I'm fine, everything is fine

5.8K 890 181
                                    
































Btw, sejauh ini, kalian suka karakter siapa? Dan kenapa?
(Jawab, ya? Aku langsung up chapter berikutnya kalo banyak yang jawab!😆)






































Bahkan, Park Jimin rela menyumbangkan seluruh darah yang mengalir dalam tubuhnya untuk Jungkook. Jimin bahkan tak dapat membayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh adik lelakinya. Jungkook harus melalui beberapa tahap operasi karena kepalanya terbentur begitu keras, menyebabkan pemuda itu yang kehilangan banyak darah dan membutuhkan miliknya. Jungkook mengalami patah tulang pada beberapa bagian tubuhnya, dan itu akan sangat menyakitkan bagi Jimin bilamana Jungkook tersadar dalam keadaan yang tak baik-baik saja. Akan tetapi, Jimin masih bersyukur. Jungkook; satu-satunya keluarga yang ia miliki, masih dapat bertahan dan tak membuat dirinya sebatang kara.

"Jay, kapan kau akan sadar?" Jimin menggenggam sebelah tangan Jungkook yang bebas dari selang infus, menatap mata terpejam pemuda itu penuh harap.

Kemudian, tiba-tiba pintu tergeser menampilkan dua entitas yang masuk ke dalam ruangan Jungkook. Park Jimin tertegun. Dan kawannya; Kim Taehyung, berjalan menghampirinya bersama seorang gadis. Mereka berdampingan, maka Jimin tersenyum bersiap menyambutnya ketika si gadis menundukkan kepala mendapati tatapan matanya.

"Jim, bagaimana?" Tanya Taehyung seraya menyalami Jimin.

"Belum sadar," Jimin sedikit menengok pada gadis di sebelah Taehyung setelah menengok pada Jungkook yang terbaring di atas ranjangnya. "Kata dokter, mungkin Jay akan baru sadar beberapa hari lagi." Raut wajah Jimin tampak murung, diikuti oleh Kim Taehyung.

"Jay...," Taehyung menyibak poni Jungkook penuh kesabaran, berharap pemuda itu akan cepat bangun dan kembali berkelakar dengannya. Lantas, Taehyung baru sadar akan satu hal tatkala Jimin terus mencuri pandang pada gadis yang dibawanya. "Ah, aku lupa. Jim, kenalkan. Im Nayeon, calon tunanganku." Ucap Taehyung seraya merangkul sebelah sisi lengan Nayeon, dirinya tersenyum bangga.

Jimin geming sejenak sebelum mengangkat tangannya untuk bersalaman dengan gadis tersebut, menyungging senyumnya kemudian tatkala gadis itu berani menatapnya. "Park Jimin. Senang bertemu denganmu."

Yeah, awalnya, Kim Taehyung biasa saja.

***

Kedua kelopak mata indah itu perlahan terbuka, menampilkan onyx sejernih mata air yang seolah-olah baru terlahir ke dunia. Dirinya mengerjap perlahan, hendak bangun namun tubuhnya merasakan lemas bukan main. Sakit dan linu secara bersamaan. Perlahan, ia mencoba menggerakkan jemarinya yang terasa kaku. Dan tak lama kemudian, baru menyadari bahwa ada tangan lain yang menyelimuti seluruh jemari di tangan kanannya. Susah payah menggerakkan kepalanya hanya untuk menemukan seorang pemuda bersurai hitam yang tengah terlelap menjaganya. Secara ajaib, hatinya langsung menghangat.

Kim Taehyung mengerjap, merasakan ada suatu pergerakan pada tangannya. Matanya sedikit layu karena kurang tidur, namun melebar sempurna tatkala mendapati bahwa Jungkook telah tersadar dan tengah memandangnya seolah-olah berupaya mengatakan sesuatu. Taehyung nyaris melompat bahagia.

"Jay, astaga, Jay!" Taehyung menutup seluruh wajahnya pertanda bersyukur sekaligus memastikan bahwa ini bukanlah mimpi semata. Sesegera mungkin bangkit hanya untuk mengecup kening adik lelakinya berkali-kali, nyaris tak berhenti jika saja Jungkook tak menghentikannya.

"H-hyung, kau disini?" Jungkook bertanya dengan suara paraunya.

"Aku disini," sahut Taehyung sembari menggenggam tangan adiknya, terus menciumi kulit halus Jungkook dengan wajah bahagianya, "Tentu saja aku disini, Jay. Hyung disini."

"Berapa lama aku tidur?"

