyadarinya. Jimin lantas ikut bangkit sembari menghapus air matanya, berjalan cepat mengejar Jungkook yang telah melangkah pergi dari hadapannya. "Jay, ada apa?" Jimin menarik lengan Jungkook dengan lembut, bertanya dengan hati-hati, "Apakah ada yang salah? Apakah aku menyakitimu? Ada apa, Jay? Ada apa, katakan. A-aku, maaf, aku hanya terbawa suasana. Maaf jika aku membuatmu tak nyaman." Ujarnya penuh penyesalan.

Di tengah kepanikan, dengan hati yang resah Jungkook menengok arloji di tangannya, "Aku lupa, Hyung. Maaf, aku ada janji penting dengan temanku sekarang. A-aku sudah telat, maafkan aku. Aku janji, aku akan berkunjung lagi kesini lain waktu."

Dan seperti itu. Park Jimin tak punya pilihan, selain membiarkan pemuda itu pergi kembali dari hadapannya. Jimin bahkan tak tahu, mengapa rasanya bisa sesakit ini? Maka, Jimin berpikir apabila perasaan ini hanya timbul karena dongeng yang diceritakan dirinya sendiri beberapa saat lalu. Kemudian, suara notifikasi ponsel mengalihkan atensinya seketika. Kedua bola mata Jimin tampak terkejut mendapati apa yang dibacanya, namun berbinar secara bersamaan. Seolah-olah dirinya akan mendapatkan sesuatu yang diinginkannya selama ini. Ya, setelah sekian lama.

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang