Unable to hold feeling

5.7K 945 137
                                    





NOTICE!!!

Besok jangan lupa ada sale PDF besar-besaran yaa!! Cuma satu hari aja. 16k/book, cuma di tanggal 8.8 :D




























Telah terhitung tiga hari Kim Taehyung mengabaikan Jungkook, Taehyung masih merasa tak menerima kesalahan yang diperbuat oleh pemuda itu. Berakhir dengan dirinya yang selalu melarikan diri dari rumah untuk tak berpapasan dengan Jungkook, pergi ke rumah sakit tempat dimana Im Nayeon bekerja, memutuskan untuk berbincang dengan gadis itu ketika sedang beristirahat. Setidaknya, Taehyung merasa baik apabila melihat gadis itu. Meskipun selama ini Nayeon jarang tertawa bersamanya, Taehyung tetap bahagia.

"Nayeon-ah, kenapa harus di Seoul? Di kota ini juga banyak, kok, gedung-gedung yang bagus untuk disewa." Sebenarnya Taehyung tidak nafsu makan, namun ia memaksakan dirinya agar tak sampai sakit dan merepotkan orang. Terutama apabila di rumah sedang kosong seperti saat ini. Taehyung tak mau sendirian.

"Kau tahu, bukan? Aku adalah putri sulung orangtuaku, ibu dan ayahku ngotot ingin mengadakan pestanya di hotel Shilla." Nayeon berupaya menjelaskan, "Kau harus tahu, bahwa hidupku memang diatur oleh mereka."

Kim Taehyung benar-benar ingin paham apa makna yang tersirat atas kalimat terakhir yang Nayeon ucapkan, karena Taehyung dapat merasakan adanya sesuatu pada gadis itu. "Baiklah, lagipula aku tak bisa memaksamu ataupun orangtuamu."

"Taehyung-ah," panggil Nayeon pelan, lantas dirinya bertanya separuh ragu tatkala Taehyung memandangnya, "Apa kau akan marah padaku, jika aku berkata sesuatu yang akan menyinggungmu? Atau mungkin, menyakitimu?"

"Memangnya, apa?" Taehyung langsung penasaran, "Setahuku, kita baik-baik saja selama ini. Kau juga tak pernah menyakitiku ataupun membuatku tersinggung."

Belum sempat gadis itu menjawab, dering ponsel Taehyung menyela suasana. Panggilan dari Jungkook. Sesungguhnya Taehyung tak tega untuk mengabaikannya lama-lama, dirinya bahkan harus menahan diri untuk tak membalas ratusan chat yang dikirimkan oleh pemuda itu kepadanya. Hingga Taehyung memutuskan untuk mengangkat panggilannya, karena bisa saja Jungkook tengah membutuhkannya di tempatnya kuliah saat ini.

"Jay, cepat katakan ada apa." Taehyung berusaha sedingin mungkin, meskipun pada akhirnya ia berakhir rindu. Ini bukan dirinya, ini bukan Kim Taehyung yang selalu menaburkan benih-benih afeksinya setiap saat terhadap sang adik. Taehyung nyaris tak dapat mengendalikan dirinya untuk menanyakan Jungkook sudah makan siang atau belum, bagaimana nilai kuisnya, bagaimana kegiatannya di kampus hari ini, biasanya Taehyung selalu menanyakan hal-hal sekecil apapun di saat istirahat makan siangnya.

"Hyung, apa kau masih marah padaku?"

"Jay, aku akan menutup telponnya jika tak ada hal penting yang ingin kau katakan."

"Hyung, jangan begini." Suara Jungkook terdengar lirih di seberang sana, dan Taehyung benar-benar merasa kacau. "Hyung, maafkan aku. Tolong, jangan membuatku sekarat karena merasa bersalah padamu."

"Oke, aku akan menutup—"

"A-aku akan melakukan apapun agar kau mau memaafkanku, Hyung. Kau mau apa? Apa kau ingin aku berbaikan dengan Jimmy hyung? Atau kau ingin aku pindah rumah? Ingin aku jadi adiknya Jimmy hyung saja? Atau kau ingin aku pergi dari hidupmu sekalian? Aku bisa, Hyung. Tolong, kumohon. Asal kau mau memaafkanku dan menemuiku sekali saja. Aku merasa tak tenang jika kau masih begini padaku, kumohon."

Mendengarnya, Taehyung nyaris menangis. Mungkin air matanya sudah dibiarkan mengalir apabila tak ada Im Nayeon di hadapannya saat ini. "Jay, aku hanya butuh waktu. Itu saja, dan selama itu, kau tak perlu melakukan apapun selain menyesali perbuatanmu."