"Lima—hari?" Taehyung menjawab tak yakin, karena yang dirasakannya adalah setiap hari yang terasa panjang dan melelahkan.

Jungkook pun membalas kembali dengan pelan, "Jadi, kau sudah memaafkanku hanya dalam waktu lima hari?"

"Jay—"

Dan Jungkook samar tersenyum, "Kenapa kau diam saja? Peluk adikmu yang hampir mati ini, Hyung."

"Kau, astaga—" Taehyung langsung mendekapnya hati-hati, rasanya hangat dan benar-benar menjadi pusat segalanya di dunia. "Aku terlalu senang, terima kasih." Kemudian, Taehyung segera melepas dekapannya ketika teringat sesuatu. "Ah, Jay, Jimmy. Jimmy pasti akan senang mendengarmu sudah siuman."

Park Jimin. Jungkook bahkan tak tahu kabar terakhir dari lelaki tersebut. Jimin terus berusaha meyakinkan dirinya untuk menerima fakta tentang hubungan mereka, dan bersikeras agar Jungkook dapat menerima dirinya sebagai seorang kakak kandung. Itulah hal yang Jungkook ingat saat ini. Tiba-tiba, ada rasa bersalah dalam hatinya. Tiba-tiba, Jungkook rindu pada kakak lelakinya. Park Jimin, Jungkook merindukannya dengan cara yang lain kali ini.

***

Kim Taehyung berlari menyusuri koridor rumah sakit, mencari entitas kawannya yang sedari beberapa puluh menit lalu pergi ke toilet. Dirinya berlari dengan perasaan lega dan riang, hingga harus tertegun kemudian sebelum melangkah dengan cepat ke arah mereka. Park Jimin dan Im Nayeon yang tampaknya sedang memperbincangkan sesuatu yang serius.

"Taehyung-ah," gadis itu berucap pertama kali, "A-aku dan Jimmy tak sengaja berpapasan disini barusan."

"Jay sudah sadar!" Sontak saja kedua entitas di hadapannya terkejut senang, Taehyung merasa bahwa tak ada hal yang perlu dipertanyakan kepada Jimin dan Nayeon.

Tentu saja, karena Kim Taehyung percaya.

***

Kim Taehyung dan Im Nayeon memutuskan untuk membiarkan kakak-beradik itu menyelesaikan segalanya empat mata, membiarkan dua insan itu saling bercengkerama di dalam sana. Hingga beberapa saat kemudian, Jimin memanggil keduanya untuk masuk ke dalam. Dan Taehyung teramat bahagia, tatkala yang didapatinya pertama kali adalah Jungkook yang terlihat senang dirangkul oleh kakak lelakinya.

"Tenang saja, Chim hyung dan aku sudah berbaikan." Jungkook bahkan berkata sebelum tiga orang lainnya membuka mulut. Dirinya bersandar pada kepala ranjang dengan kondisi lemah.

Mendengarnya, Jimin ingin menangis. Park Jungkook, adik kecil yang dicarinya selama ini benar-benar telah kembali. Perlu menunggu enam belas tahun untuk Jimin mendengar panggilan itu keluar lagi dari mulut adiknya. Jimin terharu dan nyaris tak kuat menahan kebahagiaan yang didapatnya kali ini.

"Oh, ayolah ... kita semua belum berpelukan, bukan?" Dan Taehyung berlari kecil menghampiri. Menyatukan dirinya bersama Jimin dan Jungkook, mendekap kedua pemuda itu penuh sayang.

Nayeon berdeham. Taehyung lantas menghampiri gadis itu dan menariknya ke hadapan dua pemuda lainnya. "Jim, Jay, kebetulan sekali, aku ingin menyampaikan kabar penting untuk kalian. Satu bulan lagi...." Taehyung beralih menyatukan jemarinya dengan milik gadis di sampingnya, dan kedua sosok itu jelas menyaksikan. "Aku dan Nayeon akan bertunangan."

"Benarkah?" Sahut Jimin, dirinya lantas melirik sosok di sebelah Taehyung, "Selamat." Ucapnya singkat.

Sedangkan Jungkook, tentu dirinya merasa aneh terhadap air hangat yang tiba-tiba mengalir begitu saja dari sudut matanya. Jungkook benar-benar merasa bingung mengapa hatinya mendadak begini. Ada sesuatu yang mencelos dari dalam sana, perasaan asing yang tiba-tiba menghantam ulu hatinya hingga tak karuan rasa.

Air mata bahagia, mungkinkah?






To be continued....
⊱⋅ ──────────── ⋅⊰
Repub on 15-08-21
Julisfie.

BOY [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang