"Jimmy, apa kau yakin dengan keputusanmu?"
Lelaki bermata sipit itu mengernyitkan dahinya, menatapi bagaimana gadis di hadapannya bertanya dengan nada terbilang merana. "Hey, ada apa denganmu? Minji, jangan membicarakan omong kosong. Kau adalah calon istriku, Sayang. Kau hanya perlu menunggu sebentar. Sebentar lagi, sampai aku menemukan adik kandungku."
"Aku tak mempermasalahkan itu, Jimmy. Aku tak mempermasalahkan tentang adikmu. Aku hanya, aku hanya takut. Aku hanya takut pada waktu. Aku takut, bila suatu saat nanti kau kembali padanya. Dia, sebelum aku." Minji menjawabnya sarat akan kegundahan, bibirnya bahkan tampak gemetar tatkala mengucapkan kalimat terakhirnya.
"Maksudmu—?" Dan Jimin langsung meraih tubuh gadis di hadapannya. Mendekapnya penuh kasih sayang, mengusap pelan surai halusnya dengan sebelah telapak tangan, "Astaga. Dia hanya masa lalu, ayolah. Kumohon, jangan membahasnya lagi." Jimin berujar menenangkan. Akan tetapi, dirinya hanya mendapati bahwa gadis itu tengah terisak di bahunya.
"Terus yakinkan aku, kumohon. Yakinkan aku bahwa segalanya akan baik-baik saja. Aku sangat mencintaimu, Jimmy."
"Ya, aku juga sangat mencintaimu. Tenanglah, Minji. Akan kupastikan, semuanya akan baik-baik saja." Jimin pun mengecup dahi gadis itu beberapa detik. Berupaya meyakinkan bahwa apa yang dikatakannya adalah suatu kebenaran. Jimin tak pernah berbohong. Setidaknya, apabila itu akan membuat orang lain bahagia.
'Semoga aku tak bertemu dengannya lagi....'
***
Kim Taehyung linglung. Dirinya cukup terperanjat ketika menyadari bahwa sosok Jungkook menghilang, tepat setelah ia terbangun dari lelapnya. Taehyung pun lantas beranjak ke kamar mandi, memuntahkan efek alkohol yang diminumnya semalam. Taehyung tak pernah merasa sebersalah ini dalam hidupnya, pengecualian atas kejadian yang pernah terjadi di antara dirinya dan Jungkook sewaktu kecil dulu. Taehyung benar-benar ingin mengutuk dirinya sendiri, karena dengan sial ia masih mengingat betul apa yang telah terjadi malam lalu. Kim Taehyung hilang kendali.
"Ahjumma, apakah Jay ada di rumah?" Taehyung berakhir menelepon ke kediamannya. Dirinya panik, apalagi ketika wanita paruh baya itu mengatakan bahwa Jungkook belum pulang ke rumah semenjak keluar bersamanya waktu semalam. Ingin mencari ke kampus, Taehyung tahu betul bahwa hari ini tak ada jadwal kuliah untuk adik lelakinya. Maka setelah berpikir sejenak, Taehyung pun tahu kemana dirinya harus melangkahkan kaki.
***
Jungkook sontak terkejut tatkala menyaksikan kakak lelakinya berhenti tepat di hadapan dirinya terduduk kala ini. Ada keringat yang membasahi wajah Taehyung, ada basah yang tercetak pada kaus putih polosnya. Napasnya tampak terengah-engah layaknya orang yang telah berlari jauh. Dan Jungkook hanya mampu terdiam ketika lelaki itu berkata 'sudah kuduga, kau pasti ada disini' seraya tersenyum penuh kelegaan. Maka, Jungkook menyesal telah meninggalkan Kim Taehyung sendirian. Jungkook terlalu buntu, Jungkook terlalu bingung akan hal apa yang harus dilakukannya.
"H-hyung?"
"Kau sangat merepotkan, bocah." Hanya kalimat itu yang mampu Taehyung lemparkan pada pemuda di hadapannya, menyeringai kecil dan terkekeh mengejeki. Bersikap seolah biasa saja. Meski pada kenyataannya, dirinya ingin berteriak pada dunia untuk meminta pengampunan pada adik lelakinya itu. Jungkook terlalu berharga untuk menerima perlakuannya semalam, dan Taehyung teramat menyesali perbuatannya. Kedua bola matanya berkaca-kaca kali ini.
"J-Jimmy hyung, Jimmy hyung menghubungi pagi-pagi sekali hari ini. Jadi, a-aku datang kesini." Jungkook berkata sembari mengerjapkan mata salah tingkah. Dan entah mengapa, mulutnya tergagap begitu saja ketika berkata pada Taehyung. "Mau duduk, Hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY [complete]
Fanfiction[COMPLETE] Jungkook yang merindukan kakak lelakinya, dan Taehyung yang terlalu mencintai adiknya. Kim Taehyung x Jeon Jungkook (BxB) PS. Mohon bijak dalam membaca, this content is only intended for 18+ thanks.