Kemudian, tak ada suara Jungkook lagi. Taehyung ingin mematikannya, namun dirinya memilih untuk menunggu karena sedikit-banyak merasa khawatir. Hingga suara angin bergemuruh di telinganya, terdengar kencang dan bersahutan.

"Jay, k-kau dimana?" Taehyung bertanya seraya berupaya menyembunyikan kecemasannya.

"Hanya mencari angin segar, tak usah panik begitu."

"Aku tak panik, kok." Taehyung menghela napasnya lega, sesekali dirinya menengok pada Nayeon yang tengah menyibukkan diri dengan menyantap makanan di atas mejanya.

"Hyung, kau sedang apa?"

"Jay, sebenarnya kau ini kenapa? Sudah kubilang padamu, aku akan menutup telponnya jika tak ada hal penting yang ingin kau sampaikan."

"Jadi, menurutmu, permintaan maafku ini tak penting? Jadi, hubungan yang kita bangun selama enam belas tahun ini sudah tak penting lagi?" Hening beberapa detik hingga terdengar helaan napas berat dari Jungkook, "Baiklah, Hyung, aku akan memberikanmu waktu yang lama untuk memaafkanku."

Dan panggilan terputus. Kim Taehyung tak tahu mengapa tiba-tiba hatinya berkecamuk riuh mengumandangkan kegelisahan. Taehyung takut, karena Jungkook yang tengah merasa kesepian itu selalu menangis—sama sepertinya. Hingga dirinya tersadar, mencerna apa yang telah diucapkan adik lelakinya tersebut terakhir kali. Maka, Kim Taehyung segera beranjak dan mengucap pamit dengan terburu-buru pada gadis di hadapannya. Taehyung berlari dan melajukan Porsche 718 miliknya menuju kampus Jungkook, berharap semuanya akan baik-baik saja.

"Jay, maafkan aku. Kumohon, bersabarlah. Aku akan segera menemuimu, aku akan kembali ada untukmu." Taehyung terus bergumam panik pada dirinya sendiri, sesekali mengecek ponselnya yang tak kunjung mendapat jawaban dari panggilan yang ditujukannya pada nomor Jungkook.

Mobil Kim Taehyung hanya berakhir terhenti di depan gerbang kampus, Taehyung bahkan tak tahu bahwa sedang ada acara besar di tempat kuliah adiknya. Banyak mobil yang terparkir di bahu jalan, banyak orang-orang yang menghalangi jalannya ke dalam sana. Taehyung akhirnya memutuskan untuk turun dari kendaraannya, menerobos orang-orang yang tengah berkumpul dan membuat bising jalanan. Telinga Taehyung mendadak penuh, nyaris tak dapat mendengar satu per-satu suara yang ditangkap oleh telinganya. Akan tetapi, hanya satu suara yang menarik perhatian gendang telinganya saat ini.

Sirine ambulance.

Drrtt ... drrrttt....

"Halo, halo? Selamat siang. Maaf, apakah ini dengan tuan Kim Taehyung?  Saya dari pihak Kyungsung University hanya ingin menyampaikan bahwa adik Anda atas nama Kim Jungkook jurusan multimedia semester enam telah mengalami kecelakaan siang ini, saat ini pihak ambulance sedang—"

Dan Taehyung tak mempedulikan ponselnya yang terjatuh, memilih untuk berlari sekencang mungkin menuju suara ambulans yang didengarnya. Ini tidak benar, Taehyung tak mengerti mengapa ada mimpi seburuk ini di siang bolong. Napasnya terasa berat sekali, jantungnya seolah merosot dari tempatnya, debarannya berpacu tak beraturan. Taehyung tampak seperti pekerja kantoran yang berantakan saat ini. Hingga langkahnya memelan tatkala mendapati sisa cairan segar bau amis karat yang dilihatnya, tampak merah dan sontak membuatnya lemas bukan main.

"Jay, mahasiswa semester enam yang tampan itu." Taehyung samar mendengar perbincangan beberapa gadis yang tengah berkumpul tak jauh darinya, "Ada orang yang melihatnya menjatuhkan diri dari atap gedung A. Kalau sampai tak selamat, sih, sayang sekali, ya?"

Pada akhirnya, Kim Taehyung menangis dengan kencang di antara sekian banyaknya orang.



To be continued....
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
Repub on 07-08-21
Julisfie.

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang